Ku lihat jam sudah menunjukkan angka 9. Berkali-kali aku melirik benda yang melingkar di tanganku ini. Menarik nafas membuang kesal di hati menunggu seseorang di sini di kafe ini, airpun sudah ku habiskan tiga gelas selama dua jam tadi tetapi yang ditunggu tak kunjung datang. Kakiku gelisah menyuruhku untuk berdiri namun aku tetap bertahan duduk semanis mungkin.
Ku tatap layar Hp tetapi ragu menghubungi walau bagaimanapun aku harus mengerti dengan dia yang mungkin masih sibuk. Waktu terus berjalan, tak tahan akupun ingin berdiri mengangkat kakiku..
"Linda...." Panggilnya. Aku menoleh ke arah belakang kursiku. Dia berada di pintu kafe, berdiri tak memperdulikan orang yang melihat dia karena panggilannya yang sedikit mengejutkan. Senyumnya datang menghiasi wajah yang manis itu. Kesalku pun hilang. Aku melambaikan tangan mencoba mulai terbiasa dengan keadaan seperti ini, keadaan sibuknya. Dia berjalan melangkah kearah mejaku.
"Maaf, anak-anak mendadak minta rapat evaluasi kegiatan yang kemaren, Hpku mati. Aku benar-benar minta maaf" Aku tahu dia menyesal. Napasnya masih memburu, sepertinya dia terburu-buru kesini.
"Iya, tidak apa-apa Mas. " Dimas yang ku panggil Mas adalah pacarku selama 3 bulan belakangan ini. Dia duduk di sampingku padahal aku menyuruhnya untukbduduk di seberangku.
"Kamu sudah makan..?" Dia menatap kearahku.
"Belum Mas, tapi sudah minum tiga cangkir mocca" Aku nyengir menunjuk cangkir moccaku diikuti senyumnya sebagai balasan.
"Ya sudah kita pesan dulu, kamu mau makan apa?'' Dimas mengambil menu. Aku menunduk menatap daftar makanan yang ada.
"Biasa aja kali natap menunya. " Dia menyelipkan rambutku kebelakang telinga yang menghalangi pandangannya dari wajahku. Mungkin aku terlalu menunduk, kalau terlalu kecil tulisan memang agak sulit membaca. Kadang aku perlu kaca mata.
"Aku mau waffle aja Mas. Mas mau apa?" aku memutar kepala menatapnya dan dia masih menatapku.
"Aku mau kamu" ucapannya spontan. Aku mengulum senyum. Dia memang selalu menggodaku dan tentu saja aku selalu tergoda. Dimas memanggil pelayan dan memesan sesuai keinginanku.
"Mas tidak makan?"
"Tadi Mas sudah makan"
"Sama siapa?'' Dimas diam seolah enggan menjawab namun aku terus menatapnya dan dia tahu aku menuntut jawaban.
"Sama anggota BEM sayang..," Dimas memegang tanganku. "Tadi selesai Mas rapat Dewi membawa makanan untuk Mas dan anggota lainnya. Mas tidak enak kalau meninggalkan mereka, kamu tahu sendirikan kalau Mas menolakpun akan ditahan Dewi juga. Sebenarnya aku juga ingin bilang bahwa kita janjian tapi kata kamu kita harus merahasiakan hubungan kita sekalipun dengan sahabatku, Dewi.., " Aku diam.
"Linda.., tidak bisakah kita memberi tahu orang-orang tentang hubungan kita? Kamu pasti tahu aku ingin berjalan berdampingan denganmu di kampus. Aku ingin memamerkan pacarku yang cantik ini, memegang tangan ini, makan dan bercanda bersamamu bersama teman-temanmu dan teman-temanku." Dia menatap mata dengan nada memohon agar mengabulkan keinginannya. Aku menunduk menatap tanganku yang Dimas pengang.
"Apa kamu bosan dengan hubungan kita seperti ini Mas? " Aku menatapnya. Kali ini mungkin dia bener-benar ingin putus denganku.
---
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
S i l e n t
RomanceAku lebih suka orang salah paham terhadapku daripada harus menjelaskan panjang lebar meyakinkan mereka. Aku suka menyendiri, tidak suka bersosialisasi, tidak suka menjadi objek perhatian dan objek pembicaraan mulut orang-orang. Aku suka sendiri di k...