Case 01 : Bloody Bathtub part 1

14 1 0
                                    

"Hah..." aku bangun dan menghela napas, dimana ini? Ya, aku tengah perjalanan ke New York? Aku Ryaniel Izacc, tapi sering dipanggil Daniel, jadi aku seorang detektif level 2 yang mencari petualangan baru. Dari tempat tinggalku, Sweden, Stockholm.

Kiranya baru sekitar 2 jam lalu aku turun dari kereta di stasiun utama di New york, benar kata orang-orang kota ini memiliki aura berat. Ketika aku turun aku merasa jiwaku seakan menjadi berat seketika, aku seharusnya tau tempat yang dikatakan memiliki banyak kriminal akan memiliki aura seperti musibah.

"KORAN!! KORAN!!! BERITA BARU!! BERITA BARU!! TEWASNYA ARTIS TERNAMA!!!-"

"AYO BELI!! BERITA PANAS!!"

Terdengar suara para anak-anak muda penjual koran yang tidak bisa melanjutkan pendidikannya karna kemiskinan. Aku terus melanjutkan langkahku sesambil melewati banyak orang yang asalnya ternilai dari jalanan, seharusnya aku tidak menilai orang-orang dari tampangnya. Lupakan, aku mungkin terlalu paranoid.

"Permisi, kau menjatuhkan sesuatu." aku menenggok kearah suara yang sepertinya memanggilku.

"Oh?"

Aku mengambil surat dari tangan wanita itu, "Terima kasih." ini adalah surat bukti pembayaran apartemen yang telah ku sewa untuk 6 bulan. Sejenak wanita itu memiringkan kepalanya membaca sedikit, dengan sedikit penasaran aku mengerakan bibirku dan bertanya.

"Ada sesuatu yang ingin kau katakan, nona?"

"Tidak, hanya saja apartemen di surat itu adalah apartemen dimana Artis yang terbunuh itu tinggal bukan?"

"Artis yang terbunuh?"

"Apa Anda bukan orang sini Tuan..?"

"Daniel, panggil aku Daniel."

"Oh, senang bisa bicara denganmu Daniel namaku Kashi."

"Kashi namamu unik sekali, kau bukan orang sini juga ya?"

"Seperti yang kau katakan, kau benar aku juga bukan orang Amerika, aku orang Indonesia"

"Tapi kau bisa bicara dengan logat Amerika dengan baik Kashi."

"Kalau Anda tidak sibuk aku ingin mengundang anda bicara sambil minum kopi atau teh."

"Emm..."

Aku melihat jam tanganku, aku melihat jam masih jam 09.00 pagi dan aku jujur sedikit mengantuk, tapi bagaimana aku menolak undangan minum kopi dari Kashi tanpa terlihat kasar. Namun disisi lain ini kemungkinan aku bisa memiliki teman setelah pindah, iya kan?

"Baiklah, apa kau tahu cafe yang bagus disekitar sini?"

"Ada Cafe bernama LAI di ujung jalan Stone dari barat sini" ujarnya sambil menunjukan jalan,

aku mengikutinya dengan perlahan, aku melihat rambutnya yang berwarna hitam kemerahan sepertinya dia mengecat rambutnya dan tercium aroma sedikit lembut seperti besi. Mungkin dia sangat menyukai warna merah, aku melihat sarung tangannya yang berwarna merah dan kaos kakinya yang berwarna hitam merah bahkan kacamata yang dia kenakan berbingkai berwarna merah, sisanya dia mengenakan jaket panjang yang menutupi seluruh bajunya berwarna coklat kekuningan.

"Ini dia, permisi Jeffrey kau memiliki pengunjung."

"Kashi? Sayang sekali John baru saja pergi, tadi dia mencarimu."

"Benarkah? Nanti aku akan meneleponnya."

Aku melihat sekeliling Cafe ini sangatlah unik tempatnya diselimuti oleh cahaya redup berwarna ke oren dan juga warna putih membuat suasana bagaikan senja saat matahari tenggelam, aku melihat sesosok gadis duduk di ujung ruangan dan dari yang kulihat dia mengunakan rambut palsu berwarna hitam lurus pendek dan topi merah, kacamata hitamnya bahkan menambah penampilannya seperti berkata "Lihat aku tapi jangan dekati aku" aku melihatnya datang dihadapan Jeffrey dan Kashi yang ada dikasir. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Sound Psychotic [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang