Prolog

20 2 1
                                    

sorry for typo(s) hope your enjoyed it!

***

Tolong aku!

Kepalanya penat, otaknya berkecamuk.
Pandangannya kabur.
Ia tidak bisa bergerak.
Pikirannya beruraian dan kacau-balau. Tidak beraturan.
Rasanya ada yang salah... sangat salah.
Andai saja ia bisa berpikir. Andai saja ia bisa berkonsentrasi mengalahkan rasa sakit yang menyayat otaknya seperti silet.

Aku sekarat. Kumohon, seseorang, tolonglah aku.

Ia berupaya mengucapkan kata itu, tapi lidahnya kelu dan tidak ada suara yang keluar darinya kecuali desisan mengerikan sewaktu ia terbaring merosot dari meja kerjanya... setidaknya ia pikir itu mejanya. Ia berkedip dengan sulit, berusaha fokus, tapi hanya ada sedikit cahaya dan bayangan-bayangan gelap yang terlihat samar, seolah ia sedang melihat dunia melalui lensa berkabut.

Bagaimana ia bisa sampai
di sini?
Ia tidak bisa mengingatnya, tapi ia merasa dirinya baru saja di bangunkan...
Tidak... itu tidak benar... ia masuk ke sini untuk mengerjakan beberapa tugas kantor... ya... lalu... lalu apa?

Caitlyn. Ini tentang caitlyn dan perceraian itu! Tapi, kenapa ia tidak bisa menggerakan tangannya? Atau kakinya? Atau... atau bagian tubuh yang lain? Rasa panik menerjangnya. Ia berusaha lebih keras. Tidak ada otot satu pun bergerak. Ya, Tuhan, apa yang terjadi?

Musik mengalun. Musik klasik lembut. Baroque. Sesuatu yang ia tidak kenal mengalir melalui pengeras suara tersembunyi dikeliling ruangan.

Apa yang sebenarnya terjadi?

   Konsentrasi. Kendalikan dirimu. Jangan panik. Kau ada di ruang kerja rumahmu di savannah... di meja kerja dan telepon ada di tepi meja seperti biasanya...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Night BeforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang