Aku melangkah menuju perpustakaan sambil membawa buku tugasku yang nantinya akan aku isi didalam sana. Aku berhenti diambang pintu, melihatmu berjalan ke arah kantin membuatku bimbang. Haruskah aku masuk ke dalam sana? Atau aku pergi ke kantin saja agar aku dapat melihatmu? Tetapi aku putuskan untuk masuk ke dalam perpustakaan saja.
Di dalam perpustakaan ini, aku berkutat dengan buku tugas dan beberapa buku yang ku jadikan referensi. Aku berusaha untuk tetap fokus pada tugas yang aku kerjakan, tetapi pada akhirnya aku tetap terbayang-bayang akan dirimu. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Tidak! Tidak! Aku tidak boleh seperti ini.
Aku melanjutkan tugasku dan berusaha keras agar tidak mengingat dirimu, setidaknya untuk sekarang agar aku dapat menyelesaikan tugasku. Dan sepertinya usahaku cukup berhasil karena aku jadi sibuk dengan tugasku untuk sementara.
Setelah selesai menulis bagian terakhir dari tugasku, aku melihat jam biru tua yang tergantung pada dinding perpustakaan.
09.55
Oh, astaga! Lima menit lagi jam istirahat akan berakhir dan aku harus segera sampai ke kelas untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya.
Aku merapikan buku-buku yang tadi kujadikan referensi dan membawanya menuju rak-rak yang menjulang tinggi dihadapanku saat ini. Aku harus mengembalikan buku-buku ini ke tempat semula.
09.59
Aku melirik sekali lagi ke arah jam dinding perpustakaan sebelum ke luar dari sana. Aku berdoa dalam hati semoga saja aku tidak terlambat masuk ke kelas, tetapi setelah ku fikir-fikir lagi tidak mungkin karena sekarang saja bel pertanda istirahat telah berakhir sudah terdengar di telingaku. Aku berdoa saja semoga guru fisika ku terlambat hadir.
Aku mempercepat langkahku. Ruang perpustakaan dan Ruang kelasku terbilang jauh karena berada pada gedung yang berbeda.
Saat menaiki anak tangga pertama menuju kelasku. Aku melihatmu. Kamu bersama beberapa teman lelakimu berjalan dari arah yang berlawanan denganku. Aku memutuskan untuk berhenti menatapmu dan melanjutkan langkah menuju kelasku.
Di koridor, aku berpapasan dengan teman sekelasku saat kelas sepuluh dan ia menanyakan mengapa aku masih berkeliaran diluar kelas saat guru fisika ku yang terkenal sangat disiplin sudah masuk kekelasku.
Aku kembali mempercepat langkahku sambil memikirkan alasan apa yang akan ku gunakan jika ditanya mengapa aku terlambat. Ah, jujur saja lah, putusku dalam hati.
Aku berdiri tepat didepan pintu kelasku yang tertutup sambil mengatur nafasku yang tersengal-sengal. Lalu saat aku mengangkat tanganku untuk mengetuk pintu kelasku, aku mendengar suaramu dari kejauhan. Astaga, ini bukan waktunya!
Aku mengetuk pintu dan mendengar sahutan dari dalam yang menyuruhku untuk masuk. Aku memutar knop pintu dengan hati-hati lalu menghadap guru fisikaku yang duduk di kursi guru yang ada didepan kelas.
Aku meminta maaf karena terlambat mengikuti pelajaran walaupun hanya beberapa menit, dan menjelaskan alasan mengapa aku terlambat tanpa diminta. Guru fisikaku mengangguk mengerti lalu mempersilahkan aku duduk.
Saat baru saja duduk, sahabatku sekaligus teman semejaku menanyai kenapa aku bisa terlambat karena sebelumnya aku tidak pernah, dan aku menjawab aku menyelesaikan essay ku yang sebenarnya beru dikumpulkan minggu depan. Sahabatku mengangguk maklum, dia tahu aku selalu mengerjakan tugas paling awal sebelum murid lainnya.
Guru fisikaku menjelaskan materi didepan kelas dan aku mendengarkan dengan baik sambil mencatat hal-hal yang penting di binderku, sementara teman-temanku yang lain nampak tidak minat sama sekali pada apa yang dijelaskan guru fisikaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
RandomDan sekarang akhirnya aku sadar. Sumber kebahagiaanmu selalu dia dan tidak pernah aku.