Sorry cerita gue gak jelas . Ini cerita cuma khayalan author semata . Jadi kalo gak nyambung terserah deh tapi kalo baca jangan lupa vote coment nya ya
Di luar hujan...
Mungkin saat ini kau sedang merebahkan tubuh di tempat tidur sembari meneguk pelan teh, kopi, atau cokelat panas. Mungkin saat ini kau sedang menahan diri untuk tidak berlari keluar rumah, sehingga kau hanya bisa memperhatikan bulir-bulir hujan yang jatuh dan tak pernah bisa kau hitung satu per satu meskipun dalam pikiranmu, kau ingin sekali mengetahui jumlahnya agar rasa penasaranmu selama ini terjawab. Atau mungkin saat ini kau sedang tersenyum menatap layar ponselmu seraya merasakan debar jantungmu tengah berbalas pesan dengan orang yang kau cintai, yang tentunya bukan aku.
Mungkin saat ini kau telah melupakan aku, tetapi tak apa, setidaknya aku pernah menjadi seorang yang kau ingat.
Tentang hujan, seperti biasa aku sedang menikmati ritme nyanyian semesta yang terlahir dari bulir hujan yang terhempas di tanah sambil memikirkan dan memperkirakan ke mana lagi aku akan melangkah menjauhimu.
Aku mencintai hujan, namun terkadang membencinya. Aku membenci hujan karena ia selalu menjadi kunci yang membuka segala pintu kenangan. Ketika kenangan itu hadir, seketika kau akan terlena dengan perasaan lama yang tiba-tiba menyeruak dari lubuk hatimu yang terdalam dan menguasai akal sehatmu. Perasaan yang kau kira sudah terbunuh lenyap dan kau makamkan dalam-dalam di relung jiwamu, nyatanya tidak benar-benar mati.
Kenangan seperti sebuah kamera yang secara sukarela mengabadikan momen atau sebuah nama di pikiran dan hatimu.
Kau tau kenapa kau bisa terluka? Karena ketika kau mencintai seseorang, kau tak pernah sadar bahwa kau menorehkan namanya secara perlahan-lahan dan sangat dalam pada permukaan hatimu. Itulah mengapa ketika orang yang kau cintai pergi, hatimu terasa sakit karena torehan nama itu tetap ada. Luka itu takkan benar-benar hilang, dia hidup dan membekas. Ketika waktunya tiba, suatu hari dia akan bangkit dipanggil oleh kenangan.
Itulah sebabnya aku begitu benci kenangan yang datang ketika hujan.
Tidak heran ketika kau selesai menikmati rasa itu, tiba-tiba dada sebelah kirimu terasa nyeri sekali. Nyeri yang tidak dapat ditandingi oleh obat mana pun selain dia yang menjadi penyebab rasa nyeri itu sendiri.
Cinta adalah luka sekaligus obat dalam satu senyawa. Kau akan terluka karena cinta, dan kau pun akan sembuh karena cinta. Sebuah rasa yang tentatif, yang kadang membuat orang tidak ingin terluka, dan kadang juga tidak ingin sembuh.
Bangku taman, kafe yang menyimpan cerita, halte, atau tempat mana pun selalu menciptakan kenangan dan melahirkan janin rindu. Dan waktu merawat rindu dengan sangat baik hingga mereka membesar dan menyesaki dadamu ketika kau tak sengaja mengingat sebuah nama yang pernah begitu kau cintai.
Ketika kau membaca deretan kalimat ini, aku sedang memandangi sepanjang jalanan yang lengang dengan secangkir kopi hitam yang tergeletak di sebelah lenganku pada sebuah kafe yang sedang sepi. Sambil menghirup petrichor, aku memandangi jalanan yang mulai ramai dengan beberapa bocah kecil yang menggenggam payungnya demi mengumpulkan uang receh yang nantinya digunakan untuk makan malam.
Aku memandangi salah satu bocah berbaju merah yang memegang payung berwarna biru. Aku tersenyum melihat wajahnya yang tampak riang, dan tidak takut hujan. Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Berharap sosok bocah itu berubah menjadi sosokmu yang sedang tersenyum menatap ke arahku dan berkata, "Ayo bermain hujan!"
"Ayo bermain hujan!"
"Ayo bermain hujan! Jangan takut! Katanya kau menyukai hujan? Tapi mengapa kau takut basah? Kau takut sakit?"
Sampe sini dulu kalo vote nya sampe 20 kita lanjut tapi kalo gak kita berhenti
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory Di Saat Hujan
RomanceHujan ya.. terkadang aku menyukai dan sangat senang apabila hujan turun Tetapi terkadang aku benci hujan ya aku sangat benci . Hujan mengingatkan ku akan kenangan kita di masa lalu