I. Pertemuan

39 6 8
                                    

LARASATI

"KRRRRIIIIIIIINGGGG" akhirnya suara bel dari surga itu pun dateng juga keseluruh sekolah Harapan Bangsa ini  teman-teman ku yang tadinya masih tertidur lelap saat bu dani guru bahasa indonesia mengajar tadi sekarang sudah terbangun dengan mata berbinar seperti mendapatkan batang emas saat menang undian. Mungkin kata umpama aku kepada mereka terdengar lebay tapi aku berani jamin jika kalian melihatnya pasti kalian berfikiran sama dengan ku. Dengan semangat nya teman-teman ku meninggal kan kelas setelah bu dani keluar dari kelas  kami.

"Ras ke taman yuk ngadem" ajak dina yang sekarang sudah bersiap-siap untuk keluar kelas dan aku hanya tersenyum dan menggandeng tangannya keluar kelas. Dina arini dia sahabatku hampir seperti saudara juga bagiku, kami sudah berteman hampir 6 tahun dari kami mulai masuk Sekolah Menengah Pertama. Bersama dia aku bisa menjadi diriku sendiri, bersama dia aku bisa melihatkan sisi kerapuhanku yang ada ada pada diriku, dia yang selalu ada kapanpun aku butuhkan dan begitu pula sebaliknya aku juga akan berusaha selalu ada buatnya dikala susah maupun senangnya. Saat kami sudah duduk ditaman yang dekat lapangan bola terlihat para murid lelaki yang sedang bermain sepak bola. Sedari tadi kuamati ternyata yang main sepak bola disaat sedang istirahat ini adalah anak 12-I yang menjadi pentolan sekolahku. Aku hanya tersenyum maķlum dan menggeleng-gelengkan kepala kehadapan mereka yang sedang bermain bola. Pantesan ini taman sama lapangan rame banget eh ternyata kebanyakan anak "most wanted" yang berada di kelas 12-I sedang bermain sepak bola. Aku melihat sekitar sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat siswi-siswi disekolah ini yang menatap para anak lelaki pentolan sekolah ini bermain bola. Sebenernya sih aku juga suka kalau melihat mereka bermain bola, mereka itu kelihatan lebih cool dengan muka mereka yang serius bermain bola dan muka mereka yang bercucuran keringat itu.  Saat lagi asyik-asyik nya melihat para lelaki cool itu bermain bola, Dina mennyentil kepala ku dengan telunjuk nya dan memasang muka masam karena tidak ku perhatikan saat dia bercerita kepadaku.

"Lo tuh ya gue lagi ngasih info penting ini ke lo bukannya lo dengerin" dengan muka masam dia berbicara kepadaku. "Elah, paan sih? Lo nggak liat gue lagi liat cowo tamvan main bola mereka keliatan cool banget gitu" kataku dengan wajah yang tidak kalah masam juga. Dia yang mendengar perkataan ku tadi langsung menjitak kepalaku dengan kuat "dasar alay!" Hardiknya. Aku yang terkejut mendapat jitakan nya hanya memandangnya sinis " ih lo tuh ya nggak bisa banget liat gue bahagia, bentar napa sih ngasih infonya gue liat surga dunia dulu ini" dengan muka cemberut sambil mengelus kepalaku aku melihat lagi kearah lapangan.

" ini ya lo dengerin gue baik-baik" dina menatap ku serius dan melanjutkan perkataannya. "Kata mama gue jam mengajar lo di tempat les mama gue itu di potong nggak sampe malem lagi". Ha? Apa? Dipotong? Emang selama gue ngajar di tempat les mamanya dina gue buat salah? Dina yang menyadari raut muka ku yang berubah pun langsung mengangkat tangan ke depan muka ku supaya tidak memotong apa yang akan di ucapkan nya lagi. " tapi lo tenang aja gaji lo tetep utuh kok, mama gue motong jam mengajar lo karna kan sekarang kita udah kelas tiga harus mulai fokus untuk ujian ini itu makanya mama gue motong jam mengajar lo biar supaya lo bisa belajar dengan tenang" ucapnya santai. Seketika aku mendengar perkataan dina tadi langsung memekik girang dan memeluk dina dengan erat. "KYAAAAAAA dindin ku sayang makasihh ya makasihhhh sama bilangin makasih sama mama lo udah baik banget sama gue" ucapku dengan terus memeluk dina dengan erat, dina yang dipelukan aku hanya tertawa dan membalas pelukan ku dengan mengelus bahuku. " iya iyaa nanti aja deh sana lo ngasih makasih nya sama mama langsung di tempat les" ucapnya masih dalam pelukan " eh tapi lo nggak ada mau traktir gue gitu kan gue udah nyampein kabar bahagia ini buat lo" ucapnya sambil melepaskan pelukan kami, aku yang mendengarnya hanya mencebikkan bibir "lo mah gitu perhitungan tau gitu mending gue taunya dari mama lo aja deh" jawabku dengan muka sedih, dia yang melihat ku hanya memutar bola matanya malas " dasar perhitungan sama sahabat sendiri juga" omel nya. "Hahaha anjiiirrrr baperan banget sih lo becanda kali gue tadi, tenang aja nanti pulang sekolah kita makan bakso di warung mang busro?" Dengan muka tengil aku mencolek dagu dina untuk menggodanya dengn pandangan jijik dia melihatku " yaudah sih nggak usah colek-colek gini juga kali" ucapnya risih dan aku hanya tertawa saja mendengar perkataanya. Saat kami sedang asyik-asyik nya bercerita kepalaku tanpa diduga terhantam benda yang sangat keras sakit sekali seketika kepalaku mulai pusing dan pandangan ku yang mulai mengabur dan tidak lama kemudia semuanya gelap dan aku tidak sadarkan diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang