Hari ini merupakan hari pertama bagi valen menginjakkan kakinya di bangku sekolah menengah atas.Rok span abu-abu tipe A dengan panjang 5 centi diatas matakaki, kemeja putih dengan logo osis coklat yang menandakan bahwa dia sekarang berada dalam masa transisi dari remaja menuju dewasa.
"Papa buruan ih, valen udah telat ini," teriak valen dari luar sambil mengikat tali sepatunya di teras rumah.
Papanya keluar dengan santai sambil merangkul mamanya.
Valen mendengus dan memutar bola matanya malas melihat papanya yang seperti remaja baru jatuh cinta saja, tidak pernah bisa berhenti romantis bersama sang mama.
"Ayo dong paaaa, ntar lagi aja mesra-mesraannya, valen gamau ya telat di hari pertama ini," ocehnya sambil mengerucutkan bibir karena kesal melihat tingkah papanya ini.
Mamanya hanya tersenyum, sedangkan papa masih saja tidak mau menggubris gerutuan valen.
"Papa mau berangkat atau valen bawa mobil sendiri," ancam valen.
"Okay fine valen, nggak usah ngancem papa. Kita berangkat sekarang," putus pap akhirnya.
Valen menyalami mamanya, mamanya mencium pipi valen yang chubby dengan gemas, "anak mama udah SMA ih jadi terharu, jangan nakal yaa, pilih temen itu yang baik," ucap mamanya.
"Siap komandan," valen tersenyum dan menganggukkan kepalanya seraya menirukan gaya hormat pertanda bahwa dia mengerti akan ucapan sang mama.
"Papa berangkat ya ma," memeluk istrinya dan memberi kecupan singkat di dahi sebelum berangkat mengantar valen dan bekerja.
Valen bersenandung mengikuti lagu yang terputar dari radio di dalam mobil.
Papanya hanya bisa menggelengkan kepala. Jengan akan tingkah valen yang tidak ada kalem-kalemnya.
"Kamu hari ini ospek dek?" Tanya papa valen sambil menyetir.
"Papa ku sayanggg, ospek itu buat kuliah, ya amsyong papa gimana sii... Kalo SMA itu namanya MOPDB."
"Apaan mopdb dek?" Tanya papa kepo.
"Masa orientasi peserta didik baru, udah sih papa ga akan ngerti, nyetir aja sana, dan jangan lupa uang jajan aku," valen pun kembali bernyanyi sambil menggerakkan badannya mengikuti irama musik.
Papanya lagi-lagi menggelengkan kepala melihat tingkat valen.
Mereka pun sampai di sekolah valen. Valen belum keluar juga dari mobil karena kesepakatan uang jajan dengan papanya belum terselesaikan.
"Papa kok pelit sih, masa cuma dua ratus ribu? Aku mau beli apa paaa?" Tanya valen frustasi.
"Semahal apa sih jajanan di kantin kamu dek? Masa dua ratus ribu nggak cukup?" Tanya papa balik.
Valen memutar bola matanya dan berdecak pelan, "come on pa, ini tuh 2016, bakso aja udah seratus ribu harganya, jadi mana cukupp. Yaudah sini tambahin dua ratus ribu lagi dan aku keluar," dasar valen, mana ada bakso harganya seratus ribu.
Karena si papa sudah malas berdebat dengan valen, akhirnya memberikan dua lembar uang seratus ribu lagi kepada anaknya yang keras kepala ini.
Valen langsung kegirangan dan mencium pipi papanya, "thank you big boss, dadaaahh," membuka pintu mobil dan langsung berlalu memasuki sekolahnya.
Karena terlalu antusias, sampai-sampai valen tidak memperhatikan jalan dan sekitarnya. Velen pun menabrak seorang lelaki yang sedang berjalan sambil menelepon.
Prakk!! (Anggap aja suara handphone jatuh)
Handphone si cowok yang du tabrak valen terjatuh. Valen kaget dan gelagapn sendiri.
Dia melihat kearah cowok itu dan,"sorry, gue nggak--"
"Handphone gue! Lo apa-apaan sih? Punya mata kan? Dipake!" Ucap si cowok ketus sambil mengambil handphonenya.
"Untung nggak pecah, kalo pecah, gue minta ganti sepuluh! Cewek tengil!" Lanjutnya lagi.
Valen melongo dibuatnya. Baru kali ini dia di ejek oleh seorang cowok yang tidak ia kenal. Bahkan abangnya saja tidak pernah sekejam itu.
"Lo!!! Apa lo bilang barusan? Eh! Masih untung ya gue mau minta maaf! Kan nggak sengaja! Dasar tai!" Balas valen tak mau kalah.
Sebelum cowok itu membalas, valen sudah berlalu meninggalkan cowok yang di tabraknya dengan tatapan kesal seakan ingin melahap valen saat itu juga.
------------
Dan gua.... Update! Wkkw
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbelievable Plan
Teen FictionQuédate conmigo, porque te amo más de lo que amo a mi auto. - Oceano Arafuru (Cover by. Billaza)