"Dari sekian banyak anak,kamu kelakuannya yang paling menyimpang"Suara berat itu langsung membuat ku gemetar dan tak bisa rasanya aku bergerak.
Aku berusaha untuk tetap tenang,tetapi hatiku rasanya panas dan ingin keluar dari tempatnya."Tolong ikuti langkah kaki saya" Kata laki-laki itu.
Aku tak tahu apakah dia sudah berbalik atau tidak yang pasti aku tetap mematung diri disini. Sepertinya aku sudah di serang oleh Sub Zero dengan mengeluarkan es nya sehingga aku tak dapat bergerak. Dan dia akan mencincang tubuhku.
"Baiklah,aku pasrah kali ini" Batinku sambil membalik badan.
Rupanya sosok lelaki itu telah berjalan jauh sehingga tidak terlihat lagi olehku.Kabur. Karena aku tak memakai kacamata yang berminus.
Aku berjalan menunduk lesu,langkah ku sangat gontai. Keringatku terbuang sia-sia saja tadi demi datang ke sekolah tepat waktu. Aturan,aturan dan aturan.
Orang tua di ciptakan untuk membuat aturan kah?
Sepertinya tidak!
Ah,pikiranku mulai bertabrakan dan saling memaki satu sama lain,belum lagi perut yang sudah kempis karena belum diisi sejak tadi malam.
"Rasanya ada yang menghalangi jalan ku,siapa?" Batinku sambil mendongak ke atas.
Bu Rida!Aku sangat malas berpapasan dengannya,bahkan melihat dari beberapa meter saja aku sudah menghindar dan memutar balik arah jalanku.
Aku kembali menunduk dan memberi jalan kepada guru yang sok berkuasa ini.
Salahkah aku menyebutnya seperti itu? Ya,aku tahu ini salah, tapi dengan otak yang tak bisa berfikir jernih dan sempurna ini? Padahal waktu menunjukkan masih pukul 09.00 WIB.
Aku memberinya jalan,supaya dia tidak menyeh-menyeh di depan ku.
Lalu bibir nya sudah berada beberapa senti di telinga ku yang ditutupi jilbab.
"Kamu jangan gaya-gaya an disini! Kena batu nya kan?"
Katanya tersenyum puas sambil berlalu pergi dengan sepatu high heels yang tinggi nya kurang lebih 20 cm dan berwarna gold.
Apalagi terkena sinar matahari akan bersinar layaknya baju Ehsan dalam film Upin&Ipin.Itu guru nggak sakit tu betis?
Aku cuma membalas senyum licik nya dengan kiss bye. Lalu aku kembali berjalan ke kantor guru dengan cepat.
***
Baru tiba di depan pintu kepala sekolah,aku sudah di persilahkan masuk. Alangkah istimewanya diriku. Tanpa mengucap salam atau sepatah kata pun.Aku langsung duduk disamping sosok laki-laki yang seperti Sub Zero tadi.
"Bapak Aditya,saya langsung saja"
Aku menghela nafas pelan-pelan supaya tak terdengar oleh ke-2 bapak ini.
"Novela Salsha Putri Aditya, sudah kami kirim surat panggilan sebanyak 15 kali kepada orang tua nya,apakah bapak pernah mendapat surat tersebut?"
"Saya cuma pernah mendapat surat setuju atau tidak setujunya, kalau Nove mengikuti Olimpiade Biologi ke Ibukota" Jelas Mr.Aditya lebih tepatnya ayahku.
"Wah,sudah lama sekali itu pak,Sebenarnya Novela sudah 15 kali terlambat sekolah pak,ditambah dengan bolos 2 kali"
"Kalau dijumlahkan skor yang diperoleh Novela sudah mencapai 95 pak" Jelas Kepala sekolah lagi.
"Padahal,batas skor yang diperoleh setiap siswa yang melanggar cuma 100,bapak tau kan,kalau sudah mencapai angka 100 itu sudah boleh pindah sekolah dan siswa yang melanggar, tidak lagi menjadi tanggung jawab kami"
"Saya minta maaf pak" kata bapakku dengan singkatnya.
"Tolong gunakan sebaik-baiknya 5 poin yang tersisa itu"
"Baik pak,terimakasih pak"
Sambil menjabat tangan bapak kepala sekolah,ayahku langsung keluar dari ruangan itu dan
aku langsung mengikutinya."Ayah.." Kataku lirih
Ayahku tak menjawab dan dia menstater motor nya langsung beranjak pergi,meninggalkan aku yang terpaku disini.
Aku sangat menyesal,sangat sangat menyesal. Tak seharusnya aku membuat ayah terbebani seperti ini.
Seharusnya ayah bekerja dan datang ke sekolah ketika mengambil rapot ku yang berisikan A+ semua.Aku memang anak manja,tetapi tidak kepada ayahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME
Teen FictionEntah apa yang terjadi pada sebuah ruangan yang mempunyai beberapa pintu,jendela dan satu atap ini. Semenjak dia menghilang,semuanya terbongkar dan jelas ini NYATA dan BERBEDA