"Berapa banyak luka yang yang kau rasakan ketika sebuah kenyataan menghancurkanmu?"
—Adinda Sekar Prastantri*
***
"KASIH!" Teriakan ibunya mampu membuat seisi rumah berlari ke arah sebuah kamar tidak terkecuali Sekar. Seketika semua orang mendadak kaget dengan pemandangan di dalam kamar tersebut. Kasih tergeletak tak sadarkan diri di atas lantai dengan darah mengucur dari pergelangan tangannya.
Sekar segera menyeruak masuk dan berlutut di samping tubuh kakaknya dengan kepala Kasih yang terkulai lemas di pangkuan ibunya. Sekar terkejut sekaligus takut. Begitu juga dengan wajah Maryam yang sedari tadi sudah terlihat ketakutan.
"Mbak Kasih, Mbak?" panggil Sekar sambil mengguncangkan tubuh kakaknya dengan panik.
"Kasih...," panggil ibunya dengan tangisan yang memilukan.
"Ibu tenang ya, kita bawa Mbak Kasih ke rumah sakit, " balas Sekar yang terlihat sangat panik dan khawatir.
Dengan bantuan sanak keluarga akhirnya Kasih tiba di sebuah rumah sakit. Dokter dan beberapa perawat langsung membawa Kasih ke ruang pengobatan.
Sekar merangkul ibunya yang masih saja menangis. Sesaat kemudian Suhadi berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Sekar dan ibunya.
"Apa yang terjadi dan bagaimana keadaan Kasih sekarang?" tanya Suhadi.
"Kasih Yah, Kasih...." Maryam beralih ke pelukan suaminya.
"Iya Bu, sabar ya," ucapnya sambil mengelus punggung istrinya.
"Bagaimana ini bisa terjadi, Kar?" tanya Suhadi pada Sekar.
"Sekar tidak tahu bagaimana kejadian sebenarnya Yah, karena Sekar sudah melihat Mbak Kasih tak sadarkan diri di pangkuaan Ibu," jawab Sekar yang tidak bisa menyembunyikan perasaan khawatirnya.
"Kasih kenapa kamu senekat ini Nak," ucap Maryam di sela isak tangisnya. Sekar mencoba menenangkan ibunya dengan mengusap pelan lengan perempuan yang telah melahirkan mereka berdua.
"Sabar ya Bu, kita berdoa saja semoga Mbak Kasih tidak apa-apa." Sekar mencoba menenangkan ibunya walaupun sebenarnya dia juga merasa khawatir dan bertanya-tanya kenapa kakak perempuannya nekad melakukan hal yang dilarang oleh agama.
Tidak berapa lama dokter pun keluar dari ruangan di mana Kasih mendapatkan pengobatan.
"Maaf dengan keluarga Ibu Kasih."
Sekar beserta ayah dan ibunya segera menghampiri dokter tersebut.
"Kami keluarganya Dok, bagaimana keadaan anak saya?" tanya ayah Kasih.
"Keadaannya cukup lemah karena kehilangan banyak darah namun sudah tidak apa-apa, hanya membutuhkan istirahat yang lebih agar kondisinya cepat pulih," jelas dokter tersebut.
"Apakah kami boleh masuk, Dok?" tanya Sekar.
"Silakan, tapi pasien masih belum sadar dan masih perlu istirahat yang cukup."
"Terima kasih, Dok," ucap Sekar dan ibunya bersama-sama.
Mereka berdua kemudian masuk terlebih dahulu kemudian disusul ayahnya, namun dokter mencegah Suhadi untuk ikut masuk.
"Maaf Pak, bisa saya berbicara berdua saja?" tanya dokter tersebut sopan.
Suhadi nampak terkejut namun kemudian dia mengiyakan dan mengikuti dokter tersebut ke sebuah ruangan. Setelah itu dokter menyuruhnya duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E T A K (TAMAT-SUDAH TERBIT)
General FictionThe Winners Wattys2018 Catergories The Contemporaries Based On True Story Terinspirasi dari sebuah kisah nyata yang saya ceritakan kembali dengan sudut pandang penulis. Nama tokoh dan tempat kejadian disamarkan untuk menghindari kejadian yang tidak...