Hari ini adalah hari pertama kegiatan penerimaan siswa baru atau yang biasa disebut dengan MOS dilaksanakan di SMA Angkasa. Dengan rambut yang dikepang dua dihias pita berwarna pink, pipi yang berwarna merah karena lipstik, juga sepatu converse warna hijau tosca disebelah kanan dan sepatu running berwarna ungu disebelah kiri, seorang Della Alamanda berjalan dari perempatan dekat sekolahnya dengan tidak bersemangat. Bagaimana tidak, dia merasa seperti orang gila karena sepatu berbeda warna juga lipstik merah yang ada di pipi nya.
"DOR." Seorang anak lelaki dengan rambut dikuncir satu di atas kepala menyerupai air mancur tak lupa pita berwarna merah juga sepatu yang berbeda warna mengejutkan Della.
"Astagah! Lu apaan sih?! Bikin kaget aja," omel Della.
"Lagian lu, hari pertama jadi anak SMA malah cemberut gitu, senyum dong."
"Apaan sih Dit?" Della menghentakan kakinya. "Udah tau gue lagi bete."
"Kenapa? Gara-gara Aldo udah punya cewe?" kata anak lelaki -yang dipanggil 'Dit' oleh Della- itu sambil tertawa.
"Bodo ah gue males sama lu," lalu Della berjalan lebih cepat.
"Dih gue ditinggal. Tunggu woi Del."
Lelaki itu Adit, lengkapnya Aditya Devano, sahabat Della dari mereka masih duduk dikelas 3 SD. Dan ya, mereka akan bersekolah di sekolah yang sama, lagi.
*
Matahari berada tepat diatas kepala, Della dan Adit baru saja menyelesaikan MOS mereka pada hari pertama mereka sebagai anak SMA. Setelah disuruh bubar oleh kakak senior mereka, Adit dan Della memutuskan untuk duduk di pinggir lapangan sebelum pulang karena kaki mereka yang sangat pegal setelah berdiri selama kurang lebih satu jam untuk mendengar peraturan sekolah dan sebagainya dibacakan di depan semua murid, termasuk Della dan Adit.
"Dit, besok kita gausah pake gini-ginian lagi kan?" tanya Della sambil melepaskan kepangan rambutnya kemudian menguncirnya menjadi satu.
"Katanya sih engga," jawab Adit. "Tapi khusus buat lo pake Del," lanjut Adit sambil tertawa.
"Nanti lu naksir lagi sama gue yang begini," balas Della.
Adit langsung menghentikan tawanya dan memasang muka 'jijik' nya. "Najis amit-amit."
"Muka lu nyet"
"Muka gue ganteng!" jawab Adit dengan pede. "Udah yuk pulang," lanjutnya sambil menarik tanggan Della menuju gerbang sekolah kemudian berjalan pulang menuju rumah mereka yang terletak sebrang-sebrangan.
"Nanti sore ke cafe baru depan komplek yuk?" ajak Della.
"Emang ada cafe baru?" Tanya Adit bingung. "Tapi boleh lah yuk udah lama nih gak ngecafe bareng lu Del," kata Adit sambil menaik-turunkan alisnya.
Della meringis "Ish najis komuk lu, Dit," lalu terbahak melihat muka konyol sahabatnya itu.
*
Della mengaduk caramel machiato yang tersisa setegah dari gelas, sambil mendengarkan curahan hati Adit sang sahabat yang bercerita tentang gebetannya, Putri, yang ternyata pindah keluar kota beberapa minggu yang lalu.
"Lagian lu sih, udah gue bilang tembak aja pake malu-malu anjing."
"Bacot lu, Del," kata Adit tak terima. "Anjing mana ada yang malu-malu, unyu gini gue pake lu sama-samain sama anjing."
"Lu unyu kalo dibandingin sama kucing pak kumis yang abis kecebur got," canda Della dengan cengiran di bibirnya.
"Sue lu," kata Adit kesal. "Lagian nih ya, sih Putri tuh ternyata pacaran sama sih Rian-Rian anak basket itu."
"Elah Dit, baru juga pacar belom jadi suami."
"Belom berarti akan kan?" Adit menghela nafas.
"Yaa kedepan siapa yang tau yekan?" jawab Della jujur.
"Kan lu mah buat gue bete aja," ucap Adit dengan nada kesal.
"Yekan gue ngomong jujur Dit." kata Della menghabiskan minuman nya yang tinggal seperempat gelas.
"Serah lu lah Del." Adit memasukan handphone dan buku comicnya kedalam tas. "Ini lu yang bayar," lanjutnya sambil menunjuk gelas kosong bekas hot chocolate di depannya lalu menggambil tas dan langsung melangkahkan kaki keluar dari cafe meninggalkan Della yang masih 'memproses' apa maksud perkataan Adit barusan.
Saat Adit sudah mencapai pintu, "ADIITTT... Awas lu ya," omel Della lalu berjalan menuju kasir untuk membayar, menghiraukan tatapan aneh dari pengunjung lain dan segera berlari keluar cafe untuk mengejar Adit.