Article

63 1 0
                                    


"Hey, kalian sudah dengar. Katanya Kazehaya Akihiko berkencan dengan Ishida Ran."

"Ekh, yang benar?"

"Iya. Mereka terlihat serasi seperti Romeo dan Juliet."

Kurumi Chiyo berjalan cepat dengan langkah panjang melewati segerombolan murid perempuan yang berbisik-bisik di lorong koridor. Akh, rasanya menyebalkan mendengarkan ocehan mereka barusan. Apa katanya tadi? Akihiko berkencan dengan Ran? Romeo dan Juliet? Astaga! Kalau tidak melihatnya sendiri, Chiyo tidak akan percaya dengan gosip murahan itu.

Chiyo mengibas rambut panjangnya kebelakang, hawa panas membuatnya ingin marah-marah. Tapi hey, sekarang kan sudah memasuki musim gugur bahkan sebentar lagi musim dingin. Apa ini semua gara-gara mendengarkan ocehan menyebalkan mereka?

Kalau dipikir-pikir, sebenarnya Chiyo tidak mempunyai hak untuk marah. Karena pada dasarnya ia tidak memiliki hubungan apa-apa lagi dengan Akihiko. Yeah memang, mereka pernah berpacaran cukup lama dulu. Tapi dengan bodohnya Chiyo memutuskan Akihiko dengan alasan yang ia juga tidak mengerti.

Chiyo menyukai pemuda itu. Tapi sikap Akihiko yang terkadang cuek dan masa bodo membuat Chiyo geram. Dan sekarang, ia mengutuk dirinya sendiri karna telah memutuskan hubungannya dengan Akihiko dan berharap Akihiko masih menyukainya setelah ia mencampakkan pemuda itu.

"Ishida-san," Langkahnya terhenti di anak tangga ketiga sebelum mencapai lantai dua. Napasnya tercekat dan bahkan ia sampai lupa bernapas sampai kalimat selanjutnya terdengar. "Aku membawakan CD yang kau inginkan."

"Ah, benarkan? Arigato, Kazehaya-kun."

Bernapas Chiyo! Bernapas!, jeritnya didalam hati.

Jadi benar apa yang mereka katakan, Akihiko dan Ran berkencan. Mungkin berkencan terdengar sangat tidak mungkin bagi mereka yang masih saling memanggil nama keluarga. Tapi, fakta bahwa Akihiko dan Ran dekat membuat Chiyo ingin menjerit.

"Ano, Ishida-san, aku-"

Kya! Berhenti! Chiyo tidak ingin mendengarnya, ia sudah tidak sanggup.

Chiyo berlari cepat melewati dua anak tangga selanjutnya dan menerobos lorong koridor lantai dua menuju kelasnya. Astaga! Bahkan ia tidak perduli jika Akihiko dan Ran menganggapnya aneh atau apalah itu. Pokoknya ia tidak perduli. Astaga! Ia ingin menangis.


-


"Hey Chiyo, kau kenapa?" Chiyo menggeser buku matematika yang sendari tadi menutupi wajahnya. Kepalanya masih menempel pada meja dan ia terlihat sangat kelelahan. "Kau sakit?"

"Hm, kurasa."

Tanaka Yuki mengambil alih tempat duduk yang berada di depan meja Chiyo. "Kau sakit apa?"

Chiyo menegakkan tubuhnya. Ia merasa sangat buruk hari ini. Ia benar-benar cemburu dan marah melihat Akihiko bersama dengan Ran. Ingin sekali Chiyo menceritakan semuanya kepada Yuki, tapi kalau dipikir-pikir ia merasa malu sendiri. Jadi, Chiyo rasa ia harus menyimpan semua sendiri.

Tapi, astaga! Ia ingin Akihiko tahu bahwa dirinya masih mencintai pemuda itu. Atau setidaknya ia ingin Akihiko menyadari keberadaannya disini, didekatnya.

"Aku merasa cemburu melihat Akihiko bersama Ran."

"Astaga! Jadi kau masih mengharapkan pemuda itu?"

"Tentu saja. Dia itu cinta pertamaku. Bahkan sampai saat ini tidak ada satupun pemuda yang menarik perhatianku."

Yuki menopang dagu. "Kau sendiri yang melepaskannya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang