Suasana hening saat semua murid tampak baru menyadari jika Yukio ada disana. Sementara yang bersangkutan juga tampak diam sebelum akhirnya menyunggingkan senyuman dan berdiri dari tempatnya sambil melompat kegirangan.
"Yey, aku yang pertama kali melukai Korosensei! Nee Nagisa, kau lihat bukan? Berkat catatan milikmu aku jadi bisa menebak kemana Korosensei akan pergi, kalau aku dapat uang hadiah itu kau akan kutraktir, dan mungkin Karma akan kujadikan budakku saja," seolah membayangkan apa yang ia katakan, Nagisa sendiri tampak sweatdrop karena perkataan Yukio.
"Maruyama, kau bisa terjatuh kalau melompat-lompat diatas atap!"
"Eh?"
Kali ini Karasuma yang tampak menatap Yukio yang sepertinya baru sadar kalau ia berdiri di atap yang notabe tentu saja miring. Dan saat sadar dan berhenti, terlambat untuk menyeimbangkan tubuhnya sendiri sebelum ia terjatuh kearah belakang dan akan terjun bebas dari atap ke bawah.
"Yuki!"
Yuki menutup matanya dengan erat, dan tampak pasrah sebelum ia merasakan sesuatu membelit pinggangnya. Membuka mata, melihat Korosensei yang tampak menggunakan tentakelnya untuk menangkap gadis itu hanya beberapa centi sebelum kepalanya terbentur langsung tanah.
"Walaupun kau hampir berhasil membunuhku, mungkin kau harus melihat situasi dan jangan terlalu senang apalagi kau tidak membunuh targetmu Maruyama-san," Korosensei tampak menurunkan perlahan Yuki yang masih menatap kearah wali kelasnya itu. Tentakel itu menepuk kepalanya.
"Bagaimana sensei yakin kalau aku tidak melakukan itu dengan sengaja? Mungkin saja tadi aku mencoba untuk memancing sensei dan akan menusuk sensei saat sensei menggunakan tentakel untuk melilitku bukan?"
"Karena aku melihat kau ketakutan Maruyama-san," dan sebuah tepukan di kepala membuatnya tersadar dan Korosensei sudah berlalu menghampiri seluruh murid sementara Yukio tampak memikirkan yang dikatakan oleh sang guru sebelum tersenyum.
"Aku sama sekali tidak menyukai eksistensi bernama guru."
"Mungkin kalau Korosensei bisa," Yuki tampak memikirkan sesuatu sebelum menghela napas dan tampak berjalan juga menghampiri Korosensei.
"Ah aku lupa mengatakan sesuatu," Yuki dan seluruh murid menatap kearah Korosensei yang menunjukkan ekspresi yang mencurigakan, "tugas untuk besok akan kulipatgandakan, dan untuk Maruyama-san menjadi tiga kali lipat..."
"EEEEEEEEEEEEH!"
.
.
Seperti biasa, pagi hari menjelang keesokan harinya dan gadis berambut cokelat itu berada di sekolah pada jam pelajaran ketiga. Atau lebih tepatnya olah raga. Saat Karasuma sedang menginstruksikan untuk terus mengayunkan pisau dan Korosensei dibiarkan berada di kotak pasir yang ada di dekat sana dan memperhatikan.
Yuki berjalan perlahan, dan memperhatikan terlebih dahulu apa yang sedang diajarkan dan dibicarakan oleh Karasuma-sensei.
"Maehara-kun, Isogai-kun, kalian berdua serang aku dengan pisau itu."
"Eh berdua? Apakah tidak apa-apa sensei?"
"Berdua melawan Karasuma? Itu tidak adil!" Yukio yang tampak mengambil teh yang baru disiapkan oleh Korosensei yang membangun kastil Osaka dari pasir tampak menatap mereka sambil meminum teh disana.
"Pisau itu tidak membahayakan untuk manusia, jadi kau tidak perlu ragu melakukannya. Kalau kalian tidak ingin melakukannya, aku akan mengakhirinya dengan segera," Karasuma tampak menoleh pada Yukio yang ada disana dengan tatapan kesal, "dan Maruyama, sudah kukatakan untuk memanggilku sensei."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me? Not.
Fanfiction"Kau bisa meyakinkanku kalau seorang lelaki dan perempuan bisa terus bersama dengan status sebagai teman?" Yukio Maruyama (OC), gadis berusia 15 tahun yang merupakan murid SMP Kunugigaoka yang dimasukkan ke kelas 3-E pada saat kenaikan tingkat karen...