Thank You, Hinata

6.6K 400 14
                                    

Naruto Uzumaki membuka perlahan kedua matanya, hal pertama yang dia rasakan adalah dingin yang terasa menusuk tubunya. Tentu saja, ini sudah musim semi dingin tentu masih terasa. Apalagi Si Bodoh ini hanya mengenakan kaos putih dengan celana pendeknya saja.

Tapi bukan itu yang membuat Naruto terbangun dari tidurnya yang sekejap itu. Dia menoleh kesampingnya ketika tangannya tak merasakan sosok yang seharusnya ikut tertidur di sampingnya. Demi Tuhan kemana pula istrinya ini? Ini masih jam satu malam, apa wanita itu ke toilet? Kenapa tidak membangunkannya padahal istrinya masih dalam keadaan rawan.

Naruto bangun, tangannya yang saat ini tak tertutupi perban itu lalu mengusap pelan wajahnya.

"Naruto-kun?"

Suara lembut yang begitu familiar menyapa indra pendengarannya, membuatnya langsung menoleh keasal suara dan mendapati sosok terkasihnya tengah duduk dengan memandanginya di sebuah sofa tunggal dekat jendela. Cahaya bulan yang remang-remang menelusup masuk membuat istrinya yang terlihat tengah merajut sesuatu itu terlihat lebih indah dan cantik.

"Maaf, apa aku membangunkanmu?"

Lagi, suara istrinya yang bagi Naruto begitu menenangkannya mengalun lembut dan terdengar khawatir, membuat Naruto tak bisa menahan lengkungan bibirnya membentuk sebuah senyum.

"Hmm.."

Naruto bergumam tidak jelas, menjadikan Hinata salah mengartikannya yang membuat wanita itu sedikit merasa bersalah. Apa yang sudah dilakukannya, pasti Naruto begitu kelelahan karena misi-misi dari Hokage dan Hinata sudah mengganggu tidur suaminya dengan kebisingan yang dibuatnya.

Hinata kemudian meletakkan rajutannya yang baru setengah jadi itu lalu segera bangkit dari duduk tenangnya. Beban di perutnya yang mulai membuncit membuatnya harus bangkit dengan segala kehati-hatian.

"Naruto-kun tidurlah, aku akan keluar."

Melihat itu Naruto pun segera berdiri dan menghampiri Hinata. Didudukkannya kembali wanita itu dengan lembut.

"Aku tidak apa-apa, kau tidak perlu keluar."

Hinata hanya memandang bingung suaminya, Sulung Hyuuga itu hanya terdiam ketika Naruto kemudian duduk bersila di lantai lalu memeluk lembut perutnya yang sudah setengah membesar itu. "Naruto-kun?"

"Kenapa tidak tidur?" Tanya Naruto setelah beberapa saat hening menyapa mereka.

"Tadi aku lapar dan ingin makan ramen, tapi setelah itu tidak bisa tidur, jadi.."

"Jadi..?"

"J-Jadi aku merajut syal, untuk Boruto."

Naruto terdiam sebentar, masih dengan memeluk perut Hinata, matanya melirik ke sebuah wadah kecil di meja di samping sofa yang berisi peralatan merajut Istrinya.

"Merajut syal? Tapi ini sudah bulan April."

"Um.. Tiba-tiba Boruto bilang ingin syal dengan gambar Gama-chan."

Ah, Gama-chan. Maksudnya Gamakichi dan Gamatatsu mungkin. Kodok kuchiyosenya yang sekarang besarnya berkali-kali lipat dari apartement kecilnya. Setelahnya Naruto mendengus pelan. Tangannya kemudian menelusup masuk antara punggung Hinata dan sofa untuk mengeratkan pelukannya tapi tetap dengan kelembutan yang kentara.

"Lalu, bagaimana hasilnya?"

Helaan napas terdengar dari Hinata membuat Naruto mendongakkan wajahnya menghadap istrinya setelah sebelumnya pipinya menempel di perut Hinata.

"Masih berantakan, ternyata membuat yang seperti itu lebih sulit dari yang kukira. Lihat, aku sampai harus membeli buku ini tadi siang."

Putri Hyuuga yang sekarang sudah resmi menjadi Uzumaki itu mengambil sebuah buku dekat wadah merajutnya, kemudian membolak-balikkan beberapa halaman buku tersebut. Walau keadaan kamar mereka yang remang-remang karena hanya disinari cahaya bulan, Naruto masih bisa membaca dengan jelas tulisan di sampul buku tersebut yang bertuliskan 'Tutorial merajut'.

Thank You, HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang