BAB IV

63 5 0
                                    

Mila segera keluar dari kantornya yang penuh berkas itu. Entahlah, Dia pikir dengan berkerja pada kembarannya tugasnya akan lebih ringan dan gajinya paling tinggi diantara yang lain.

Namun itu hanya isapan jempol belaka. Mila mendapatkan gaji layaknya seorang manager dan tugasnya sangat banyak!.

Dia pikir pasti akan menyenangkan menjadi Caleb. CEO, jadi bisa bersantai setiap hari, duduk duduk diruangan mewah dan digoda oleh sekretarisnya.

Ah tapi tidak! Setidaknya Caleb belum akan menikah seperti dirinya, mencintai seorang wanita saja belum pernah!. Mila heran apakah Caleb sebenarnya gay.

Muka riang menyambut jam istirahat mendadak lenyap setelah membaca pesan dari tunangannya.

Lagi lagi lelaki itu membatalkan janji untuk menemaninya makan siang. dengan senyum kecut, Mila kembali keruangannya. Hilang sudah selera makannya.

"Mila!" Mila menoleh kearah sumber suara.

"Aku harus menemui klien lain, kau temui mr. macon. please." pinta Caleb. yah berhubung Mila nganggur Dia terima saja permintaan kakaknya.

Di ruang meeting, sudah ada mr. Macon, pemilik JM group. Mila didampingi Tiana dan Madison menemui mr. Macon dengan helaan napas. semua tau mr. Macon bukan orang yang mudah puas.

"Good afternoon mr. macon. Saya Camila, kembaran dari CEO perusahaan kami mr. Grayson." Mila tersenyum ramah pada mr. Macon.

Mr. Macon cukup tampan di usianya yang menginjak 42 tahun ini. tidak ada uban. tubuhnya tetap atletis dan jakung. tidak ada kumis. wajahnya bersih.

Mila yakin istrinya pasti sangat cantik dan seksi.

"Mari kita mulai." Jawab Mr. Macon lalu tersenyum.

Dia memandangi gadis yang sibuk menjelaskan padanya itu. pikirannya hanya pada gadis itu. Gadis itu, entah mengapa sangat mirip dengan mantan istrinya.

Dia teringat Audra yang cantik, penyabar, cerewet, perhatian, pencemburu... ah rasanya Dia sudah sangat merindukan Audra. Jeremy sudah mencari Audra dan anaknya kesana kemari, tapi hasilnya? nol!

Dia memang sudah menikahi wanita lain yang dulunya adalah sahabatnya. wanita itu, yang membuat Audra pergi darinya.

Memang Claire tak salah, dirinyalah yang salah. Meremehkan Audra sehingga Dia merasa mencintai Claire.

Dia saat itu hanya belum menyadari bahwa cinta Audra begitu kuat padanya.

Hingga akhirnya Dia menjaga jarak dengan Claire, istrinya sendiri, dan pindah ke New york.
"mr macon?" Jeremy terkesiap saat Mila memanggilnya dengan volume kencang dan memandangnya tak sabar.

"Aku akan menghubungi lagi." Dengan cepat Jeremy berdiri, mengancingkan jasnya dan pergi meninggalkan ruang meeting.

Mungkinkah itu anaknya? anaknya perempuan? ah mungkin Jeremy hanya terlalu merindukan Audra.

Seandainya dulu Dia tidak membuangnya, seandainya dia tidak menyerahkan Audra pada Kevin mungkin kini Dia sedang berpelukan dengan Audra sambil bermain bersama anaknya.

Ya dia sangat menyesal.

+++

Tania tersenyum dan membacakan jadwal pada Caleb. Caleb hanya mengangguk dan duduk di singgasananya . Dia tidak mau mencintai Tiana dan menyakitinya.

Dia paham, betapa sakit hati Audra saat disakiti oleh ayah kandungnya. Dan dia tidak mau menyakiti hati seorang wanita.

"Mr. Grayson?" Tiana mengetuk pintu ruangan caleb. setelah diizinkan, Tiana berdiri didepan mejanya sambil menggenggam sebuah lunch box .

"Sebagai ucapan terimakasih sudah menerimaku menjadi sekretarismu." Kata Tiana dengan senyuman manisnya. tak dapat dimungkiri memang Tiana memiliki wajah jelita.

"Aku tidak butuh ini." Kata Caleb dingin.

"Aku memaksa." Kata Tiana tanpa menghilangkan senyumannya. Gadis itu sungguh aneh.

+++

Jeremy membuka pintu rumah dengan hati hati. Claire menyambutnya dengan gembira.

"Sudahlah Claire. Aku ingin tidur dulu. terbang membuatku penat." Tujuan Jeremy datang ke kota lamanya itu sekedar mengingat memori indahnya bersama Audra, bukan karena merindukan istrinya.

"Terus saja seperti ini Jeremy. mungkin ini sudah karma bagiku." Kata Claire. Jeremy tidak memperdulikannya dan masuk kekamar tidurnya. dengan gusar ia melepas dan melemparkan dasinya.

"Aku tidak menyukainya jeremy."

"Tapi dia sahabatku."

"Tapi aku tau dia menyukaimu. kalian terlalu berlebihan. Kau selalu berbuat baik padanya, namun tidak dengan aku. kau selalu membentakku."

"Ya itu salahmu."

"Salahku? hey! aku sudah mengorbankan semuanya, SEMUANYA!".

"Aku tidak pernah menyuruhmu kan?"

"Baiklah jika seperti itu..."

Bayangan itu terngiang ngiang dikepalanya. Dia begitu ingat wajah Audra yang menahan tangis.

Inikah yang namanya karma? dulu dia menyia nyiakan wanita itu, kini Dia sangat merindukannya sampai ingin mati.

Tak pernah disangka, wanita yang dianggapnya lemah. yang setiap hari diperlakukan tidak baik. bahkan dia menyelingkuhi wanita yang sudah melakukan apapun demi membahagiakannya.

Kini wanita itu sudah pergi, bahagia dengan pria lain. katakanlah Jeremy egois, tapi sungguh, hatinya sakit melihat mantan istrinya tertawa bahagia bersama Kevin.

Iya dia sempat melihat Audra bertahun tahun lalu, namun nyalinya terlalu ciut untuk menemuinya mengingat perlakuannya selama ini pada Audra. dan Jeremy sangat menyesali hari itu.

Dia ingin memperbaiki semuanya, dia ingin anak anaknya dan Audra, sumber kebahagiaannya.

+++

Caleb baru saja pulang. Dia ingin segera sampai dirumah dan berbaring di kasur mahalnya.

Dijalan, Dia melihat Tiana sedang membawa tas tenteng dan keranjang yang kelihatannya berat. Caleb menepikan mobilnya.

"Ayo masuk kuantar Kau." Caleb sendiri heran dengan perilakunya ini.

"Tidak usah... aku..."

"aku memaksa. ayo." Tiana mau tak mau duduk di mobil lamborgini milik bosnya.

Hanya ada keheningan selama diperjalanan. Pikiran mereka melayang layang ke tempat lain.

Tidak, tidak mungkin Caleb jatuh cinta pada gadis seperti Tiana. Caleb juga tak mau.

HEARTBREAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang