Sebongkah Es

334 37 59
                                    

Kita bertumbuh bersama. Dalam pertumbuhan itu tidak hanya pendewasaan diri yang ku dapat. Perasaan sukaku padamu pun semakin berkembang menjadi perasaan cinta dan kasih sayang.

***

Aku mengagumi dirimu dalam sikap tak acuhku. Sikap tak acuh padamu hanyalah topeng manipulasiku.

Aku terlalu gengsi untuk mempertunjukkan perasaanku. Tidak normal bila perempuan yang menunjukkan perasaan lebih dulu.

Dalam keseharian aku adalah gadis yang periang, bawel dan hobi berkhayal. Namun saat berhadapan denganmu, duniaku berputar 180 derajat. Aku menjadi pendiam. Semua celotehanku seakan tersedot ke jurang canggung.

Lidahku terlalu keluh untuk membuka topik pembicaraan denganmu. Aku tak bergeming menatapmu. Ada kharisma yang pekat menyelubungi wajahmu dan membuatku terpaku.

Terlalu banyak kata-kata yang ingin aku lontarkan. Namun sebatas menggantung di pita suara.

Banyak kupu-kupu yang menari riang di dalam perutku. Rasa keram menyerangku terutama di bagian perut dan hati. Membuat aku membisu saat bertatapan dengan matamu yang hitam pekatmu.

***

Aku tidak pernah mau orang lain, apalagi kamu, mengetahui bahwa aku menyayangimu. Rasanya terlalu sakit. Dan, terlalu dingin.

Biarlah aku memilikimu dalam kebisuan kita. Jika hanya aku dan Tuhan yang nengetahui perasaan ini, maka tidak akan ada rasa sakit yang lebih besar yang akan aku rasakan.

***

Jangan tanyakan alasanku merahasiakan perasaan ini. Jangan coba-coba!

Bertahun-tahun aku memendam perasaan ini. Aku berusaha mendekap hatimu yang dingin.

Sikapmu sangat dingin. Membuat hatiku ikut membeku. Namun diriku membeku dalam hatimu.

***

Badanku selalu membeku bila berada dekatmu. Tapi rasa dingin darimu ini selalu ku rindukan. Hatiku selalu menghangat usai mendekap dinginnya hatimu.

Aneh? Iya memang ini aneh. Tapi beginilah kenyataannya.

Dingin... Justru dingin itu yang membuatku berulang-ulang kembali jatuh hati padamu. Hatiku tertambat pada hatimu yang dingin. Perasaanku telah membeku padamu.

Tiada rasa sakit saat aku menjatuhkan hati pada dirimu. Aku mengabaikan dunia yang menertawakan dan mengucapkan sumpah serapah supaya aku kesakitan dengan dinginnya hatimu.

***

Sikapmu selalu dingin bila di dekatku. Tapi tidak aku gubris. Hanya aku anggap angin lalu.

Aku yakin kamu juga memakai topeng sepertiku. Aku pun menyakini kau punya alasan dibalik rasa sikap dingin.

***

Matamu tidak bisa berdusta! Sekalipun kamu selalu dingin padaku tapi matamu dapat menenggelamkan mataku. Kita saling terbuai dalam kedalaman kedua mata kita saat mata-mata kita bertabrakkan.

Aku dapat menyelami kehangatan yang terselimuti es dalam binar matamu. Kehangatan itu terus menjalar hingga lubuk hatimu. Dingin hatimu berangsur menghangat.

***

Aku mengaggumi setiap senti dari dirimu. Seperti matamu yang hitam dengan sorot mata yang tajam. Alis mata hitam namun tidak terlalu tebal yang melengkung sempurna.

Sebongkah Es [One Shoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang