Pelangi

772 74 46
                                    

Dedicated PlntPnlsJinggaInd

Aku mencintaimu. Suatu perasaan yang tidak diharapkan muncul begitu saja. Entah sejak kapan kau menjadi orang pertama yang melintas dipikiranku ketika aku memejamkan mata, orang yang aku cari di keramaian tanpa kusadari, orang yang tidak sengaja ku tatap dalam diam, dan orang yang menjadi alasan tersembunyi mengapa aku terlihat selalu bahagia. Pelangi, orang itu adalah kamu.

"Mytha!!!" aku dikagetkan oleh seseorang yang memanggilku. Orang itu adalah Muhammad Bian Iris atau yang sering dipanggil Bian dan Pelangi. Hanya saja panggilan kedua itu khusus dariku, setidaknya di dalam diary-ku.

Dengan cepat kututup diaryku dan memasukkannya kedalam tas.

"Saya cari kamu di kelas enggak ada," kata Bian. Sebagian orang merasa aneh dengan gaya bahasa Bian yang berbeda dari lelaki pada umumnya tapi tidak denganku, aku menyukainya.

Aku hanya tersenyum karena melihatnya yang kelelahan, secara kelasku berjauhan dengan kelasnya dan posisiku sekarang berada di sekre eskul mading yang dekat dengan gerbang sekolah. Aku dan Bian adalah anggota eskul mading, eskul yang cukup terkenal di sekolah kami.

"Kamu gimana sih? Tadi malem kan udah saya sms buat bareng ke sekrenya!" kata Bian sedikit kesal.

"Iya lupa hehehe," jawabku dengan dihiasi cengiran tak berdosa. Bian pun hanya menghela nafasnya karena kejadian seperti ini tidak hanya sekali tapi sudah berkali-kali.

***

Semua anggota eskul mading sudah berkumpul dan sedang berdiskusi untuk menentukan topik yang menarik untuk di tempel di mading bulan depan. Setengah jam sudah terlewati dengan usulan-usulan dari ketua mading, kini giliran Ka Dewi selaku wakil ketua yang mengusulkan topik.

Tak sengaja aku menoleh pada Bian yang bertepuk tangan sangat kencang disaat Kak Dewi selesai berbicara. Entah mengapa hal itu membuatku tidak senang, terlebih lagi ketika melihat Kak Dewi yang tersenyum malu-malu pada Bian.

Aku tahu Bian menyukai ka Dewi sudah lumayan lama. Walaupun sudah ditolak beberapa kali, Bian pantang menyerah ia tetap mendekati Kak Dewi yang kulihat sekarang sudah mulai membuka hatinya untuk Bian.

Karena moodku yang hancur, aku tidak terlalu fokus dengan apa yang orang-orang bahas di diskusi kali ini. Sehingga disaat waktunya pulang aku masih tetap duduk cantik di tempatku.

"Mytha kamu nggak akan pulang?" tanya Bian.

"Pulang lah!" jawabku sedikit terbawa suasana.

Bodohnya aku yang tidak pintar menyembunyikan emosi.

"Yaudah ayo!" ajaknya.

Dan bodohnya kamu yang tidak pernah peka.

Aku dan Bian pulang berdua, di tengah perjalanan kami tak sengaja bertemu Kak Dewi di tukang prinan.

"Duluan ya Kak!" kata Bian menyapanya. Aku hanya memaksakan senyum untuknya.

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang