Biar aku katakan. Punya sepupu tampan itu repot.
Namaku Alyssa Smith, dan, ya, sepupuku tampan sekali. Namanya Carl Smith. Tentu saja, banyak perempuan yang suka dengannya. Aku satu sekolah dengan Carl. Setiap hari, ada saja perempuan yang menitipkan suratnya kepadaku untuk diserahkan ke Carl.
Buat apa menulis surat dan apa susahnya menyerahkan sendiri?
Aku selalu merasa kasihan karena semua surat itu selalu Carl buang ke tempat sampah.
Menyedihkan.
"Ah! Alyssa!" lamunanku buyar karena pekikan seorang gadis. "Bisakah kau menyerahkan hadiah ini ke Carl? Aku mohon,"
Aku melirik hadiahnya. Yah, setidaknya kertas kado dan pitanya tidak berwarna merah muda. Carl benci merah muda. Jika kau mengirimkan sesuatu yang berwarna merah muda, jangan menyesal kalau pada saat itu juga dia melemparnya ke selokan.
Aku mengangguk. "Aku bisa. Tetapi jangan kaget ya, kalau besok hadiah itu sudah ada di tempat sampah."
"Tentu saja. Aku tahu." sahutnya. "Terima kasih, Alyssa. Katakan saja apapun yang kau mau dan aku akan berusaha memenuhinya sebagai imbalan. Dah."
Selalu seperti itu setiap hari.
Aku menyandang tasku dan bersiap untuk pulang. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, tapi aku belum pulang karena aku harus menunggu Carl yang mempunyai urusan dengan tim basketnya.
Dia kapten basket.
Ada seseorang yang menepuk pundakku. Aku menoleh.
"Hai, Alyssa! Sudah lama menunggu? Eh, kau diberi hadiah?" oceh Carl.
"Seperti biasa. Untukmu." aku mengulurkan kotaknya.
"Wah, tidak merah muda." ucapnya semangat. Dengan cepat, ia membuka kertas kado yang membungkus kado tersebut. Tapi, raut mukanya berubah ketika melihat isinya.
"Apa ini? Pajangan berbentuk hati berwarna merah muda?" kata Carl sambil memandang pajangan itu dengan jijik. "Untukmu saja, deh."
"Tidak usah." aku menggeleng.
"Kalau begitu, selamat tinggal, pajangan tak berguna." lagi-lagi, Carl membuang hadiahnya ke tempat sampah. "Pulang sekarang, ya?"
Tiba-tiba, aku menahan tangannya.
"Kau harus menghentikan kebiasaan burukmu itu. Kau tahu seberapa sakitnya kalau hadiah yang kau berikan ke orang lain dibuang oleh orang itu?" ucapku.
"Ceramah." Carl memutar kedua bola matanya. "Terlalu berlebihan. Lagipula, siapa yang peduli. Yuk, Alyssa. Kita pulang."
Kau benar-benar harus berubah, Carl. Aku takut hadiah pemberianku akan dibuang juga.
Ya. Aku suka Carl. Sejak lama.
***
"Alyssaaa, hari sudah siang! Waktunya untuk bangun! Hei!" sebuah suara--tepatnya jeritan--membangunkan aku dari tidurku. Siapa sih? Apa dia Ibu? Ibu, ini hari Minggu. Ibu tahu kalau aku bangun setidaknya pukul 11 siang di hari Minggu? Nah, sekarang menyingkir dari tempat tidurku.
"Hmm, 5 menit lagi, Bu." gumamku.
"Alyssaaaaa." rengek suara itu. "Ini aku, Carl."
"Carl?!" seruku, aku langsung bangkit dari kasurku yang empuk. "Sedang apa disini? Kau tahu tidak, kalau membangunkan Alyssa Smith sebelum pukul 11 siang di hari Minggu hukumnya ilegal?"
"Sekarang hukumnya sudah legal." kata Carl. "Bangun, Alyssa. Aku benar-benar butuh bantuanmu."
Aku duduk di sofa. "Bantuan apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cousin Love
Short StoryAku, Alyssa Smith, akan menceritakan betapa repotnya mempunyai sepupu yang sangat tampan kepadamu. Aku harap sepupuku tidak setampan ataupun sebaik dia...