prolog

40 3 0
                                    

Matahari sudah condong ke barat, tetapi belum sepenuhnya menghilang dari peradapan. Langitpun sudah berwarna jingga kemerahan. Seharusnya sudah saatnya para pelajar meninggalkan sekolahan dan pulang ke rumah. Tidak dengan satu kelas spesial ini, 24 siswa dalam satu ruangan ini masih saja berkutat dengan buku dan mendengarkan celotehan guru Kim yang berada di depan kelas.Setengah dari mereka sudah terlihat lelah, mereka mencoba memejamkan mata dan bahkan sudah tertidur. Bukan tak ingin membangunkan mereka, tetapi guru Kim yang sekarang menjelaskan materi di depan kelas sudah lelah mencoba meneriaki mereka yang tertidur. Jika dihitung, bisa sampai 5 kali lebih guru Kim melemparkan kapur, meneriaki mereka untuk bangun dan mendengarkan pelajaran. Sia-sia. Tetap saja mereka tidak mendengarkan perkataan dari guru Kim.Satu gadis yang sedari tadi tidak merasa lelah ataupun mengantuk. Tidak, dia sama sekali tidak mendengarkan apa yang guru Kim katakan. Lantas apa yang ia lakukan 30 menit terakhir? 30 menit lalu, 7 orang senior laki-laki datang kembali ke sekolah. Mereka datang bukan untuk ikut pelajaran tambahan atau sebaginya. Mereka bertujuh tersebut adalah anggota intin dari tim basket kebanggaan Seoul High School, tentu mereka datang untuk berlatih basket.Kedua bola mata gadis Kwon itu dengan sangat antusias mengekori setiap gerak-gerik seorang laki-laki yang tengah men-dribble bola basket dengan cekatan. Dalam hitungan detik berikutnya, laki-laki itu sudah melompat dan melemparkan bola basket ke ring yang tingginya sekitar 2,75 meter.Shoot!Bola oranye itu dengan sempurna melewati ring dan jatuh ke lantai lapangan begitu saja. Gadis Kwon yang dari tadi hanya mengikuti gerak-gerik laki-laki itu hampir berteriak senang ketika ia menyaksikan bagaimana laki-laki itu meleparkan sebuah bola dengan sempurna-dimatanya. Jika ia tak segera menyadari bahwa dirinya sedang berada dalam jam pelajaran, mungkin ia sudah berteriak histeris dan membuat seluruh penghuni kelas menatap tajam ke arahnya. Biasanya ia juga selalu begitu, tetapi kali ini ia tak akan melakukannya. Jelas, karena kali ini adalah jam pelajaran guru Kim, jika ia nekat untuk bersorak senang ia pasti akan mendapat hukuman untuk membersihkan setiap rak buku di perpustakaan.Kesenangan tersendiri bagi Kwon Yuri sangat berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Choi Minho. Laki-laki ini juga dari tadi selalu memperhatikan tingkah konyol seorang Kwon Yuri yang selalu menatap keluar jendela dengan mata yang berbinar-binar. Kali ini ekspresi wajah Minho seperti kertas yang sudah lecek dan pantas di buang. Terus saja Minho mengumpat dalam hati, mengutuk seorang laki-laki di lapangan sekolah yang telah menyita seluruh perhatian Kwon Yuri. Ya! Minho menyukai Yuri.Miris. Satu kata itu sangan tepat untuk menggambarkan Minho saat ini. Ia menyukai Kwon Yuri, tetapi cintanya tak semanis cerita Rama-Shinta. Cintanya bertepuk sebelah tangan, Kwon Yuri menyukai seorang Cho Kyuhyun -senior Yuri dan Minho. Jika di bandingkan, Minho dan Kyuhyun hampir tidak ada perbedaan. Mereka tampan, tentu saja. Mereka pintar, bisa jadi Minho lebih pintar karena Minho berada di kelas akselerasi, sama dengan Yuri. Olahraga? Kyuhyun adalah kapten basket, sedangkan Minho adalah kapten tim sepak bola Seoul High School.Tetapi perasaan itu tidak dapat dipaksakan. Yuri sudah terlanjur menyukai, eh maksudnya mencintai Kyuhyun. Entah sisi mana yang Yuri lihat dari seorang Kyuhyun sampai-sampai ia tak mengagumi sosok Minho seperti dia mengagumi seorang Kyuhyun.

Will You Be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang