Chapter 2

34 2 0
                                    

*
*
*

Rhein POV

Pagi ini seperti biasa Rhein telah bersiap-siap berangkat ke sekolah. Setelah mengikat rambutnya asal, ia langsung mengenakan blazer kebesaran Blitz miliknya yang berwarna merah.

Blazer itu memang wajib untuk dipakai, sebab itu adalah pembeda Blitz dengan murid-murid yang lain. Dan sekedar info juga, Rhein adalah seorang gadis Penggila warna Merah.

Apa itu Blitz? Blitz adalah sebuah band yang terbentuk pada tahun 2013. Yang diketuai oleh Rhein Amorate. Personelnya adalah..
1. Frisca : Vocalis
2. Kinan : Gitaris
3. Rhein : Drummer
4. Liany : Keyboard
5. Velicia : Bassist
6. Audy : Rapper + Beatboxers

Sekian dulu perkenalan mengenai Blitz ya.

Rhein segera membuka aplikasi Line diponselnya, lalu langsung bergabung dengan sahabat sahabatnya yang telah ada disana.

Frisca Westley : Udah pada bangun beloom? Gue mau otw nih. Siapa yang bareng mobil gue hari ini?

Liany Austine : Bentar Fris, gue make bando dulu.

Audy Radella : Ah elah, bando mulu lo.

Frisca Westley : Lo bareng gue Li?tumben.

Liany Austine : Apa lo? -Audy
Gue kan always sama Rhein, hehe -Frisca

Audy Radella : Udah berani lo bocah? Hm

Frisca Westley : Yelah tu..

Velicia Brainley : Gue bareng siapaa?

Kinan Collins : Gue bareng siapaa?(2)

Rhein Amorate  : Gue otw rumah lo Lian.

Frisca Westley : Kalian berdua bareng aku aja yhaa({})

Liany Austine : Udah depan rumah kok Rhein.

Audy Radella : Sok imut, ew.

Kinan Collins : Oke.

--

06.56 am.

Akhirnya mobil Blitz pun segera memasuki gerbang SHS. Terlihat jelas saat mobil mereka diparkir, semua orang yang berlalu lalang mendadak histeris berteriak tidak jelas.

Blitz turun dari mobil dengan gerakan slow-motion yang membuat para kaum Adam maupun kaum Hawa berteriak tidak jelas.

Blitz segera melangkahkan kaki melewati koridor sekolah yang mendadak hening. Mereka berjalan dengan anggunnya, yang membuat seisi koridor ikut menahan napas melihat mereka berjalan.

Namun, tiba-tiba dari arah lain seorang pria berjalan dengan tergesa-gesa sehingga ia menabrak salah satu personel Blitz.

"Sorry, gue gak sengaja. Lo gapapa kan?" ucapnya cemas, tergambar dari wajahnya ia sedang terburu-buru.

Ia terdiam saat melihat ternyata gadis yang ditabraknya tidak marah ataupun sejenisnya, melainkan langsung bergegas pergi meninggalkannya.

Siapa lagi yang bersikap seperti itu selain Rhein. Yap, gadis dingin nan cuek dan jutek.

"Lo punya mata ga sih? Jalan itu liat-liat!" bentak Audy pada pria tersebut.

Pria tersebut hanya diam, lalu bergegas pergi dari koridor tersebut.

Audy serta personel Blitz lainnya hanya menganga heran.

"Kebetulan banget ya, sifatnya sama." ucap Kinan tersenyum.

Yang lainnya hanya menggeleng gelengkan kepalanya bingung.

--

Nathan berjalan dengan langkah cepat dan tergesa-gesa. Ia ketiduran, dan pagi ini ia ada tugas presentase dengan Bapak Fuad -guru geografi- . Tidak biasanya ia terlambat seperti ini, sepertinya ada sesuatu yang sedang menganggu fikirannya.

Saat ia berjalan tergesa-gesa, tiba-tiba tanpa ia sadari ia menabrak seorang gadis. Ia menoleh "Dia? Entah ini kebetulan atau apa. Tapi yang pasti, gue akan berusaha dapetin hati dia." ucapnya dalam hati.

Ia sedikit cemas, "Sorry, gue buru-buru. Lo gapapa?"

Gadis itu hanya diam seribu bahasa dan berlalu pergi dari hadapan Nathan. Nathan bingung, "Keras." bathinnya lagi.

Namun salah satu temannya memarahi dan mengomeli Nathan, ia hanya diam. Lalu bergegas meninggalkan koridor.

Setiba dikelas, seperti dugaannya ia terlambat. Dan ini kali pertama ia melakukan perbuatan yang memalukan tersebut.

"Assalaamualaikum" ucapnya saat mengetok pintu.

Pak Fuad beserta para siswa siswa langsung menoleh pada Nathan, lalu mereka menjawab salam Nathan dengan semangat.

Ia masuk dan berjalan menuju meja guru. Ia menyalami tangan Pak Fuad.
"Maaf pak, saya terlambat." ucapnya sopan.

Kelas langsung heboh saat mendengar suara Nathan. Mereka berbisik bisik dengan teman sebangkunya masing-masing.

"Yaela kok pangeran gue telat sih?"

"Mungkin semalem dia sibuk mikirin gue, makanya telat."

"Kalo tau gini mending gue juga ikutan telat deh."

"Nathan makin cakep ya."

Begitulah kira-kira bisikan bisikan dari para kaum Hawa yang terdengar sampai ke telinga Nathan. Nathan menghela napas panjang.

"Kamu kenapa terlambat Nathan? Tumben sekali." ucap Pak Fuad heran.

Nathan menggaruk tengkuknya, dan kembali mengundang bisikan histeris dari para kaum Hawa.

"Saya ketiduran pak, semalam belajar sampai larut." ini kali pertamanya melakukan perbuatan tercela, yakni berbohong.

"Yasudah kamu silahkan duduk, lain kali jangan diulangi lagi ya?" ucap Pak Fuad. Nathan mengangguk dan segera berjalan menuju kursinya.

Rafa menyenggol pinggang Nathan.
"Seorang Adam Nathaniel telat?" ucapnya pelan.

Nathan hanya mengedikkan bahu acuh. Rafa kembali bertanya padanya, ia tidak seperti orang-orang yang selama ini fikir. Ia terlihat seperti seorang bocah yang sangat kepo.

"Kenapa lo diem? Kesambet?" tanyanya lagi.

Nathan menjitak kepalanya pelan.

"Jadi orang jangan kepo." Nathan kembali memfokuskan pandangannya kedepan. Begitu pun dengan Rafa.

Namun, sepertinya Nathan masih terganggu dengan sosok gadis yang tadi ia tabrak.

"Gue ga yakin bisa naklukin hatinya, Ar. Gue ragu.." ucapnya dalam hati.


*
*

Love? What Is It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang