Aku ada, dimanapun kau ada

52 3 4
                                    


"Selamat pagi, Cantik."

Kau menatapku dengan senyum lebar tak bergigi, membalas sapaanku. Kau memang cantik seperti biasa, walau rambutmu belum banyak tumbuh, dan wajahmu pipi semua.

Bulat menggemaskan.

Ibumu ada di ruang sebelah, di ruang makan, mengunyah sarapannya sambil sesekali memandang ke arah kita yang baru bisa, dan hanya baru bisa duduk tanpa bantuan.

Kau menatapnya dengan tatapan pinta, Aku tahu kau penasaran makanan apa yang ibu punya untuk sarapannya. Tapi rasa penasaranmu tak berlangsung lama, karena ibu biasa segera menyusuimu setelah menghabiskan sarapannya.

Dan kita hanya mulai sibuk saat ibu dan ayah sudah berangkat kerja.

Saat si mbok sedang sibuk membereskan sisa sarapan dan perkakas-perkakasnya, dan kau terjebak di baby walker itu, dan menatapku.

"Selamat pagi, Cantik."

Dan kau selalu tersenyum manis padaku. Aku tidak bisa tidak membalas senyumanmu dengan senyuman yang tak kalah manisnya.

Kau boleh bilang aku narsis, silahkan saja, aku tidak keberatan.

Lalu kau tak bosan-bosannya berusaha mengajakku bermain, menawarkan tanganmu untuk kupegang, mengecupku dengan kecupanmu yang basah beraroma susu, melambai-lambaikan mainan yang diberikan nenek, bibi dan pamanmu kepadaku agar kita bisa bermain bersama.

Kau yang lebih banyak bermain, aku hanya memandangimu saja. Membalas celotehan dan senyum manismu sesekali setiap kita beradu pandang.

Kau selalu mencariku dimana-mana.

Di dekat dapur, depan wastafel tempat bibimu biasa mencuci tangan dan kakimu, sehabis kalian berdua bermain dengan pewarna makanan.

Di closet, saat ibu mencoba kebaya barunya untuk kenduri.

Di toilet, saat ayah menggedongmu sambil menyikat giginya, memberikan contoh padamu agar rajin menggosok gigi kalau gigimu sudah tumbuh nanti. Sementara, ibu masih di kamar mandi, mempersiapkan air mandimu yang diberi sabun wangi lavender supaya kau cepat tidur.

Aku tidak ingat kapan tepatnya pertama kali kau mulai mencari-cari aku, tapi aku ingat bagaimana wajahmu saat pertama kali melihatku.

Kau melihatku heran, dan berusaha menyentuhku dengan jari-jari mungilmu. Kau pikir aku mirip sekali dengan bibimu yang suka tersenyum, lalu kau kira aku lebih mirip denganmu daripada dengan bibimu. Pendapatku, kalian berdua mirip. Sama-sama suka sekali tersenyum. Sering kali aku melihat kalian berdua tertawa bersama tanpa ada alasan yang jelas.

Kau dan bibimu hanya saling memandang dan tertawa. Lucu sekali.

Lalu kau coba menularkannya padaku.

Kau berhasil. Sukses.

Aku tak bisa menahan diriku untuk tidak tersenyum saat kau tersenyum, juga tertawa saat kau tertawa.

Kau kira kita seumur, aku mengiyakan saja. Kita berteman baik dan nyaris selalu bersama, kau selalu membawa mainanmu kepadaku, kita duduk bersama, dan bermain bersama.

Kau yang main, aku hanya melihat saja.

Sudah hampir setahun kita bermain dan tertawa bersama, tapi belum pernah sekalipun kau berhasil menyentuhku.

Walau aku penasaran sekali bagaimana rasanya disentuh oleh jari-jarimu yang kecil-kecil dan terlihat empuk itu.
Kadang aku iri pada bibi dan pamanmu yang bergantian menggendongmu dan memamerkan keakraban, limpahan kasih sayang mereka untukmu di hadapanku.

Aku juga ingin menyentuhmu,

Aku tahu kau juga ingin sekali menyentuhku.

Ingat saat kau berusaha mendorong kepalamu masuk ke dalam cermin?

Aku takut kau akan melukai dirimu sendiri, tapi juga sedikit berharap usahamu berhasil dan kau bisa menyebrang ke sisiku.

Lalu kita akan bisa bermain bersama,

Mungkin bisa gantian aku yang bermain dan kau yang hanya melihat saja.

Atau kita sama-sama bermain cilukba.

Atau akhirnya kau bisa benar-benar menyentuh wajahku dan aku bisa benar-benar menyentuh wajahmu.

Atau akhirnya aku bjsa merasakan kecupanmu yang benar-benar basah dan bau susu di pipiku.

Ah, andai saja bisa...

Sampai keajaiban itu tiba, sekarang harus cukup bagiku untuk menemanimu dengan senyuman saja,

Saat ibu dan ayahmu berangkat kerja, saat si mbok sibuk menyetrika, saat nenekmu tertidur di kursi goyangnya, saat bibimu asyik dengan perangkat pintarnya, atau saat pamanmu sibuk dengan komputer pangkunya.

Dan kau terjebak di baby walker itu.

Kau akan selalu punya aku untuk menemanimu.

Aku akan selalu ada untuk tertawa dan tersenyum bersamamu.

Aku ada, dimanapun kau ada.

Aku Ada, Dimanapun Kau Ada. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang