Part 18 - Remember You...

30.1K 2K 54
                                    

" Assalamualaikum Oscar", Sapaku padanya yang disambut oleh matanya yang membelalak kaget saat melihatku. Ia terdiam sesaat sebelum akhirnya aku menyadarkannya.

                " Assalamualaikum Oscar ", Kuulangi sapaanku.

                " Wa..waalaikumsalam Sinta", Sapanya yang agak tergagap – gagap. Apa itu Cuma perasaanku saja tapi dia memang terlihat gugup melihatku.

                " Mbak Laras dan Mas Yoda pagi tadi berangkat ke pulau bersama semua keluarga, jadi dirumah kosong, tapi besok pagi mereka sudah pulang kok", Jelasku sebelum ia bertanya dimana Mbak Laras dan Mas Yoda berada. Oscar menganggukkan kepalanya.      

                " Oke... thanks ",

                " Saya permisi dulu, Assalamualaikum", Pamitku lalu segera menutup kaca  dan melajukan mobil dengan tergesa – gesa. Jika lebih lama lagi aku tidak tahu apakah mata ini bisa bertahan karena sedari tadi yang kurasakan adalah kerinduan yang menggebu – gebu pada sosok tampan itu. Ia bahkan kelihatan jauh lebih gagah dan menawan di bandingkan tiga tahun yang lalu.

Satu jam perjalanan akhirnya aku sampai di butik yang segera di sambut oleh hamburan pelukan dari para staf serta todongan oleh – oleh. Aduuh bingung sendiri, oleh – oleh untuk mereka tertinggal di dalam kardus yang di bawa oleh ekspedisi.

                " SINTA!!!", Nabila berteriak dari ujung tangga saat melihatku yang masih dalam pelukan para staf butik.

                " NABILA!!", aku berlari menyongsongnya lalu menghambur dalam pelukannya.

                " Aku kangeen banget sama kamu", Ujarnya sambil mempererat pelukannya.

                " Aku juga",

Ia melepaskan pelukannya tiba  - tiba lalu mencermatiku dari ujung kepala sampai ujung kaki.

                " Masya Allah... kamu cantik banget Sin, kamu benar – benar mendapatkan hidayah itu, aku bahagia banget lihat kamu sekarang", Ujar Nabila dengan nada mellow dan kalian tebak air mata tumpah dari sudut matanya. aku segera memeluknya lagi.

                " Terima kasih ya Bil, karena kamu aku yakin menjadi Sinta yang sekarang",

****
                " Jadi dari mana kita mulai membahas pekerjaan kita?", Tanya Nabila setelah kami berada di ruangannya yang ternyata sudah direnovasi dengan warna dan properti yang lebih modern.

                " Kamu jadi mau buka cabang di Malaysia?", tanyaku mengingatkan wacana pembukaan cabang disana. Nabila mengutarakan gagasan itu sejak melihat pasar market kami yang ternyata lumayan luas disana. Selama ini kami hanya mengekspor barang – barang kesana, tapi alangkah lebih bagus kalau kami bisa membuka cabang dan makin mengepakkan sayap nama 'Modiz Hijab ' di mancanegara.

                " Jadi, tapi masih bingung sama perizinan disana", jawabnya.

                " Mau aku bantu untuk tanya sama Mas Yoda?", tawarku yang disambut anggukan antusias darinya.

                " Ya sudah, nanti coba aku tanya sama Mas Yoda",

Setelah itu kami banyak membahas mengenai keikutsertaanku dalam sebuah fashion show di salah satu event hijab yang ada di Jakarta selatan. Aku mendapuk Rinjani dan Debby untuk menjadi model dan mereka sangat excited sekali. Setelah diskusi panjang aku dan Nabila memutuskan untuk makan siang bersama di salah satu restoran dekat butik.

The Second Chance ( The Wiryawan Series )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang