Part 1

109 9 7
                                    

Aku sudah tidak tahu berapa lama aku berada di jalanan. Terasa seperti sudah bertahun-tahun, namun aku yakin belum selama itu, sebab aku masih saja belum mati.

Aku adalah seekor kucing hitam yang tinggal di sebuah kardus dekat tiang listrik di sebuah jalan yang namanya saja tidak kuingat. Aku tidak punya nama-atau lebih tepatnya aku melupakan namaku sendiri.

"Waah, kucing yang lucu," ucap seorang gadis berambut panjang saat ia melihatku. Aku mengeong menjawabnya. Ia baru saja akan mendekatiku saat teman disebelahnya, yang berambut pendek itu, menghentikannya.

"Jangan, kita tidak tahu apakah kucing itu bersih atau kotor," alasannya. Aku lihat kakak berambut panjang itu mengeluh, namun akhirnya perdebatan mereka dimenangkan oleh si rambut pendek.

"Maaf ya, kucing kecil," bisik kakak berambut panjang tadi. Mereka pun meninggalkan aku sendirian.

Akhir-akhir ini banyak yang seperti itu. Dua orang pergi bersama, yang satu melihatku dan ingin menyentuhku, namun yang lainnya menghentikannya. Hasilnya, mereka pergi seperti kakak tadi, dan aku tidak dapat makanan, maupun elusan. Sekarang saja, aku sudah tidak makan selama dua hari. Manusia zaman sekarang memang tidak pedulian.

*Cat Story*

Sore ini hujan lebat. Tidak, bukan hujan, lebih tepat lagi jika disebut badai. Dan, aku berjalan sendiri di tengah badai tersebut.

Lima menit yang lalu, saat hujan belum turun, aku sedang berjalan-jalan di pertokoan dekat 'rumah'ku, mencari makanan sisa, dan untungnya aku mendapatkan makanan yang cukup untukku hari ini. Namun, saat berjalan pulang, hujan turun dan dalam lima detik berubah menjadi badai.

Sekarang aku sedang menembus badai itu, berusaha untuk mencapai kardusku tersayang, hanya untuk mendapati bahwa kardus itu telah tiada. Tepatnya, begitu aku sampai di depan kardusku, detik itu juga kardus tersebut terbang ditiup angin, entah kemana. Aku hanya bisa melongo melihatnya. Kalau begini, dimana aku akan tinggal selanjutnya?

"Kau kehujanan?" aku mendengar sebuah suara, yang sepertinya ditujukan kepadaku. Aku pun berbalik dengan perasaan senang, mungkinkah orang itu akan memungutku? Namun ternyata itu hanyalah seorang cowok yang menggoda cewek cantik, tepat di depanku. Huuh, sial sekali sih aku hari ini!

Aku akhirnya memutuskan untuk duduk di tempat kardusku seharusnya berada. Tubuhku sudah basah sejak tadi, dan tentu saja aku kedinginan. Tapi kurasa ini semua tidak dapat membunuhku.

Aku berbeda dengan kucing-kucing normal yang ada di seluruh dunia, aku setengah manusia. Bukan, bukan siluman atau semacamnya. Seharusnya aku berwujud manusia, tetapi entah bagaimana aku dikutuk-begitu aku menyebutnya-sehingga harus berwujud kucing begini sampai aku menemukan orang yang tepat untuk menjadi partnerku.

Tunggu, kenapa aku jadi membahas hal itu? Itu tidak penting sekarang. Lebih penting lagi, mau tinggal dimana aku setelah ini?! Apa aku harus cari kardus baru? Tapi, aku sama sekali tidak ingat dimana aku menemukan kardus yang terbang tadi. Sekarang juga susah untuk mencari dan membawa kardus bekas, apalagi aku hanyalah seekor kucing.

Jadi bagaimana?! Apakah harus menyerah pada nasib? Aku tidak suka itu, tapi kalau dalam kasus kali ini, mau bagaimana lagi..?

Tiba-tiba, aku merasa ada seseorang yang mengangkat tubuhku. "Kau basah sekali. Main hujan-hujanan ya, tadi?" ucap orang itu sambil mendekapku ke badannya. Rasa hangat langsung menjalari tubuhku.

"Kubawa ke rumah saja ah, mumpung tidak ada orangtuaku," lanjutnya, sambil membawaku pergi.

Ng? Tunggu, kalau begini- berarti aku diculik? Aku langsung memberontak sekuat tenaga, meminta untuk diturunkan. "Hei, jangan bergerak terus, nanti kau jatuh," ucap orang itu lembut. Saat itu, aku baru melihat wajahnya.

Cat StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang