Sekarang, aku terjebak bersama orang aneh. Tepatnya sih, aku tidak tahu apa-apa tentang orang ini. Ia tidak memberitahuku namanya dan hampir tidak berbicara padaku sama sekali. Sama sekali berbeda dengan Ryuuichi, tapi aku cukup suka dengan orang yang ini.
Tunggu, kutarik kembali kata-kataku. Aku hanya suka pada si rambut merah- begitu aku memanggilnya- ini saat ia mengelusku saja. Entah kenapa rasanya aku senang sekali setiap ia mengelusku. Yah, walaupun dulu Ryuuichi juga mengelusku, tetapi rasanya berbeda, entah kenapa.
Kembali ke si rambut merah, kesehariannya juga aneh. Ia terlihat seperti remaja, namun tidak pergi sekolah. Setiap pagi ia pergi entah kemana, memakai baju bebas, dan pulang sekitar jam empat sore.
Aku juga tidak menemukan baju seragam saat aku menyelinap ke dalam lemari bajunya. Err- bukan untuk apa-apa sih. Tepatnya, saat itu aku tidak ada kerjaan, kemudian iseng masuk lemari bajunya dan terkunci disana. Untungnya si rambut merah menemukanku tidak lama kemudian.
Selain baju, yang aneh adalah kadang-kadang ia pulang dengan terluka. Memang, sih, lukanya tidak parah, tetapi tetap saja, luka. Kadang aku suka menjilati lukanya yang bisa kujangkau, sekedar membalas budi setelah dirawat olehnya, sambil berpikir, sebenarnya apa sih yang dilakukan oleh si rambut merah?!
*Cat Story*
Malam itu tiba-tiba aku terbangun dari tidurku. Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Aku sedikit haus, jadi aku pergi ke luar kamar si rambut merah- ya, aku tidur di kamarnya, di atas bantalnya- menuju ke tempat minum yang sudah ia siapkan.
Setelah minum, aku iseng-iseng melihat ke arah ruang tamu, dan malah melihat si rambut merah sedang duduk di sana. Matanya menerawang keluar ruangan, menatap langit.
Aku pun menghampirinya dan mengeong setelah sampai di dekatnya. Ia melihatku, lalu mengelusku sementara aku menutup mataku, menikmati tangannya menyusuri buluku.
"Dulu aku punya seorang partner saat masih tinggal di Eropa," tiba-tiba terdengar suara si rambut merah bercerita. "Namanya Karen. Ia adalah cewek yang baik dan cantik. Aku senang berpasangan dengannya, namun sepertinya ia tidak merasa begitu. Suatu hari, ia pergi meninggalkanku," lanjutnya.
"Aku terus mencarinya hingga kemari. Ada orang yang menyatakan bahwa ia melihatnya di Jepang. Dalam waktu dua hari, aku menemukannya. Namun, ia tidak seperti Karen yang kukenal dulu. Ia sudah berpartner dengan orang lain, dan ia terlihat senang,"katanya. Aku pun teringat saat melihat Ryuuji dengan tupai peliharaannya itu.
"Tadi sore, aku pergi ke rumah sakit dengan niat menengok Karen. Katanya ia terluka cukup parah saat bertugas. Namun saat aku sampai disana, aku melihat Karen sedang tertawa bersama partner barunya. Sesuatu yang aku dan dia jarang lakukan dulu." Sebuah jeda panjang.
Akhirnya, karena ia tidak juga memulai percakapan, aku berjalan ke kakinya dan mengusapkan wajahku pada celana yang ia pakai. Kalau dalam bahasa kucing, meminta untuk diperhatikan, mungkin? Namun aku memakainya agar dia tidak merasa sedih.
Entahlah, mungkin tinggal bersama orang ini telah menyihirku sedemikian rupa hingga aku merasa ia adalah orang yang selama ini kucari.
Menanggapi sikapku yang terbilang manja itu, ia tersenyum kecil dan mengangkatku. "Sudah waktunya tidur," ucapnya, lalu membawaku ke kamarnya.
*Cat Story*
Keesokan paginya, aku bangun di atas kasurnya, dan melihat wajahnya yang terlihat aneh, seperti kaget. Namun aku masih terlalu mengantuk untuk menyadari hal itu, sehingga aku mengucapkan dua kata saja, "Selamat pagi."
Ng? Tunggu, itu suaraku? Aku melihat tanganku, keduanya tangan manusia sekarang. Begitu juga, aku yakin, dengan tubuhku. Berarti aku sudah lepas dari kutukan itu? Berarti, si rambut merah memang partner yang kutunggu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Story
Historia CortaAku tidak ingat sudah berapa lama aku di jalanan, menunggu seseorang datang dan memberiku 'rumah'. Warning: (mungkin) gaje, sinopsis sama cerita nggak terlalu nyambung (gatau, sih), dll. Salam kenal! Saya author baru, dan inilah cerita pertama yang...