Prolog

1.9K 61 5
                                    


Kaira dan Reta anggota ekskul musik di SMA Kartini meluangkan waktu kosongnya dengan jalan-jalan bareng sekedar makan es cream (mulmed: Kaira Veinabel) di Cafe Sambalado. "Jangan diliatin mlulu,samperin kek ajak ngobrol" Reta menyenggol lengan Kaira yang  mengamati seorang lelaki tengah meleguk segelas white coffe sendirian diseberang sana. Kaira tersentak kaget sampai es cream ditangannya hampir jatuh.

"Ngomong apasih Re? Sampek gue kaget kek gini,"

"Kebanyakan ngelamunin Arbani sih!" mengetahui hal itu Kaira langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Samperin aja. Siapa tahu dia merespon keberadaan lo Kai," kini Reta mengusik kegugupan Kaira.

"Gak bisa Re,"

"Selagi ada peluang kenapa gak bisa?" kekeh Reta.

"Kenal aja belom. Gue ga mau dibilang sksd" sahutnya setengah berbisik.

"Maka dari itu lo harus kenalan sama dia. Biar dia tahu lo siapa. Jadi gampang usaha lo buat deketin dia" kata Reta sebenar-benarnya.

"Cewek murahan dong?" Reta mendesis mendapati jawaban shit itu ditambah wajah Kaira yang terlalu polos.

"Cewek murahan adalah cewek yang kegenitan. Gue pikir lo bukan tipe cewek seperti itu"

"Tapi kan gue belom siap Re? Gue malu," segelas es cream ia letakkan sebentar dan menutup wajahnya rapat-rapat.

"Kalo misalnya dia gak deketin lo gimana? Perlahan hati lo meledak dan gue gak suka liat lo terus-terusan nyembunyiin perasaan dari Bani" nada bicaranya seperti memprotes.

Kaira mendongak dan memeluk tubuh kecil Reta. "Makasih udah ngeyakinin dan peduliin gue" ucap Kaira lalu menunduk mengetahui Arbani akan melewatinya. Reflek ia mempercepat sodoran es cream di tangannya dan masuk ke mulutnya sampai belepotan.

"Kai, mulut lo penuh es cream tau. Bisa-bisa Arbani ilfil liat wajah lo kayak anak kecil" Layaknya maling kepergok polisi dengan langkah cepat maling itu menghindarinya agar tidal tertangkap.

"Dia lewat sini Kai" pekik Reta. Buru-buru ia mengambil tissue ditasnya dan mengusap bekas es cream dimulutnya sampai noda itu hilang.

"Gue gugup Re, plis jangan lo lakuin sekarang gue belom siap!"

"Ih gue juga belom kenalan sama dia. Salah kalo gue kenalan?" tanpa peduli larangan Kaira dengan cepat nama itu dipanggil.

"Banii..." Reta memilih melihat Arbani yang merespon panggilannya dari pada ekspresi Kaira sekarang. Reta menyuruh Arbani duduk disebelah kiri Kaira sedangkan Reta duduk menghadap mereka berdua.

"Hm siapa ya? Sorry bukannya gue sombong tapi gue gak tahu siapa kalian" kata Arbani jujur.

"Gue Reta dan disamping kanan lo itu Kaira" ia mengamati Reta lalu menoleh ke Kaira yang tersenyum simpul bersamaan dengan es cream dimulutnya.

"Oh. Kita satu sekolahan?" tanya Arbani.

"Yaiyalah lo famous di SMA Kartini," mendengar hal itu Bani langsung merubah ekspresinya dari datar menjadi lucu.

"Ah biasa aja," katanya sambil melihat Kaira yang terdiam dengan es cream ditangannya.

Bani menepuk bahu Kaira pelan "Hei diem aja, gak ngomong apa gitu?" sedari tadi Kaira diam sesekali tersenyum canggung ke cowok itu.

Reflek Kaira menatapnya tepat pada mata manik Arbani. Ia tidak menolak justru peluang ini sebagai awal keberaniannya dalam urusan mata.

10 detik kemudian mereka tersadar. Reta berdehem berkali-kali hingga Kaira tersadar dan membenarkan posisi duduknya yang membengkok ke kiri begitu juga Arbani.

"Bani gue boleh minta id line lo nggak?" spontan Kaira menatap Reta tajam. Ih maksud Reta apaan?Gumamnya.

"Boleh"

"Gue bagi-bagi ke temen sekelas gue gapapa 'kan?" usil Reta.

"Duh jangan dong" pekiknya sambil memohon.

"Becanda kok. Maksud gue Kaira" Kaira menunduk seolah-olah dirinya tak ingin terlibat.

"Kai lo beneran gak mau ini?" Kaira speechless. Ingin sekali ia mencubit pipi Reta sekarang. Sayangnya ada Arbani, ia takut dibilang salting atau apalah itu. Setelah memperlihatkan ponselnya ke wajah polos Kaira yang secara langsung disaksikan Arbani ia mengurungkan niatnya sebelum cowok ganteng itu pergi. Kaira bakal mengomeli Reta, mencubit pipinya sampai memerah dan berhenti menjadi guru fisikanya.

Tbc

a/n: hai hai ini cerita pertamaku. Prolognya gimana? Masih belajar, maklumin ya kakak adekku sekalian.

Arbani My MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang