Hay kenalin aku Mutia Anggraini si bocah 10 Tahun yang rindu akan kasih sayang orang tua. Aku tinggal dijakarta yang kata orang orang terkenal dengan kemacetannya.
"Wah, Muti hebat bisa masukin bola itu kedalam Ring" sorak seorang anak wanita yang seumuran dengannya.
"Yeay! Aku menang lagi" Kata bocah itu gembira.
"Ohiya, temen temen aku pulang duluan ya,takut mamah sama papah nyariin aku. Dahhhh" Kata bocah itu dan pergi meninggalkan teman temannya.
"Assalamualaikum mah, pah, Muti pulang" sapa bocah itu ceria. Mutia bocah umur 10 tahun yang periang dan baik hati cantik dan juga pintar.
Baru saja membuka pintu dan mengucapkan salam, Muti tak menyangka jika salamnya dibalas dengan teriakan dan juga pecahan gelas. Kejadian beberapa bulan yang lalu Mutia alami hingga Mutia pingsan akibat dorongan dari Papanya, dan sekarang kejadian itu kembali terulang dimana kejadian lempar melepar benda yang bersifat tajam. Air mata Mutia kini jatuh dipipi mulus dan tembabnya itu.
Mutia berjalan mendekati orang tuanya
"Mah, pah, Muti udah pulang lho" kata Muti dengan suara yang serak dan muka yang lesu.
Mendengar perkataan anaknya yang halus kedua orang itu berhenti bertengkar karna mereka menyadari putri satu satunya yang mereka sayangi telah pulang.
"Anak mamah udah pulang nak?, gimana disekolah?" Tanya wanita itu yang notabene-nya adalah ibu Muti -Muanita Aini- menghampiri muti dan mensejajarkan tinggi anak itu dengan mengelus lembut rambut dan juga pipinya.
"Udah mah, Muti ke kamar ya Capek" kata Mutia dengan muka yang masam dan pergi meniggalkan kedua orang itu yang masih ditempat.
Mutia menaiki anak tangga sambil menangis dan sampai didepan pintu kamarnya yang baru saja ingin membuka pintu itu dan mendengar lagi pertengkaran itu. Mutia masuk kamar dan menutup pintu itu kencang hingga terdengar BRAK!! Setelah itu tidak ada pertengkaran lagi.
Baru beberapa detik sunyi teriakan itu muncul. Lagi."Tuh kan gara gara kamu muti jadi sedih kaya gini, aku udah gak tahan sama kamu mas!"
"Kenapa kamu jadi menyalahkan mas? Kamu juga yang buat Muti sedih, kamu jarang dirumah dan enak enakan diluar sana tanpa berfikir ada Muti yang lebih penting dari urusan kamu"
Berbagai kata yang keluar dari mulut mereka itu. Hingga Mutia lelah mendengarnya.
Dibalik pintu kamar yang berstiker Doraemon itu ada seorang bocah yang sedang menangis sesegukan mendengar perkelahian itu yang tak akan ada ujungnya.
Hingga Mutia lelah.
"Mah, pah, Muti cape liat kalian kayak gini" teriak muti didalam kamar.
Terlintaslah dipikiran Muti untuk pergi dari rumah itu.
"Aku capek sama kalian yang setiap aku pulang selalu bertengkar, mending aku pergi dari sini"
"Rumah ini gak tenang buat aku" lanjutnya.
Kini Mutia telah berada didepan gerbang rumahnya. Rumah yang minimalis dan lumayan besar itu seperti terlihat tenang jika ditempati. Tapi tidak untuk keluarga Mutia.
Yang selalu dilanda dengan pertengkaran.Mutia terus berjalan dengan tatapan kosong. Entah dia akan pergi kemana yang terpenting saat ini adalah menjauh dari rumah itu. Dan
pikirannya.Sedang asik menikmati jalan dengan tatapan kosong tiba tiba seseorang menabrak Mutia dari belakang hingga Muti jatuh.
"Eh, maaf aku gak sengaja" kata orang itu yang menabrak Mutia dan
menjulurkan tangannya untuk membantu Mutia untuk bangun."Hmm, iya gapapa ko" Balas Mutia
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST MEETUP
Teen FictionJika suatu saat nanti aku tidak bisa mendapatkan sesuatu yang aku inginkan. Maka, Aku hanya meminta Kepada-Mu satu hal, Kembalikan lah keluarga ku seperti Dahulu Tanpa menyakiti hati atau perasaan orang lain. (Mutia Anggraini) Dan jika kau masih men...