"Farez Alvaro..."
Ia bergumam ditengah akitivitasnya. Nama itu... nama seorang cowok yang ia idamkan selama tiga tahun lamanya. Cowok yang berhasil membuat ia merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Cowok yang merupakan sahabatnya sejak mereka kecil dulu.
Ia mencintai sahabatnya.
Ia meliriknya dari kejauhan. Di sana, cowok idamannya sedang duduk di bawah sebuah pohon rindang yang ada di taman sekolah sambil memejamkan mata dan mengenakan earphone seolah menikmati alunan lagu yang sedang didengarnya.
Tak berhentinya ia tersenyum seraya menggambar sketsa cowok idamannya itu. Matanya melirik kertas gambarnya dan Farez secara bergantian.
Yap. Dia menggambar Farez.
Dan ketika gambarannya sudah selesai, ia tersenyum lebar. Ditatapnya kertas yang kini menampilkan gambar Farez yang nampak terlihat nyata.
"Sempurna."
Lalu matanya mengarah pada Farez di sana. Sekarang, cowok itu membuka matanya dan menggantungkan earphone yang ia kenakan di lehernya. Bersamaan dengan itu, buru-buru ia menyelipkan kertas gambaran Farez di bukunya. Ketika Farez melirik ke arahnya, ia pura-pura memainkan ponsel.
Walau ia tidak melirik Farez, tapi ia tau kalau Farez sedang berjalan menuju ke arahnya. Ia berusaha tak peduli seolah tidak tau, padahal di dalam sana jantungnya sudah berdegup dua kali lebih cepat.
"Hai, Farha."
Ia mendongkakan kepala. Farez kini berdiri di depannya dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana. Cahaya matahari mengenai wajah bagian kirinya hingga membuat cowok itu terlihat cool.
Astaga, Farez ganteng banget hari ini!
"Hei, Rez." ia menyapa balik berusaha menyembunyikan rasa kagumnya.
"Lo ngapain di sini?" Farez duduk di sampingnya. "Lo ngga ada kelas?"
Ia menggelengkan kepala. "Guru yang mengajar di kelas gue ngga dateng. Katanya sih dia lagi ada acara keluarga. Lo sendiri?"
"Sama."
Wah, berarti kita jodoh dong!
"Wow. Kebetulan banget, ya."
Farez mengangguk setuju. "Btw, ke kantin yuk. Gue pengen beli minuman nih. Haus."
Tanpa menunggu persetujuan darinya, Farez langsung mengamit telapak tangannya begitu saja dan Farez menyelipkan jari-jarinya pada jari-jari gadis itu.
Gadis itu, Farha, tersenyum malu dibalik tundukkan kepalanya dengan mata yang fokus menatap tangan mereka yang saling mengamit satu sama lain.
Beruntung banget gue jadi sahabat lo, Rez!
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Away
Teen FictionAku tau. Selamanya, hingga ajal menjemputku, kamu tidak akan pernah menjadi milikku.