BABYCLON

144 19 7
                                    

Maaf kalau typo bertebaran.

Semoga kalian bisa menikmati ceritanya.

Aku tunggu voment nya.

Jangan di jiplak, copy paste, plagiat, dll.

Cerita ini buatan Ku.

*****

"3401 dalam keadaan stabil, pemberian gelombang kejut pada otak sudah selesai."

Sayup-sayup aku mendengar suara untuk pertama kalinya. Aku tidak mengerti suara yang aku dengar waktu itu. Apa atau siapa yang menghasilkan nya.

"Sebentar lagi dia akan sadar." Suara itu lembut mengalun merdu di telingaku.

Mataku terasa sulit dibuka. Seperti ada getah karet kualitas unggulan yang tumpah dimataku. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Samar-samar aku melihat sesuatu yang menyilaukan. Itu adalah cahaya. Warna putih mendominasi penglihatanku.

"Dia sudah sadar," teriak seseorang yang wajahnya buram. Derap langkah kaki mendekat sangat jelas terdengar.

Perlahan-lahan pemandangan di hadapanku mulai jelas. Aku melihat banyak orang berpakaian putih mengelilingiku. Mereka berbicara satu sama lain dengan bahasa yang belum aku mengerti.

"Kau akan memberi dia nama apa?" Orang yang sedang memegang tablet bertanya pada pak tua di sampingnya.

"Triyotsu zero wahid," ujar pak tua itu sambil berjalan keluar.

"Loh itu bukan nama, itu tetap 3401 tapi diucapkan dengan kombinasi bermacam bahasa." Protes orang yang memegang tablet tadi sambil mengejar pak tua itu.

Orang-orang yang tersisa masih mengelilingiku. Mereka melepaskan semua peralatan yang menempel di tubuhku. Mereka mengajakku bicara tapi aku tidak mengerti mereka.

Seseorang bertepuk tangan sekali di telingaku. Seorang laki-laki bertubuh tinggi kekar. Aku secara refleks menengok kepadanya. "Oke, pendengarannya bagus," kata laki-laki itu.

Dia mengambil sesuatu dari sakunya. Benda berwarna-warni yang dia pegang berputar di atasku. Aku mengikuti pergerakan benda itu. "Penglihatannya juga bagus."

Dia menyusupkan tangannya ke punggungku dan mendorongku sampai terduduk. Itu adalah pengalaman pertama aku duduk. Aku pun oleng ke depan, kadang ke samping. Dua tangan kekar itu yang menjagaku agar duduk dengan stabil.

"Kalian bawa dia, mandikan sampai bersih dan beri pakaian yang pantas, aku tunggu di ruang tes." Dia pun keluar diikuti beberapa orang yang tadi mengelilingiku.

Mereka melakukan apa yang diperintahkan oleh orang itu. Mereka membawaku kesebuah tempat dan mendudukkan aku. Mereka memandikanku. Airnya hangat. Mereka mengeringkan rambutku dengan angin panas yang keluar dari lubang suatu benda yang aku belum tahu. Mereka memakaikan sesuatu ke tubuhku, sesuatu yang menutupi ketelanjanganku.

"3401 sudah siap, pak!" lapor orang yang mendorong tempat aku duduk, yang belakangan aku tahu itu bernama kursi roda.

Dia orang yang sama. Dia laki-laki yang aku lihat sebelumnya. Dia adalah orang yang sebelumnya bertepuk tangan di telingaku dan membawa benda warna-warni.

"Kalian boleh pergi," kata dia sambil melambaikan tangan.

Dia berjongkok di hadapanku. "Hai anak manis, namaku Leon," katanya sambil menunjuk dirinya sendiri. Kemudian dia menyentuhkan tangannya ke dadaku. "Namamu Triyotsu zero wahid, tapi aku akan memanggilmu Yossi." Dia menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyum.

Leon mengambil sesuatu. Dia memegang semangkuk bubur. "Aaaa..." dia membuka mulutnya sedangkan tangannya teracung di depan mulutku. Aku mengernyit. Aku tidak tahu harus melakukan apa waktu itu.

"Aku lupa, kau bukan orang yang sama, kau baru dilahirkan," katanya sambil menepuk jidatnya.

Dia memberikanku contoh dengan memakan bubur itu. Aku pun menirunya. Aku memakan bubur yang disuapkannya.

Saat itu aku belum mengerti apa maksud dari perkataannya "aku lupa, kau bukan orang yang sama, kau baru dilahirkan"  waktu itu. Sampai sekarang pun aku masih bertanya-tanya maksud dari ucapannya itu. Sampai sekarang yang aku lakukan hanya meniru. Meniru dia.

Itu adalah pertemuan pertama ku dengan Leon. Seseorang yang menyayangiku layaknya aku seorang adik. Seseorang yang mengasuh dan mendidikku layaknya aku seorang anak. Dia, Leon, seseorang yang mengisi hidupku--hatiku.

Jika aku tidak salah menghitung hari, sudah tiga bulan berlalu semenjak aku pertama kali membuka mata. Aku sekarang sudah bisa berjalan, sudah bisa berbicara dan sudah bisa membaca.

Mereka bilang bahwa aku lebih cepat belajar. Itu berbeda dari generasi sebelumnya. Tapi belum menjadi hasil yang memuaskan. Aku tidak mengerti maksud mereka. Nanti aku tanyakan pada Leon saja.

Aku berjalan sambil bersenandung. Aku ingin bertemu Leon. Dia pasti sedang diruangannya. "La... la... la..."

"Leon!" Aku langsung menubruknya, memeluknya erat-erat. Dia berjongkok di hadapanku. Dia mensejajarkan diri dengan tinggiku. "Tahu gak, tadi aku di sekolah mendapat banyak teman."

"Bagus dong." Dia tersenyum dan membelai kepalaku.

Leon memasukkanku ke sekolah yang tidak jauh dari tempat kerjanya. Ada orang dari laboratorium yang ditugaskan untuk menjagaku selama aku sekolah. Setiap hari selalu berbeda orang. Jadi aku tidak terlalu mengenal mereka. Mereka tidak pernah jauh dariku. Selalu menatapku dengan tatapan yang membuatku takut. Setiap gerak-gerikku tidak luput dari pengawasan mereka.

"Oh ya temanku bertanya padaku, dimana orang tuaku, apa pekerjaan orangtuaku, aku jawab aku tidak tahu." Aku tertunduk. Dia pun tiba-tiba menghentikan belaiannya di kepalaku.

Aku menatapnya. Dia tidak menyadari aku menatapnya. Dia jadi tampak aneh. Matanya menatap kosong. "Leon?" panggilan dengan perasaan cemas.

"Ya sayang, ada apa?" Dia menyunggingkan senyum yang terkesan dipaksakan.

"Dimana ayah ibuku, Leon? Aku ingin bertemu mereka."

Dia tertegun.

"Leon?"

"Ayah ibu mu sibuk, Yossi harus jadi anak baik, suatu saat kamu akan bertemu mereka." Ada keraguan dalam suara Leon. Aku langsung murung.

"Kau anggap saja aku sebagai ayah, ibu dan kakak mu. Bagaimana? Aku bisa bahkan lebih baik dari mereka."

Aku berpikir sejenak. Leon memang yang selama ini dekat denganku. Aku merasa nyaman di dekatnya. Kalau dia jadi kakakku, itu menjadi menyenangkan. Aku mengangguk.

"Kakak Leon," panggilku. Aku langsung dipeluk Leon.

*****

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membacanya.

BABYCLONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang