AB -1

9.6K 425 29
                                    

aku buat cerita baru sih ini, ada yang mau bacakah ? semoga masih ada yang suka. terima kasih sayang ku :*


Bagian 1.

"What !!?"

Pekikan remaja tampan itu membuat mamanya susah payah menahan pengang di telinganya. Dengan tak sabar remaja itu meneguk hingga tandas air putih dalam gelas yang berada tepat di depannya. Kepalanya digelengkan berkali – kali.

"Nggak mungkin, nggak mungkin Mom." Nafasnya mulai tak beraturan. Sang Mama memutar bola matanya malas. Masih dengan santai dia mengunyah roti berselai, tak peduli berapa lama putranya itu mengeluh panjang. Karena baginya itu sudah menjadi keputusan yang terbaik.

"Aliansyah my handsome son, I sudah think itu ber again – again. Jadi tak ada yang false dalam keputusan I son." Remaja putra yang akrab disapa Ali itu segera beranjak dari meja makan.

"Whatever Mom, Ali capek." Dia segera berlalu sebelum kosa kata yang sudah dia pelajari selama bertahun – tahun rusak gara – gara mamanya yang aneh itu.

"Son, I belum selesai talking – talking dengan you yes. Oh God Aliii stop disitu."

"Aisshhh." Ali segera berbalik menampilkan senyum terbaiknya. Dia mengecup pipi Mamanya dengan lembut.

"Ali berangkat dulu ya Mom, Ali ada kuliah pagi hari ini. Ali terima semua keputusan Mama." Senyum lebar tercetak jelas di bibir merah wanita cantik itu.

"Thank you Son, hati – hati ya My handsome Son." Tanpa berbalik Ali melambaikan tangannya tinggi dan masuk ke dalam mobil merah kesayangannya.

--

"Chessa berangkat dulu ya bunda." Gadis manis itu mengusap rambut yang sedikit tak beraturan itu. Dia mengecup tangan yang sudah keriput itu dengan pelan, seolah takut dia akan melukainya jika dia tidak bersikap lembut padanya.

"Bunda jangan nakal ya. Nanti Chessa mampir kesini lagi." Meskipun tak ada jawaban, tak ada senyum atau bahkan tak ada kata hati – hati untuknya dia masih tetap tersenyum bahagia.

Dia meninggalkan kamar itu dengan wajah berbeda. Tak ada wajah lembut nan ceria seperti tadi. Dia menuju motor gedenya yang terparkir tak rapi. Setelah itu dengan cepat dia menarik gas ke arah kampus tempatnya menuntut ilmu.

Dalam perjalanan ke kampusnya dia tak henti – hentinya menyalip setiap mobil yang menurutnya mengganggu jalannya ke kampus. Berkali – kali dia mengumpat karena mengingat dia akan terlambat masuk kelas pertamanya. Dia memacu motornya hingga kecepatan penuh saat dia hampir sampai ke gerbang kampusnya.

Ciiittttt..

"Shit." Gadis itu mengumpat keras, dilepasnya helm dengan kasar.

"Keluar lo. Keluar gue bilang." Dia mengetuk kaca mobil yang hampir membuatnya celaka itu keras. Sang empunya pun keluar dengan perasaan kesal.

"Lo bisa gak sih gak teriak – teriak gitu. Cewek kok bar – bar banget." Ucapnya, dia mengecek mobilnya, takut kalau mobilnya harus lecet karena insiden kecil ini.

"Lo bisa nyetir gak sih ? bisa hati – hati kan. Gak usah ngebut." Gadis itu masih enggan untuk bersikap baik.

"Ya Tuhan, gue telat. Kalau lo mau nyari gara – gara jangan hari ini. gue ada jam penting hari ini. Dan gua saranin lo harus ubah sikap bar – bar lo. Muka lo cantik jadi kasian aja kalau harus jadi bar – bar." Laki – laki yang tak lain adalah Ali itu segera masuk ke dalam mbil. Tak peduli umpatan yang dia dengar dari gadis itu. karena sekarang pikirannya tertuju pada dosen super galak yang sudah menunggunya.

"Aaaaghh resek banget sih itu cowok. Dia pikir cuma dia yang punya urusan penting. Awas aja lo entar, gua gepret juga lo."

Tanpa berpikir lebih panjang lagi dia menaiki motornya dan masuk ke area kampus. Tak ingin terlambat di jam pertama yang begitu penting baginya.

"Chessa Aprilly. Terlambat lagi huh !?" Gadis itu hanya meringis kecil mendengar terguran dosennya. Padahal dia sudah berusaha untuk tidak terlambat hari ini, tapi apa daya impiannya tak sampai.

"Maaf Pak, tadi ada kecelakaan kecil jadi saya harus terlambat seperti ini." Cicitnya.

"Prilly, Prilly kamu selalu saja seperti ini. banyak sekali alasan yang kamu umbar pada saya. Kamu pikir kepala botak saya ini bisa kamu bohongi heh ? cepat bersihkan kamar mandi Dosen." Setelah berbicara panjang lebar, lelaki paruh baya berkepala botak itu masuk ke dalam kelas. Prilly hanya bisa bernafas kesal.

"Ini semua gara – gara cowok beralis bencong itu. awas sampe gue ketemu dia, gue pasti bikin perhitungan sampe 1000 sama dia." Tangannya terkepal hingga dia sampai di depan toilet yang harus dia bersihkan. Dan doanya terkabul untuk bertemu dan memberi perhitungan pada orang ini. senyum sinisnya tersungging jelas.

Adult BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang