AB-2

968 77 5
                                    

Prilly berjalan cepat menghampiri seorang lelaki yang tengah membawa tumpukan buku. Dengan sekali jentikan jari, Prilly menyegal kaki lelaki itu hingga dia tersungkur bersama tumpukan bukunya.

"Buset, hidung mancung gua nyungsep." Ringisnya menahan sakit. Sendangkan Prilly tersenyum puas melihat lelaki itu terjatuh di depannya.

"Mampus lo, makanya jadi cowok gak usah belagu."

Lelaki itu mendelik tajam. Iya dia adalah Ali. Batinnya mengumpat tidak jelas karena ulah wanita yang berdiri angkuh di depannya.

"Heh cewek barbar, lo pikir lo siapa hah."

"Makanya jangan cari gara-gara sama gua. Awas lo berani macem-macem sama gua."

Prilly kembali melanjutkan tugasnya - membersihkan toilet.

"Mimpi apaan sih gua semalem, ketemu cewek galak. Ya ampun buku dosen botak gua." Ali masih mengomel tidak jelas. Dia berjalan melewati Prilly yang sibuk membersihkan toilet. Dia tersenyum miring.

"Cantik, ternyata lo cleaning service di kampus gua ya? Banyak gaya banget lo." Ledeknya.

"Pergi, atau gua siram lo pake air pel. Dasar punuk onta." pekiknya kesal.

"Piwwittt, jangan ngamuk dong. Awas suka sama gua ntar." Ali mengedipkan matanya pada Prilly yang dibalas ekspresi ingin muntah olehnya.

"Amit-amit gua suka sama si alis ulet bulu kayak dia. Ih amit amit."

Prilly bergidik ngeri.

...

Ali meregangkan otot lengannya, dia merasa lelah karena membawa tumpukan buku tebal milik dosennya.

"Pak Frans ngefans banget kali ya sama gua, disuruh-suruh mulu." celetuk Ali pada sahabatnya. Arkan- sahabat Ali mencibir geli.

"Muka lo mirip babu kali, makanya disuruh-suruh."

Tawa dari lelaki sebelah Arkan terdengar menyebalkan di telinga Ali.

"Arkan jujur banget anjirr hahaa." Rian masih memegang perutnya karena tertawa.

"Diem lo lendir bekicot. Bicik u ah." Ali mengerucutkan bibirnya.

"Jijik." Ucap Arkan dan Rian bersamaan.

Ali terkekeh geli setelah itu. Arkan dan Rian memang selalu megembalikan moodnya.

"Kantin yok, gua laper banget." Rian mengeluh dengan wajah melas.

"Gembel banget sih muka lo." Arkan menimpuk wajah Rian dengan modul tebal miliknya.

"Auhh! Sakit anyinkk. Arkan tega sama adek." Rian mengusap hidungnya yang terasa nyeri.

"Gua juga laper, yok ke kantin." Ali berjalan diikuti kedua sahabatnya yang masih berperang. Lebih tepatnya Rian menggoda Arkan dengan memeluk lengan Arkan mesra layaknya pasangan kekasih. Ali menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua lelaki itu. Dan setelahnya terdengar ringisan Rian.

"Auhh, sakit anjir. Ali tolongin gua dong. Tangan gua ah ah dipelintir gila. Aliii."

...

Prilly membawa jus jeruk dan baksonya ke meja kantin bergabung dengan Tian, sahabatnya.

"Hufff, capek banget gua, Ti. Bersihin toilet dosen yang lebarnya gak ngalahin lapangan futsal."

Tian mengunyah kentang gorengnya sambil cekikikan geli.
"Makanya jangan telat mulu ches."

"Gua kan banyak kerjaan, Ti."

"Iya deh nyonya yang super sibuk. Gua paham."

"Nanti malem jadi nginep tempat gua gak?"

Tian mengangguk.

"Bawa cemilan banyak ya,Ti." Prilly nyengir.

Tian mendengus geli.
"Tuan rumah macam apa yang menyuruh tamunya membawa camilan, ya Tuhan."

"Hahaa, ya kan sekali-kali gitu lo awwwh aawhh rambut gua ahh."

Tian melotot kaget melihat Prilly yang memegangi rambutnya. Tian berdiri mendekati Prilly, dan betapa kagetnya dia melihat tiga orang lelaki terjatuh namun salah satunya menahan tubuhnya sambil menarik rambut sebahu Prilly.

"Auhh sakit gila, siapa sih."

"Eh lepasin ih, rambut temen gua ih."

Tian memukul tangan kekar yang tak lain adalah Ali.

"Woy bangun aw aw kenapa gua dipukul sih."

Kedua sahabat Ali bangun diikuti Ali, dia melihat di sela jarinya ada banyak rambut coklat.

"Eh anyink, ini rambut kunti ya." Arkan dan Rian berkumpul ingin melihat. Ali bergidik ngeri diikuti Rian dan Arkan.

Tiba-tiba toyoran keras mendarat di kepala Ali hingga benturan keras terjadi pada ketiga lelaki itu.

"Rambut kunti pala lo peyang. Itu rambut gua yang lu jambak."

Ali menatap kaget wanita di depannya yang sudah mengelus rambutnya yang berantakan.

"Mampuss, ini gua balikin rambutnya." Ali menyengir sambil menarik rambut-rambut di sela jarinya dan mengembalikan ke atas kepala Prilly.

"Aaaahh, lo lagi lo lagi. Awas ya lo punuk onta. Gua bakal buat perhitungan sama lo." Prilly mendelik kesal.

"Udah chess udah, sabar."

"Jangan galak dong cantik, gua beliin shampo kodomo deh biar rambut lo tumbuh sehat."

"PERGI LO SEMUA!!"

Tanpa menunggu lama Ali berlari menjauh diikuti kedua sahabatnya. Dia takut titisan medusa itu mengambil rohnya begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adult BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang