Bersamanya

255 8 2
                                    

Aku duduk disamping dirinya dan memandangi pemandangan dimalam hari. Begitu indah, bintang-bintang dilangit seperti ikut merasakan kebahagiaanku. Dia, sosok lelaki bernama Rio yang telah lama mengisi hati ini. Merubah hidupku yang kelam menjadi terang. Memang benar, selama aku bersamanya aku menjadi pintar, mandiri, penyayang.
Padahal, dulu aku agak tomboy. Kalau udah kepentok cinta, udah dehh langsung lemah tak berdaya. Hahaha...*abaikan.
Rio memandangiku penuh kasih, lalu dia mendekati wajahku, semakin dekat. Oh tidak, jangan kau lakukan itu!!! Aku menutup mata. Hening.
"Aku sayang kamu"bisiknya ditelingaku.
Aku membuka mata, dan menjawab dengan kalimat yang sama."aku sayang kamu juga." Rio tersenyum lega.
"Kenapa kamu tadi menutup matamu?" tanyanya. Deg. Aku bingung menjawab apa. Bagaimana ya? Jujur saja lah.
"Aku kira tadi kamu mau...."
"Menciummu? Hahaha. ."Dia menebak.
Aku langsung menunduk malu. Ah, ketahuan. Berulang kali Rio, kamu sudah membuat aku malu. Berulang kali Rio, kamu selalu membuat aku tersenyum. Berulang kali Rio, kamu memberi perubahan dalam hidupku dan diri ini. Terima kasih. Salam untukmu dari hati yang terdalam.

Pukul 10.00 p.m
Drtt...drtttt....
"Halo?"
"....."
"Iya, bu aku pulang"
"......."
"Dianterin sama Rio mah"
"........."
"Dia baik kok bu, tenang aja"
"......"
Rio menatapku . "Ini dari ibuku, ayo antar aku pulang" ajakku. Rio mengangguk.
Diperjalanan, Rio terlihat takut.
"Kamu kenapa Rio?" tanyaku
"Aku takut kamu dimarahi, ini sudah malam. Maafkan aku ya"
Aku tersenyum, "tenang saja"
"Bagaimana bisa tenang? Dahulu kamu pernah dimarahi kan karena pulang malam? Bersamaku lagi"
Aku memeluk erat Rio dari belakang, agar dia tenang. Aku mendengar jantungnya sangat cepat.
***
Aku memasuki rumah.
"Assalamualaikum"
Tak ada jawaban. Aku melihat diruang keluarga, ternyata sudah ada Ibu dan Ayah menungguku. Aku duduk sambil menyalami mereka. Hening.
"Sama Rio lagi?" tanya Ayah
"Iya yah, maaf Windy pulang lama"
Ayah terdiam, dia benar-benar menatapku tajam. Sedangkan Ibu hanya membisu.
"Mau sampai kapan sama dia?"tanyanya kembali
Maksud ayah apa ya? Apa dia berharap aku sama Rio putus? Jahat sekali.
"Kapan putusnya???!!!" Ayah langsung membentakku.
"Sabar yah.." saran Ibu yang melihat Ayah mulai emosi. Aku terdiam. Aku menahan sakit.
"Aku cinta sama Rio, ayah. Kenapa sih Ayah ga bisa suka sedikitpun sama Rio. Dia baik yah, dia bisa kok jaga Windy"
"Cukup!! Jangan sebut nama Rio dihadapan ayah lagi!! Ada Ayah, nak. Ayah juga bisa jaga kamu"
"Emang ayah bisa anterin aku kuliah? Ha? Bisa ga yah?" tanyaku. Nadaku sedikit membentak. Aku harap ayah menyadari bahwa putri kecilnya membutuhkan dia setiap saat. Ayahku selalu sibuk kerja. Pagi-pagi dia sudah berangkat ke tokonya. Ayahku seorang pengusaha, dari dulu cita-citanya hanya itu.Tetapi, dia seperti melupakanku.
Ayah terdiam. "Ayah gamau kamu.." Ayah tiba-tiba pergi kekamar tanpa melanjutkan ucapannya. Aku sedikit heran.

~~~~~~~
Assalamualaikum, kini pikiranku sudah mulai agak nyambung. Jadi, aku mulai bikin cerita lagi deh. Ini versi Islami. Semoga readers suka yah.. *mohon bimbingan nya..!

Kembali Pada-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang