Box Music Love (Part2)

28 0 0
                                    

Terengah nafasku. Kini semuanya tak beraturan. Jantung berdegup lebih kencang dari biasanya.

Ini penampilan pertamaku bersama Arif. Empat bar pertama aku memainkan melody dari instrumen ini, sedangkan Arif memainkan ryhtem-nya, dan bar-bar selanjutnya Arif yang akan memainkan melody dari instrumen ini, karena tingkat kesulitan dari melody bar selanjutnya menurutku, ya cukup... cukup sulit bagiku.

"Jangan lupa melody pada bagian intronya Mel," kata Arif sembari menunjukkan jari-jarinya yang lincah berpindah dari senar A ke senar B dan ke senar D dengan freet-freet berbeda yang menghasilkan nada bergenre jazz.

"Oke, aku ingat dan aku takkan lupa." kataku sembari mengingat.

"Baiklah. Mmm... kemarin malam fingering?"

"Mmm... Just 15 minutes before went sleep heheh," kini tergagap aku bicara.

"Oh... God please, sure your finger will be alright at stage."

"I can do it hehehehhe."

Rasanya menyesal saat mengatakan '15 menit', padahal aku berjuang keras untuk senam jari kemarin malam. Sungguh. Mengapa aku harus mengatakan 15 menit? Entah, mungkin semua ini efek 'demam panggung'.Sekitar 8 menit lagi, aku dan Arif akan menaiki panggung megah yang bernuansa warna putih dan peach. Ku ambil gitar putih ini dengan neck guitar yang bercorak dedaunan. Begitu juga dengan Arif. Ia mengambil gitar hitam didekat  gitar putih lainnya.

"So, don't go anywhere guys! Kita break sejenak, dan setelah istirahat ini akan ada penampilan dari dua orang gitaris! Cewe dan Cowo wuw! Seru kan???! Pokoknya jangan kemana-mana guys!"

Dua orang host di panggung sana, membuat jantung semakin berdegup kencang bahkan lebih. Keringat dingin mulai bercucuran.

"Mel? Are you okay?" Arif terlihat mulai khawatir.

"Mmm... Ya, aku baik-baik saja. Santai saja," kataku santai namun rasa ini tak santai.

"Baiklah. Kau tenang semua akan berjalan dengan lancar. 2 menit lagi kita menaikki panggung indah itu."

Hah? Indah? Sejak kapan Arif mengatakan kata 'indah'? Lupakan.

Pandanganku kini beralih pada..., seseorang di ujung panggung 'indah' (menurut Arif).

Hey... permainan yang bagus. Caranya memainkan bass berwarna putih itu sungguh menarik perhatianku, entah.

"Mengapa kau tersenyum Mel?

"Aku tertarik dengan permainan seseorang di ujung panggung sana..." Pandanganku belum beralih dari seseorang itu.

"Oh... itu, itu Rama senior kita. Best player bass."

"Wow............. Best player...." Aku terkagum.

"We're back back back on stageee! Wow! Istirahat selesai, it's time! Mela and Arif!!!"

Jantungku tak karuan untuk memompa darah.

"You can do it Mela!"

"I'll do Rif!" kataku semangat.

*JAZZ MUSIC INSTRUMENT*

"Give applause one more again! Sungguh, kalian membuat mulut kami tak bisa menutup!"

"Hahaha terima kasih...""Excellent! Kami tak tahu harus mengatakan apa, dan kami ingin kau Mela dan Arif, bawakan sebuah lagu yang bisa membawa kami semua disini berkhayal! Buatlah suasana gedung ini berbunga-bunga dan romantis! Can you?"

Pembawa acara ini meminta kami membawakan sebuah lagu yang romantis, menurut mereka. Aku dan Arif kini saling bertatap. Aku bisa membaca fikirannya. Ia tak tahu lagu romantis yang diminta oleh dua orang pembawa acara itu. Romantis menurutnya belum tentu romantis menurut pembawa acara dan para tamu yang hadir. Ini gawat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Box Music LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang