Intro & Chapter 1

16 1 0
                                    

Kali ini giliran seorang pria paruh baya yang terbaring kaku tak bernyawa, umurnya kurang lebih 49 tahun bila dilihat dari tanggal lahir yang tertera 'Lahir 28 November 1949, Wafat 6 Juni 1998'. Linangan air mata dan isak tangis sudah menjadi hal yang biasa bagi kami. Aku bersama teman-teman berdiri di dekat kerabat dan keluarga almarhum, ikut membacakan doa mengiringinya ke peristirahatan terakhir. Kami hafal doa-doa, ayat dan ritual yang biasa dibacakan atau dilakukan saat pemakan berlangsung. Bukan karena kami orang agamais atau semacamnya tapi beginilah keadaan dan kebiasaan kami. Ikut berdoa dan bersikap sedih saat pemakaman, hal itu kami lakukan untuk sedikit membantu atau membahagiakan keluarga almarhum, walaupun ada juga melakukan itu untuk mendapat sedikit uang saku tambahan, yah begitulah kehidupan anak-anak dan remaja yang tinggal di daerah sini –kawasan pemakaman. Terutama aku, seorang anak penjaga kuburan.

"Ini nak, terimakasih ya." tutur seorang ibu dengan mata berair sambil menyelipkan selembar kertas di saku dan tangan kami setelah doa-doa selesai dibacakan untuk almarhum.

kami hanya mengangguk dengan sedikit senyuman untuk membalasnya, karena tidak ingin merusak suasana pemakaman menjadi suasana amal yang penuh lemparan terimakasih. Kami beranjak menjauh dari kerumunan untuk memberikan ruang lebih pada pelayat dan menuju pohon rindang yang terdapat banyak bebatuan tempat dimana kami biasa menghabiskan waktu.

Namaku Andrian seorang anak laki-laki berumur 15 tahun, dengan tubuh sedikit kurus, kulitku sawo matang seperti orang indonesia kebanyakan dan kurasa tubuhku cukup pendek untuk anak seusiaku. Yah, sepertinya semua ciri-ciri itu kudapat dari orang paling kubenci yang bekerja sebagai penjaga daerah pemakaman ini, Ayahku. Aku tahu aku tidak sepatutnya berfikiran seperti itu tentang orangtuaku tapi aku kesal setengah mati pada ayah yang menjadi seorang penjaga kuburan. Bohong kalau kubilang tidak ada hubungannya sama sekali dengan penghasilan dan kehidupan yang jauh berbeda dibanding saat ia masih kerja kantoran, tapi alasan utamanya karena sewaktu ayah mulai menjadi penjaga kuburan adalah saat dimana ia menelantarkan semua hal disekelilingnya.

"Hei, ibu tadi baik ya." kata Anita memecah lamunanku. Anita adalah temanku yang tinggal di daerah sekitar sini, orangtuanya bekerja sebagai penjual bunga dan air di pintu masuk pemakaman. Umur Anita lebih muda 3 tahun dariku tapi sepertinya badannyalah yang paling tinggi diantara kami berempat. Bikin iri saja.

"Iya ngasih duit gede, padahal kayaknya bukan orang kaya." timpal Putri adik perempuan Anita yang baru berumur 8 tahun.

"Hush, jangan ngomong kayak gitu. Lihat mereka masih di sana." bisikku keras pada mereka sambil melihat di kejauhan keluarga pelayat yang masih berada di sekitar makam. "Harusnya kamu bersyukur udah di kasih sama mereka."

"Iya nih, dasar anak kecil."

"Apa sih kak! kan kakak yang mulai."

"Mau gimanapun bagi keluarga yang ditinggalkan memberi imabalan kepada kita yang sudah mendoakan almarhum menjadi amalan atau penghormatan tersendiri bagi mereka." kata Hamzah tiba-tiba.

"...."

Hening. Semuanya terdiam memandangi Hamzah. Ia memang bukan anak yang banyak bicara, dan hal ini sering terjadi pada kami begitu ia tiba-tiba masuk dalam percakapan, entah karena nada bicaranya yang datar, bahasan yang terlalu kaku atau memang kami yang terkadang salah mengartikan maksud ucapannya.

Hamzah hanya berumur 2 tahun lebih muda dariku, postur tubuhnya tidak jauh beda denganku dan menggunakan kacamata. Kutu buku adalah kata yang akan muncul di kepala tiap orang saat melihatnya pertama kali –jika baju lusuh dan sendal jepitnya tak masuk hitungan tentunya. Ayahnya pergi entah kemana dan ibunya menjadi TKI ke Hongkong, saat ini ia tinggal dengan bibinya di sekitar sini. Diluar keanehan yang sering terjadi saat ia berbicara, Hamzah tetap teman kami dan anak yang baik. Selain itu keanehannya bisa berguna juga, seperti sekarang aku jadi tidak perlu melerai pertengkaran kakak-adik yang hiperaktif ini.

Son of Grave KeeperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang