Just A Random Author's Note

69.4K 4.3K 662
                                    

Akhirnya rampung juga! Setelah menulis di tengah-tengah hectic-nya dunia nyata. Probably not my best (cause i feel PPaR is the best hehe), but i'm proud enough that i could a little bit moved from my "comfort zone". Karena keempat tokohnya sangat tidak relate dengan saya. Ya, okelah Kinan suka Disney, sama. Sabrina suka hal-hal berbau fantasi, sama. But that's it. Sisanya sifat mereka nggak ada di saya kayaknya hahaha. Selain itu profesi mereka nggak ada yang sama dengan saya, ya kecuali Radhi dan Arinka.

Nulis Jejak ini paling menguras energi. Karena selain (nggak tau kenapa) tiap chapternya jadi banyak banget (yang biasanya SKdPL 1 chapter cuma 700-1000 kata, ini bisa 2000-5000 kata), saya bener-bener harus menggali perasaan tokoh-tokohnya. Karena konfliknya itu banyakan konflik batin. Saya ikut nangis tiap nulis bagian Kinan, ikut ngakak waktu sering nulis tentang clueless-nya Satrya dulu.

Banyak yang kecewa dengan tokoh yang looked perfect. Cantik, berbakat, orang punya, adorable. Dari awal udah sadar, banyak yang lebih suka tipe-tipe cewek quirky, bukan cewek badhaaai tapi menarik. Soalnya lebih relate sama pembaca. But no, this is not a story how Cinderella found her prince. Karena yang seperti itu sudah ditulis di SKdPL heuhehehe. Ini kisah tentang the imperfection of perfection. Bahwa nggak semua yang kita lihat sempurna di luar itu juga sempurna di dalam. Orang-orang yang kelihatan sempurna kayak Dian Sastro atau Maudy Ayunda pun pernah struggle dengan sesuatu dalam hidupnya yang kita nggak pernah tau atau kita nggak pernah bayangin. Iya, kayak Kinan yang ternyata batinnya itu nggak sesempurna hidupnya. Atau kayak Satrya yang ternyata having family issues dibalik ketenangannya dan kekonyolannya sama teman-temannya.

Dari awal emang pengen bikin Kinan bangkit karena dirinya sendiri, bukan karena Satrya. Emang pengen nunjukin kalo di dunia ini tuh nggak melulu soal cinta. Kita suka lupa, orang tua itu yang paling kecewa, paling malu, tapi paling siap pasang badan kalo kita salah langkah. Kinan emang mellow, mungkin banyak yang nggak terlalu suka dengan tokoh yang melankolis. Sama, saya juga nggak terlalu suka dengan orang melankolis. But, just because she was cry a lot, doesn't mean she has no strength. Kita nggak pernah tau seberapa kuat seseorang, sampe kita liat sendiri gimana mereka menghadapi dirinya sendiri di lowest level.

Juga tentang Sabrina yang udah menyimpan rasa bertahun-tahun. Kadang ya, apa yang kita liat dan kita imajinasikan lebih baik dari kenyataan. Begitulah kira-kira ketika Sabrina akhirnya 'melihat' Abi yang sesungguhnya. Gebetan tahunan itu kadang cuma jadi obsesi. Tapi akhirnya obsesi itu terobati karena akhirnya dia jatuh cinta sama Abi karena seorang Abi yang dia nggak pernah ketahui sebelumnya. Dari yang dalam pikirannya tuh "kayaknya keren deh pacaran sama Abi, digitarin, lalala~" jadi akhirnya ya merasa bahwa Abi segitu perhatiannya sama dia, selalu ada, walaupun Abi nggak sempurna kayak di khayalannya selama ini tapi akhirnya dia merasa dia bisa deal with Abi yang overprotective dan egonya tinggi banget.

Yah, intinya, kebahagiaan itu bukan dicari. Bukan dicari di orang lain. Tapi diciptakan sendiri, untuk diri sendiri, sukur-sukur bisa untuk orang lain juga. Karena kita sendiri yang melukis jejak-jejak dalam diri kita, melukis jejak di diri orang lain. Kita nggak pernah tau kapan waktu terakhir kita melukis jejak, maka lukislah yang terbaik.

Akhir kata, terima kasih untuk yang sudah setia sampai 52 chapter, mau aku ajak ombang-ambing selama itu. Terima kasih atas saran dan kritik, nanti akan aku benerin ketika merapikan naskah ini. Terima kasih atas comment-commentnya yang seru-seru abis. Kadang ketawa ngakak bacanya. Terima kasih untuk yang tidak melempar rude words (catat ya, rude words maksud saya ini yang menebar kebencian. Kalo cuma kesal sampe ngomong "bego" atau "anjiing", "bangsaat" ya woles. Yang saya maksud ini yang bikin nggak nyaman, nggak sopan, bikin war sama pembaca lain. Sampe kayak waktu itu di askfm ada yang anon ke saya bilang "saya benci sama -usernamepembacasaya-". Bikin kolom komen nggak kondusif, bikin orang lain tersinggung). Entah kudu seneng karena berhasil nyiptain tokoh yang sebegitunya atau sedih karena bikin orang lain sensitif hehehehe.

Terima kasih sudah membaca cerita saya yang receh ini. Saya akan tetap menulis, tapi dalam waktu dekat kayaknya bakal balik ke one shoot dulu, sembari ngabisin tumpukan buku yang belum habis hahaha :p.

Sampai jumpa di cerita-cerita lainnya!

PS : Nggak akan ada cerita Radhi dan Arin selain di Jejak. So, don't put your expectation too high. Meskipun banyak request, aku sepertinya tetap nggak akan bikin hehehe. Biarlah mereka jadi legenda huahahaha. Hubungan mereka gimana? Ya rahasia di antara mereka berdua aja. Cia cia ciaaa...

Love,
Echa/fairywoodpaperink

Jejak (#3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang