Satu

24 3 0
                                    

Rana masih terdiam melihat kebahagiaan sepasang manusia yang baru saja resmi menjalin hubungan. Rana tidak tau kenapa rasanya sesakit ini, padahal ini bukan pertama kalinya Rana melihat Ayadal memiliki kekasih baru, tapi kenapa rasanya masih sesakit ini? entahlah.

Bahkan hingga lapangan sekolah sekarang hanya menyisakan beberapa siswa yang belum pulang saja Rana masih tetap berdiri ditempatnya sambil memegang erat kedua tali tas yang disandang di bahunya.

Seakan tersadar buru-buru Rana berjalan ke parkiran untuk mengambil motornya. Sambil sesekali menghela napas Rana mulai mengendarai motor menuju rumahnya.

***

Esoknya saat memasuki kelas Rana langsung disambut Anya dan Tifa, dua sahabat baiknya semenjak sekolah menengah pertama. "Na, lo baik-baik ajakan? Maksud gue hati lo, hati lo baik-baik aja kan, Na?" Tifa yang pertama menanyakan.
Sementar Rana hanya tersenyum pedih sambil perlahan menunduk saat mendengar pertanyaan Tifa. Jujur, untuk saat ini hati Rana tidak merasa baik-baik saja.

"Na?"  Rana mengangkat kepala masih sambil tersenyum. "Pliss, Na, jangan diem aja, gue tau hati lo ga baik-baik aja " Anya mulai buka suara saat melihat Rana yang masih tetap bungkam  dengan senyumannya.

Perlahan setetes cairan bening mulai turun dari mata Rana, diikuti cairan bening lainnya. Susah payah Rana menahannya, akhirnya pertahanannya runtuh di depan kedua sahabatnya. Isakannya mulai terdengar.

Anya dan Tifa melihat prihatin, sambil mulai mengusap punggung Rana yang masih saja mengeluarkan isakan pedih.

Tak bisa dipungkiri, ini bukan pertama kalinya Anya dan Tifa melihat Rana menangis seperti ini, tapi tetap saja mereka berdua tak akan tega melihat sahabatnya seperti ini.

"Lo bisa nangis sepuasnya Na, keluarin semua sesak di dada lo Na"

Beruntungnya mereka karna baru 5 orang yang ada dikelas termasuk mereka, karena sekarang masih jam 6.45, sementara bel masuk dibunyikan tepat pukul 7.

"Gue ga tau kenapa masih sesakit ini, gue gatau" Rana mengucapkannya sambil meremas dadanya. "Sakit banget,Nya , dada gue sesak" sambil sesegukan Rana memukul pelan dadanya.

"Na, kami ada disini buat lo " Tifa mulai memeluk Rana, diikuti oleh Anya. Sungguh, hati mereka ikut sakit melihat Rana seperti ini. Tak bisa di bendung lagi, Anya mulai menangis sambil tetap memeluk Rana.

Mendengar isak tangis disebelahnya Rana langsung memalingkan muka ke arah Anya " Lo ngapain ikut nangis juga sih,Nya, kan yang patah hati untuk kesekian kalinya gue, pliss lo jangan nagis juga"

"Gimana gue ga nangis tai kuda, ngeliat lo gini gue jadi sedih, udah berapa kali sih gue bilang, udah cukup lo habisin 5 tahun lo cuma buat dia, Na. Gue sayang sama lo, gue ga mau lo gini terus" Anya semakin erat memeluk Rana.

"Gue gatau,Nya. Gue ga bisa"  Jawaban Rana masih sama seperti sebelumnya, saat Anya mengatakan hal yang sama. Dan sekali lagi, setelah mendengar jawaban Rana, Anya dan Tifa hanya bisa diam, tidak tau lagi harus berkata apa.

***

"Pilih! Mie ayam atau nasi goreng?"

"Tumben lo mau pesenin punya kita, Fa?"

"Udah cepetan jawab!"

"MIE AYAM!" Sedikit berteriak, Rana dan Anya menjawab dengan kompak. Sepeninggal Tifa memesan makanan, Rana dan Anya hanya diam sambil memperhatikan suasana kantin yang begitu ramai sambil sesekali menyapa.

" Tetiba gue mules anying" Rana mengalihkan pandangannya ke arah Anya.  " Belum juga makan udah kecepirit aja lo" Anya mendengus mendengar ucapan Rana

" Ah bodo lah, gue ke toilet dulu''  Anya langsung berlari ke arah toilet sekolah.

Tiba-tiba matanya melihat Ayadal yang baru memasuki kantin bersamam Sasi.

' Oke Na, lo ga liat, lo ga liat'  Rana. Terus merapalkan kalimat di dalam hati. Tapi bukannya mengalihkan pandangan, matanya bahkan tidak pernah lepas dari Ayadal.

Hingga -- ' mampus' Pandangan mereka bertemu .

"Na! Hello?"

"Eh iya apa?" Didalam hati Rana mengucapkan rasa syukur atas kehadiran Tifa. "Lo liat apa sih?" Tifa mengikuti arah pandangan Rana, dan disana dia menemukan Ayadal yang sedang tertawa bersama Sasi. -- 'pantes'  Tifa mengerti.

" Udahlah Na, jangan diliat lagi" Rana hanya tersenyum hambar menanggapi ucapan Tifa sambil sedikit menunduk.

"Yukss makan" Baru saja tiba, Anya langsung ambil posisi dan mulai menyuap. "Dari mana lo babi?" Tifa lah yang bertanya. "Sesak boker gue" Anya menjawab sambil terus menikmati makanannya.

" Halahh bohong lo, bilang aja nyabu kan lo? Hayo ngaku" Tifa menjawab sambil sesekali menyuap.

"Tai ayam lo"

"Lo tai kucing"

"Lo kutil kecoa"

Rana yang melihatnya sampai tertawa. Sungguh, Rana bersyukur mempunyai dua sahabat yang selalu ada untuknya ini.  Rana benar-benar menyayangi sahabat-sahabatnya ini. Sangat.

-----------------------------------------------------------

Kritik dan sarannya di tunggu ya..

7 Maret 2020

23:40

'sebenernya ini cerita lama udah sejak oktober 2016 tapi banyak yang aku rombak hehe, semoga suka yaa :)'

Vote+comment ;)

-nta-

luv luv luv

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang