"Elvira Melodi.Silakan maju kedepan" ucap seorang guru tersenyum kearahnya.
Yang dipanggil langsung berdiri dan mulai membaca puisi.
"Sakura
Kau sang-"
Brak!
Kata-katanya terhenti.Seisi kelas langsung menoleh kearah suara.
Juni,senior mereka yang hidupnya diiringi masalah menendang pintu kelas tanpa sebab.
"Juni?Mau apa kamu kesini?" tanya Pak Edi tegas.
Namun ia malah tertawa dengan ucapan Pak Edi.Seisi kelas langsung menunjukkan muka bingung sekaligus takut.
Karena biasanya,jika salah satu 'Trouble Maker' disekolah ini menghampiri kelas mereka -sambil berbuat sesuatu yang membuat orang terganggu-berarti ada yang berurusan dengannya.
"Kenapa kamu malah tertawa?!" tanya Pak Edi mulai kesal
"O-oh.Maaf,Pak,maaf.Tadi saya emang ketawa.Dan itu gara-gara Bapak" ujarnya santai.
Melodi,mulai kesal dengan perbuatan seniornya itu.Karenanya,ia tidak bisa melanjutkan puisi yang ia bikin susah-susah,karena ia bukanlah orang yang pandai membuat puisi.
"Pak,gausah ladenin deh,Pak.Saya mau bacain puisi karya saya nih.Saya udah bikin susah-susah,Pak.Kan bapak tau kalau saya bukan orang yang ahli membuat puisi.Saya itu-"
Ucapannya terhenti karena Juni memotong pembicaraanya.
"Oke.Sekarang lo ada dalam urusan gue" ujarnya langsung masuk kekelas Melodi dan menarik pergelangan tangannya.*oke,ini emang lebay.
"Hah!Eh ka,lo lebay banget sih?Dateng buat rusuh,siapa yang salah juga" ujar Melodi tidak terima sambil berusaha melepaskan tangannya dari Juni.
Teman-teman sekelasnya tidak bisa berbuat apa-apa.Mereka sedikit menyalahkan Melodi karena menantang Juni.Siapa yang bisa menolak si kepala batu itu?Tidak ada.Hanya guru-guru tertentu yang dapat menanganinya.
Pak Edi bertambah geram dan langsung menahan Juni sebelum ke ambang pintu kelas.
"Sekarang kamu juga berurusan dengan saya"
Namun Juni hanya terkekeh dan melanjutkan aksinya.Sedangkan Melodi berusaha melepaskan cengkeramannya dan menahan sakit.
"Huaaa..tangan gue sakit banget.Tolongin gue" ujarnya sambil meminta tolong teman sekelasnya.
Tidak ada yang bisa menolongnya.Sampai sang ketua kelas-Rio-saja hanya diam dan menatap Melodi dengan tatapan bersalah.
Didalam hatinya,Melodi terus merutuki dirinya yang kelepasan itu.
Pak Edi langsung mengambil benda terdekatnya untuk memukul Juni.Penghapus papan tulis.
Pluk.
Juni menutup mata dan mengeratkan cengkramannya pada Melodi.
Melodi terus menahan sakitnya.Rasanya ia ingin pingsan.
Beberapa siswa yang melihat muka Juni perong tertawa kecil.
"Juni.Kali ini kamu sudah keterlaluan,sekarang ikut saya ke BK" kata Pak Edi langsung menarik tangan Juni ke BK.
Juni langsung membuka matanya dan menatap Melodi tajam.Ia juga melepaskan cengkramannya.Lalu Pak Edi dan Juni langsung menuju BK.
Sekarang Melodi agak lega.Namun ia masih merasakan sakitnya.
"Hiks,tangan gueee"katanya menangis dan menuju tempat duduknya.
'Tangan gue ngenes banget'batin Melodi sambil mengusap-usap tangannya yang merah.
Sekarang mejanya dipenuhi teman-temannya yang membantu dan meminta maaf pada Melodi.
"Mel,maafin gue"
"Sumpah ya.Gue kaya orang bodoh banget"
"Eh gue minta maaf,tapi udah terjadi"
Namun Melodi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ga papa kok.Cuma sedikit sakit"jawabnya tenang
" Oke.Nanti kita pulang bareng kan?"kata Andin.
"Iya"kata Melodi tersenyum