Chapter 4 (edited)

95 6 0
                                    

(f/n) langsung membuka matanya, ia terkejut dengan pertanyaan dari Rivaille, ia bingung harus mengatakan apa.

"Kenapa kau bertanya tentang itu?"
"Hemm... Aku cuma bertanya, kalau kau terganggu lebih baik kau tidur, bratt"

"Huh... Baiklah aku akan menjawabnya..."
"...Karena aku belum mau tidur" (f/n) sekarang duduk di tepi ranjangnya lalu menenggelamkan wajahnya dengan rambut (long/ short hair), sambil menghadap ke ranjang Rivaille.

"Aku berharap Negeri Archer maupun Saber itu berdamai..."
"...Rasa tak suka pasti ada, karena penyebab kematian orang tuaku dan orang tua Mikasa adalah..."
"... Peperangan antar Archer dan Saber"

"Aku selalu membayangkan jika terjadi perdamaian di antara Saber dan Archer dengan Mikasa, Eren, dan Armin, maupun Hannes-san..."
"... Dan sayang, Hannes-san telah gugur di medan pertempuran, itu juga gara-gara hal itu. Itu terjadi saat tahun lalu. Badannya terbelah dua oleh Saber Sword."
"Mengerikan, sungguh kejam Saber Sword, dan peperangan"

"Aku tak mengharapkan peperangan terjadi"
"Aku tak tau siapa yang salah?"
"Archer??... Atau.."
"Saber?"

"Tapi, jika kesalah pahaman terjadi di antara kedua belah pihak lalu terjadi pertempuran..."
"... Aku akan ikut berperang dan memperjuangkan Negeri Tanah kelahiranku Archer. Lalu berbicara dengan Pemimpin Saber untuk berdamai, dan menjadi Negeri yang saling tolong menolong"

(f/n) menyeka air mata yang tadi jatuh membasahi pipinya.

Rivaille merasa bersalah, membuat gadis di hadapannya itu menangis gara-gara ia memberinya pertanyaan bodoh, yang berujung menceritakan tentang peperangan. Sebenarnya ia juga tak ingin ada peperangan seperti itu lagi. Walaupun ia seorang Pangeran, ia belum berhak untuk memimpin.

"Hey, brat! Kau tak perlu menangis!"
"Kau menangis pun tak akan menyelesaikan masalah!" Rivaille menupuk pundak (f/n).

"Kau benar Rivaille, tangisku tak akan menyelesaikan masalah" senyumnya pun mengembang, bagaikan bunga mawar yang baru mekar saat malam hari. //pfft//

"Bagus, bratt!" ia mengacak-acak rambut (f/n).
"Sekarang, lebih baik kau tidur, bratt" (f/n) mengangguk, Rivaille pun menyelimutinya.

'Selamat tidur, calon Permaisuriku,' itulah isi batin Rivaille, baru saja ia kenal, langsung mendapat incaran.

----

"Itu melenceng dari tujuanmu loh, Levi?" Author pun ikut hadir di dalam kamar reader.
"Urusai, boge!! kembalilah ke asalmu thor!!!"

Author pun menghilang ditelan waktu?..

---

'Sebenarnya, selain kabur dari istana, aku diberi tugas Ayah untuk menyelidiki di balik pemerintahan dari Archer,'

'Bukannya Ayah ingin menyerang diam-diam Kerajaan Archer, tapi Ayah ingin Archer dan Saber itu berdamai,'

'Ayah merasa pemerintahan Archer sedikit kacau dan seenaknya sendiri, setelah Raja Edward menghilang tanpa jejak..'

***

Rivaille (Levi) POV

Pagi menyingsing, kubuka kedua mataku, tak kudapati seorang gadis di ranjang sebelah. Aku terbangun, burung berkicau, bau masakan yang cukup lezatpun tercium harum. Aku menelusuri bau harum masakan tersebut, hingga ke sebuah dapur, terlihat seorang gadis tengah menggunakan apron coklat yang kini sedang memasak.

"Hey, bratt! Apa yang kau masak?" ucapku mengagetkannya.

"Ehh... Kau sudah bangun, kau beruntung hari ini, Sasha memberikan sebagian telur hasil ternaknya kesini.."
".. Padahal saat hari biasa hanya makan kentang dan ubi, tapi sekarang aku membuat telur goreng special yang berbeda dari yang lain" senyum cerianya itu, sungguh sarapan pagi yang mengasikkan.

War On Love [Levi x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang