Gen - Dis

122 2 2
                                    

Rasa kecewa Genta membuncah, hatinya patah, tersakiti, dikhianati cinta yang telah dipujanya setengah mati. Disaat cintanya telah membesar sampai tidak dapat terlihat seluruhnya, disaat itu juga dia harus menerima sebuah ledakan yang memecahkan semuanya begitu saja dan menjadikan semuanya itu seperti serpihan yang tidak berdaya. Tidak ada lagi yang bisa dilakukannya, terduduk lesu, pilu, bersandarkan harapan yang kini telah berbalik membunuhnya.

Lidahnya kelu, tak bisa mengucapkan sepatah kata apapun. Hatinya masih belum menerima kenyataan yang dilihat oleh kedua matanya. Wanita yang telah menjadi dambaan hatinya, mendua begitu saja dihadapannya. Dunia yang telah diciptanya bersama kini telah musnah, tidak menyisakan bahagia di akhir cerita, hanya menyisakan sebuah bingkisan dengan luka di dalamnya, dan luka itu kini telah berhasil merengkuh dirinya seluruhnya.

Seolah mengerti, langit malam pun berubah menjadi kelam dan secara perlahan mulai menjatuhkan rintik-rintik hujan. Genta masih tetap sama tidak beranjak sedikitpun membiarkan tubuhnya basah oleh guyuran air hujan. Rasa kecewa yang dirasakannya mampu mengalahkan dinginnya udara malam yang bercampur dengan hujan saat itu. Tidak lagi seperti manusia yang memiliki harapan, tatapannya kosong, jiwanya seakan mati akibat badai perasaan yang menimpanya setengah mati.

Ketika kecewanya sedang mengambil alih tahta kendalinya, seorang perempuan datang dengan payung ditangannya. Langkahnya terlihat begitu ringan, meski hujan yang mendera begitu derasnya. Seketika Genta terlindungi dari derasnya air hujan ketika perempuan tersebut telah sampai tepat disampingnya. Meski demikian dia tetap tidak menghiraukan keberadaan perempuat tersebut meski perempuan tersebut telah menyelamatkannya sementara dari derasnya guyuran air hujan.

***

"Dis bagus ga bonekanya?"

"Bagus ko, lucu juga, tapi kamu beli boneka buat siapa?"

"Siapa ya,..hmm, yang jelas ini itu buat hadiah ulang tahun seseorang."

"Tapi kan ulang tahun aku masih 4 bulan lagi ta, gausah nyiapin dari sekarang juga kali." Seketika mereka saling memandang, diam tanpa kata. Namun sekejap kemudian diam tersebut berubah menjadi gelak tawa.

"Kamu apasih Dis, kepedean banget."

"Ya habisnya kamu bukannya ngasih tau malah bilang, hmm, hayo salah siapa jadinya?" tanya Disti dengan sisa-sisa tawa di mulutnya.

"Kamu tuh ya. Udah ah aku mau bayar bonekanya dulu, kamu tunggu disini jangan kemana-mana, ntar kamu ilang aku yang repot"

Disti masih dengan tawanya sedangkan Genta sudah mulai pergi meninggalkannya. Matanya masih terus mengikuti langkah Genta. Tidak dibiarkannya sosok seorang laki-laki yang dicintainya lepas begitu saja. Ini adalah bulan ke 6 kedekatannya dengan Genta. Selama itu Genta sudah seperti seorang pelukis baginya, yang menaruh warna diharinya dan menyulapnya menjadi sebuah keindahan di langitnya.

***

12 Maret 2013, hari dimana adik perempuan genta berulang tahun. Disti telah siap dengan sebuah kejutan untuk adik perempuan dari laki-laki yang dicintainya. Sebuah kotak berukuran cukup besar sudah terhias cantik dengan warna merah jambu yang dominan disetiap sisinya. Tidak lupa sebuah pita dan kartu ucapan yang turut menghiasi sisi luar dari kotak tersebut. Disti kini telah siap untuk menuju kediaman keluarga Genta.

Disepanjang jalan, Disti sesekali melihat ke arah kado yang telah disiapkan untuk adik perempuan Genta. Jantungnya berdebar, kecemasannya meningkat. Jemari tangannya tidak bisa berhenti bergerak, masih terus mengetuk-ngetuk kemudi mobilnya. Bukan karena cemas tidak dapat hadir tepat waktu, melainkan cemas takut jika kado yang dibawanya tidak disukai oleh adik perempuan Genta.

AKU TAHU APA YANG KAMU RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang