Patung

274 15 0
                                    

Saat aku membuka mata, aku melihat seperti kabut putih yang menyerupai manusia berada tepat dihadapanku.
Dan ketika aku mencoba memastikan pengelihatanku tiba-tiba saja kabut misterius tersebut mulai memudar dan menghilang.

"elle, apa kau tidak apa-apa?" suara kak Jaebum membuat ku sedikit merasa tenang.

"apa yang terjadi kak? Aku dimana?" ucapku lemah.

"maafkan kakak, karena kecerobohan kakak saat menyetir, kakak hampir saja menabrak anak kecil" ucap kak Jaebum dengan penuh rasa penyeselan.

"di mana guru youngjae?" ucapku.

"guru youngjae masih belum sadarkan diri, keadaannya masih kritis" ucap kak Jaebum parau.

Akupun berusaha menenangkannya, mencoba menggapai tangannya yang mulai gemetar karena ketakutan dan merasa bersalah.

"dia pasti akan baik-baik saja" ucapku meyakinkannya.

DIKELAS

Aku berdiri tepat didepan pintu kelas dan mencoba menghitung kembali semua murid yang ada dikelas.
Tiga puluh empat, sama seperti hitunganku 2 hari kemarin.

Tapi aku merasakan ada yang aneh dengan siswi yang berada dikursi paling belakang pojok sebelah kanan. Dia terlihat sedikit pucat dan sebuah patung yang dia genggam ditangannya dengan begitu erat.
Dan ada seorang siswa yang sedang termenung juga menggenggam patung kecil dengan sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya mengikuti dentingan jarum jam.

Aku mencoba mendekati mereka dan bermaksut menanyakan patung apa yang sedang mereka genggam itu.

"elle" bentak seorang siswi yang berdiri tepat dibelakangku dengan menepuk pundakku cukup keras.

Akupun membalikkan badanku dan menatap kearahnya, aku sontak terkejut melihatnya dengan mata melotot dan darah yang keluar dari matanya dengan seringai dan pekikkan tawanya yang berhasil membuatku tersungkur kelantai.

Dengan menutup kedua mataku dan lutut yang menyentuh lantai terasa begitu panas dan lengket.
Aku mencoba membuka mataku dan melihat kelantai dan ini bukanlah lantai kelasku melainkan semak belukar dengan genangan darah yang berbau amis.

Tanganku terasa begitu gatal hingga aku memutuskan untuk melihat ketelapak tangan kiriku yang mempunyai mata dengan syaraf-syaraf kecil yang timbul dan bergerak layaknya mata sungguhan.

Tenggorokkan terasa begitu kering hingga aku tak mampu untuk berteriak meminta tolong.

"elle, elle"

Suara seorang pria yang menggema, ia berada diantara kabut putih yang begitu tebal, bayangannya yang mulai muncul secara samar-samar.
Aku merasakan akar pohon pinus yang menjeratku begitu erat dipergelangan tangan kananku, dan menarikku untuk berdiri.

"sadarlah" teriak seorang pria yang pernah aku jumpai di uks.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan mengedarkan pandanganku kesekitar, hingga aku menetapkan pandanganku ke pria tersebut.

"ikut aku" ucapnya sembari menarik tanganku keluar kelas.

DIATAP SEKOLAH

"jika yang kau lihat adalah seorang murid yang membawa patung, lebih baik abaikan saja" ucap pria itu.

"kau..." ucapku ragu mencoba mengingat namanya.

"iya, aku jinyoung, seorang siswa yang memiliki kelebihan sama sepertimu" jelas Jinyoung.

"ada apa dengan patung itu?" Tanya ku penasaran.

"apa kau tidak mendengarkanku? Kau tidak perlu tau dan tidak perlu mencoba mencari tau tentang patung itu, lebih baik kau mulai melupakannya, atau kau akan mengalami hal yang lebih buruk dari kejadian tadi dikelas" tegur Jinyoung.

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang