Prolog

51 2 0
                                    

"Bibi Sherly mau menikah Mom?" tanya Louis kaget. Mom mengangguk.

"Ya mungkin sudah waktunya dia menikah, Lou" kataku. Aku masih fokus membaca novel terbaruku yang baru diberi kemarin oleh Lexie dan Brite.

"Ah ya ampun, aku didahului oleh Bibi, padahal aku lebih tua darinya" ujar Louis. Mom dan Dad menertawakannya. Kakakku ini, terkadang aneh, terkadang juga tolol. Tetapi dia kakak terbaik yang pernah kumiliki, karena hanya dia saudaraku.

"Kapan kau menikah dengan Gresia?" tanya Dad pada Lou. Aku mendongakkan kepalaku, menatap Dad kemudian Louis.

"Mom tidak sabar ingin mempunyai cucu darimu Lou" ucap Mom dengan senyuman tipis. Aku ikut tersenyum. Lou berlaga sok tenang, padahal aku tahu dia sedang salah tingkah. Aku menertawainya sangat keras. Mom dan Dad heran padaku,sedangkan Lou hanya meenyengir kuda.

"Lou bukanlah lelaki yang berani menampakkan wajahnya didepan orang asing, Dad. Apalagi orang tua Kak Greys", Tawaku pecah lagi. Dad dan Mom kini ikut menertawai Lou.

"Sudahlah. Kalian pikir aku tidak berani bertemu dengan orang tua Greys, lihat saja setelah Greys lulus kuliah, aku akan meminta ijin pada Ayahnya agar merestui kami untuk bertunangan" kata Lou sok berani dengan wajah yang yakin.

"Baik...akan kuhubungi Kak Greys" godaku. Tanganku meraih handphone-ku dimeja, tapi tangan Lou lebih cepat mengambil sesuatu. Seperti kilat menyambar jendela dimusim hujan.

"Lou!" teriakku. Lou malah mengejekku. Handphone-ku ia goyangkan ditangannya. Aku ingin mengambilnya namun Lou membuatku semakin marah. Tangannya sengaja menghindari tanganku. Lalu mendekati lagi untuk memancingku agar mengambil handphone-ku.

"Dad, lihatlah anakmu itu. Aku kesal padanya. Dasar jail!" laporku pada Dad. Aku menutup novelku dan pergi dari ruang keluarga. Saat aku hendak menaiki tangga, Lou berlari ke hadapanku dengan tangannya yang dilentangkan. Aku berdecak kesal. Aku melirik Mom dan Dad, mereka sedang tertawa kecil melihat kelakuanku dan Lou.

"Apa lagi?" tanyaku cuek padanya tanpa melihat wajahnya yang bermodal. Tangan kanannya yang tidak menggenggam handphone-ku menggeser wajahku untuk menatap wajahnya.

"Tatap dulu wajahku" perintahnya. Aku menepis tangannya. "Kau tahu, calon suami Bibi Sherly ternyata telah mempunyai seorang anak" katanya pura-pura terkejut.

"Basi" ujarku singkat dan mendorong badan Lou untuk memberiku jalan.

"Hey, aku kan belum selesai bicara...Anna!" teriakannya menggema disemua bagian rumahku. Aku menghiraukannya.

~

"Lou! Louis!" teriakku dari kamarku. Kemana sih Louis? Aku berdecak sebal. "Louis! Dimana kau?" Aku bangkit dari kursi meja riasku dan keluar kamar. Aku menuruni tangga dan berhenti sesaat untuk melihat keadaan ruang makan dan ruang keluarga. Tidak ada siapa-siapa.

"Mom! Dad! Louis!" panggilku satu persatu. Aku menghentakkan kaki dan kembali ke kamar.

"Dimana sih mereka? Udah tau aku mau berangkat. Telat lagi" ocehku. Aku mengambil tas gendong mungilku dan handphone-ku yang telah disimpanoleh Louis diam-diam tadi malam. Dasar kakak yang aneh!

Kakiku kulangkahkan cepat saat sudah diruang tamu. Tiba-tiba seseorang memanggilku dari belakang.

"Anna!"

Aku menoleh ke belakang. Yang memanggilku itu bukan orang rumah. Aku tidak mengenalnya. Tapi Tuhan, dia tampan sekali.

"Louis menyuruhku untuk mengantarmu ke sekolah. Kau mau?" tanya Pria asing itu.

"Kau siapa? Kenapa bisa disini? Siapa yang mengijinkanmu? Kau...ehmm" Pria itu telah membekap mulutku, lalu dia menggendongku seperti membawa karung beras.

"Hey! Turunkan aku, dasar pria brengsek!" Aku memukul punggungnya berkali-kali. Dia tidak merespon sama sekali. Euh! Rok sekolah ini kenapa sangat pendek?

"Kakimu indah" kata Si Pria brengsek.

Aku membuka mukutku lebar. Gila sekali pria ini. Aku memukul punggungnya lagi. Aha! Aku jambak saja rambutnya. Kesempatan, aku tidak tau dia pria atau wanita. Atau bahkan dua-duanya.

"Aww!" pekiknya lalu menurunkanku. Huh! Terima kasih, Tuhan.

"Kau apa-apaan?" tanyanya. Dia marah.

"Menjambak rambutmu. Rambutmu bagus" kataku sambil memainkan rambutnya.

"Diam! Sekarang naik ke mobilku. Aku akan antar kau ke sekolah, setelah itu aku harus bekerja. Cepat!" Si Pria brengsek itu membukakan pintu mobilnya untukku. Memang aku siapa dia, kenal saja tidak. He's rare.

Sebelum masuk ke mobil aku menatap mata hijau emerald-nya, "Kau pria brengsek dan aneh". Setelah itu aku masuk ke dalam mobil.

---

Yay! Cerita baru nih dari akun baru, hehe...

Multimedia : Barbara Palvin as Anna Lorane

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BROTHERS (One Direction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang