Kookie~
'Raemi-ah, nanti aku hubungi lagi.'Raemi~
'Ne! Fighting!!'
'*sticker semangat*'Aku mengulum senyumku. Tidak dibaca. Ya, mungkin dia sedang sibuk. Aku mengerti, minggu depan adalah minggu yang sibuk baginya. Iya harus mempersiapkan promosi album berikutnya. Ditambah gosip gosip dari netizen yang membuatku ingin membakar dunia ini. Ah, aku ingin menangis saat membaca komentar itu. Aku saja sedih, bagaimana dengan member BTS?
Aku menatap ponselku kembali, lalu membuka aplikasi kakao talk. Dia masih belum membacanya. Aku lebih memilih membersihkan tubuhku. Ya, aku juga harus mencari kesibukan. Kuliah dan bekerja.
Aku dan Jungkook sudah menjadi pasangan kurang lebih satu tahun. Karena dia menjadi idol yang sekarang semakin naik daun aku harus mengerti kesibukannya. Dan sampai malam, Jungkook tidak membalas ataupun membaca pesanku. Huft, aku harus bersabar.
Dan sekarang hari rabu, sudah dua hari ia tak menghubungiku. Aku melihat sns-ku. Kabar tentang plagiat masih menjadi jadi. Tapi mataku melebar saat membaca sebuah pemberitahuan tentang Jungkook yang sedang sakit flu dan sepertinya tidak bisa ikut promosi album terbaru
Aku segera menelpon Jungkook. Tak ada yang mengangkatnya. Aku memilih menelpon Taehyung oppa.
"Yeoboseyo?"
"Oppa! Kemana Jungkook? Kenapa ia tak menangkat telponku? Dia benar benar sakit? Kenapa ia tak menghubungiku??" Kataku sambil menangis.
"Ya! Tenang dulu oke! Uljima.." Pinta Taehyung oppa.
"Hiks, ne oppa." Kataku sambil menahan tangisanku.
"Jungkook kelelahan, bighit sudah membawanya ke rumah sakit. Waktu itu dia sudah memintaku memberitahukan tentang ini padamu. Tapi aku lupa. Hehehe.." Katanya.
"Aish! Kau menyebalkan oppa! Sekarang dimana Jungkook?!" Kataku kesal.
"Dia ada di rumah sakit..." Aku segera mengambil jaket dan tas kecilku yang berisi dompet lalu segera pergi menuju rumah sakit yang telah Taehyung oppa beritahu.
Sesampainya disana, ada beberapa wartawan yang menunggu di depan rumah sakit. Aku menghentikan langkahku, mengambil nafas sebentar lalu kembali berjalan memasuki rumah sakit. Kalau mereka tahu aku adalah yeoja chingu Jungkook pasti masalah akan semakin besar.
"Ah, itu kamarnya." Aku berlari lalu bersiap membuka pintu. Tapi seseorang menyekap mulutku dan menyeretku menjauh dari kamar Jungkook. Aku memberontak. Kenapa banyak sekali halangan untuk bertemu Jungkook? Aku hanya ingin melihatnya. Sekarang apa lagi? Apa aku bertemu sasaengnya? Aku meneteskan air mataku. Dia menyeretku ke kamar kosong disana.
"Kau menangis?" Aku tau suara ini. Aku segera menatapnya. Dan benar. Dia Jungkook. Jeon Jungkook. Namja chinguku. Aku segera memeluknya.
"Annyeong Raemi!" Katanya sambil membalas pelukanku.
"Jeon Jungkook babo! Jinja babo!" Kataku sambil terus menangis dan memukul pundaknya pelan.
"Mian Raemi-ah, aku tak memberitahumu. Ponselku ada di dorm dan para member tak memiliki waktu untuk mengantar ponselku." Kata Jungkook.
"Bukan itu. Seharusnya kau menjaga dirimu dengan baik! Kau tau? Aku selalu menjaga diriku untukmu. Seharusnya kau juga menjaga diriku untukku. Atau tidak, jaga dirimu untuk orang tuamu dan army." Kataku.
"Ne changi. Aku akan menjaga diriku." Kata Jungkook.
"Uljima~" Jungkook menatapku lalu menghapus air mataku. Aku berusaha tersenyum untuknya. Dia lalu menarik tengkukku. Mendekatkan bibirku pada bibirnya. Aku kembali meneteskan air mataku. Melepaskan rindu selama dua hari berturut turut.
Dan sekarang, Aku duduk disampingnya. Duduk di atas kasur rumah sakit yang kosong ini. Ia selalu menggenggam tanganku dan tak pernah melepaskan pandangannya dariku.
"Jangan melihatku seperti itu. Kau harus banyak istirahat." Kataku.
"Aku akan sembuh kalau hanya melihatmu." Kata Jungkook.
"Jangan menggodaku." Kataku sambil menatap tempat lain. Aku malu.
"Ah, akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Sini!" Jungkook menarik tubuhku ke atas tubuhnya.
"Ya! Jungkook! Bagaimana kalau ada yang melihat kita?" Kataku.
"Ah, aku lebih suka seperti ini. Biarkan saja media mencetak foto kita seperti ini. Nanti aku akan memajangnya di kamarku."
"Ya!" Aku memukul dadanya pelan. Dia mengeratkan pelukannya. Aku memilih membalasnya.
"Kau pasti menderita." Kata Jungkook.
"Menderita kenapa?"
"Hubungan kita tidak bisa dipublikasi dan aku tak pernah menemuimu." Kata Jungkook. Aku memilih tidur disampingnya lalu menatap Jungkook.
"Ssttt, suatu hubungan memang selalu ada permasalahan. Aku siap menerima apapun asalkan kau adalah pasanganku." Kataku. Jungkook menatapku. Wajahnya yang pucat tersenyum lalu tangannya mengelus pipiku.
"Jangan tinggalkan aku."
"I will try it." Jawabku. Dia kembali memelukku. Dan aku membalasnya.
"BRAAKK!!" Pintu terbuka. Aku dan Jungkook bangkit dari tidur kami. CEO bighit menatap kami berdua kesal. Di belakangnya ada member BTS yang menatap Jungkook horor.
"Aku kira kau mati Jeon Jungkook." Katanya.
"Dan ternyata benar. Kau mati di tanganku!" Kata CEO-nim lalu menjewer telinga Jungkook.
"A-aw! Raemi tolong akuu!!" Pinta Jungkook. Aku dan member yang lainnya hanya tertawa mendengarnya.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Fighting My Jungkook
FanfictionIni cerita terinspirasi dari berita yang membuat gua nangis ga karuan. Udah kaya orang lebay si emang wqwqwq. Yang mau baca silangkan.. Walaupun cuma oneshoot udah gitu cuma 700word, partisipasinya tolong yah.. wakakakka