My First Shocking Journey

189 17 25
                                    

"Udah siap?"

"Udah,"

Setelah mendapatkan jawaban dari kami, pak Rizki segera melajukan mobilnya menuju ke tempat yang kita tuju, yaitu sebuah pantai yang sangat indah. Pantai Pelang namanya.

Travelling kali ini lebih seru dari pada sebelumnya karena kali ini aku bersama dengan kelompokku. Di perjalanan kami merasa sangat nyaman, dan juga saling bercanda satu sama laen.

Dessyta dan Bira. Temanku yang mempunyai kebiasaan makan berlebih. Tentunya juga memakan jajanan ringan. Di perjalanan mereka berdua sangat sibuk dengan jajan yang mereka bawa. Aku hanya tertawa kecil jika melihat tinggah mereka yang lucu seperti anak kecil.

Tak lama mobilku telah memasuki daerah di pesisir pantai. Aku merasa sangat senang karena aku bisa melihat keindahan alam semesta ini dengan mata telanjang. Apalagi bersama teman-teman. Uh nggak kebayang serunya kayak gimana.

***
"Mending kita istirahat dulu," ucap Bira santai dan langsung merobohkan tubuhnya di atas kasur.

"Aku setuju," sahutku sambil mengikuti gerakan Bira.

"Ya udah, sleepwell kawan,"

"Sleepwell too, Dessy," jawab kami serentak dan langsung memejamkan mata.

Drrttt drttt

Aku merasakan ponselku bergetar. Tanpa banyak kata aku langsung meraih ponselku yang ada di atas meja dan meilhat siapa orang yang menelfonku.

"Hallo sayang," Mamaku langsung mengucapkan salam setelah aku menganggkat telfonnya.

"Hallo, ada apa ma?"

"Kamu udah sampai di hotel? Udah makan?"

"Sudah mama. Ini aku mau istirahat kok,"

"Oh ya udah love you honey,"

"Love you too,"

Tiitt titt

Melihat teman-temanku yang sudah tertidur pulas aku segera memejamkan mata. Kali ini aku berharap waktu berjalan lebih cepat agar bisa melanjutkan aktifitas bersama temen-temanku. Tentunya melihat keindahan Pantai Pelang.

***
Indah. Satu kata yang pertama kali terucap di benakku. Melihat indahnya laut ini seakan membuatku ingin berenang. Sayangnya tidak boleh jika pengunjung berenang karena sang pemilik ingin tetap menjaga betapa keamanan dan juga keindahan pantai ini. Birunya ombak membuat pikiranku menjadi lebih fresh dari sebelumnya.

Dessy dan Bira tak ingin kehilangan moment berharga ini. Mereka segera mengeluarkan kamera yang sudah menjadi temannya untuk menghilangkan rasa bosan.

Mereka berjalan berniat untuk mencari tempat yang indah untuk di foto. Cekrek. Satu foto dari laut ini telah meraka abadikan di kamera itu. Mereka berdua memang seperti lem. Kemana-mana selalu bersama. Bahkan mempunyai kebiasaan yang sama juga.

Aku yang tidak ahli dalam hal memfoto hanya duduk di tepi pantai melihat sang mentari yang mulai hilang perlahan. Pada umumnya kejadian itu disebut sunset.

"Enaknya ngapain ya? Hm," tanyaku kepada diri sendiri.

"Mending kamu membuat bola dari pasir ini terus dibuat lempar-lemparan,"

"Ide bagus tuh, tapi--" ucapku terhenti saat aku mulai sadar jika perkataan itu bukan dari Dessy atau Bira. "Kamu siapa ya?"

"Santai aja. Emang kamu nggak ingat aku?" jawabnya santai dan segera memposisikan dirinya untuk duduk disampaingku.

"Nggak," ucapku santai.

"Aku temenmu SD, Aksya,"

Awalnya aku tidak percaya. Tapi aku lebih mendekatkan wajahku ke wajahnya untuk mengingatkan kembali memori ingatanku. Yup, tenyata benar ia Aksya. Sahabat kecilku yang telah hilang dari kehidupanku sekita 5 tahun yang lalu.

Kumpulan Event WNCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang