SeungCheol menatap lagi surat di genggamannya. Satu ibu jarinya menyentuh lembut benda itu. Mencoba merasakan kenangan yang tersimpan. Meneliti betapa rapi tulisan tangan yang tertera, meski waktu telah melapukan sang kertas penuh makna. Pun menyayangkan banyaknya kata penuh rasa sakit yang telah tergores di sana.
Ia menghela napas berat. Asap putih mengudara dari bibirnya, menyatu dengan angin musim dingin. Keluar melalui jendela yang terbuka. Seolah pergi bersama hening yang sarat akan masa lalu. Ia menoleh. Memandang jalanan London yang penuh sesak. Hujan salju yang mengguyur tiada henti membawanya pada memori enam tahun silam.
"JeongHan ...."
―― Pamit © HanHwarin 2016 ――
JeongHan tersenyum. Kelopak bunga sakura jatuh tepat di sampingnya. Aroma musim gugur selalu membuatnya bergembira. Sangat gembira.
"Ini kopimu."
JeongHan mendongak. Menerima uluran cup kopi yang SeungCheol berikan padanya. Tidak ada yang lebih baik daripada bersama kekasihmu di hari libur seperti ini.
"SeungCheol, duduklah."
Pria itu tersenyum untuk JeongHan, kemudian menyamankan dirinya di sisi sang kekasih.
"Kau tahu, aku sangat senang kita punya waktu untuk keluar bersama. Rasanya sudah lama, bukan?"
Semilir angin menerpa lembut rambut JeongHan. Menjadikan alasan bagi SeungCheol untuk tersenyum dan merapikan helai rambut pria itu.
"Ya, sudah cukup lama. Sudah hampir dua minggu?"
"Sepertinya begitu."
Beberapa pucuk daun berterbangan di udara. Meninggalkan dahan mereka mengikuti arah angin. Pemandangan yang menyejukkan hati bagi JeongHan. Ia rindu saat-saat seperti ini. Saat dimana ia bisa bersama SeungCheol seharian. Duduk di taman atau berjalan-jalan sambil menceritakan hal-hal kecil yang tak penting. Namun ketika itu bersama seseorang yang kau cintai, segalanya menjadi begitu berharga.
"Aku benar-benar ingin menghabiskan sisa liburan ini bersama denganmu. Bulan depan pasti kita akan sangat sibuk dengan persiapan ujian kelulusan."
JeongHan menaruh kepalanya di bahu SeungCheol. Menerawang akan sibuknya masa ujian membuatnya menjadi lesu. SeungCheol adalah orang yang terlalu kaku akan pelajaran. Ia tidak bisa sedikit saja diajak bermain-main. Maka jika saat itu datang, JeongHan yakin ia tak akan punya waktu untuk bersama sang kekasih. Bahkan hanya sekedar bertemu saja.
"Kau harusnya bersiap untuk itu, Sayang."
SeungCheol mencubit gemas hidung JeongHan. Kemudian menarik tubuhnya mendekat. Mencium puncak kepalanya. Menghidu aroma lembut yang menguar dari rambut panjang sang kekasih.
"Aku merasa sudah cukup siap. Saat kau berada di dekatku, aku merasa siap untuk menghadapi apapun."
Bibir tebal SeungCheol kini tersenyum lebar. Satu tangannya mengacak rambut JeongHan.
"Sekarang kau jadi pandai merayu, ya?"
Ia menggelitik kecil perut JeongHan. Membuat pria itu tertawa kegelian sembari meminta ampun. Menyebabkan cup kopi miliknya terjatuh ke tanah. Mereka berpandangan, lalu tertawa bersama karena tingkah bodoh yang telah mereka lakukan.
SeungCheol menarik erat kekasihnya. Mendekapnya dalam rangkulan hangat. Detik selanjutnya dilalui hanya dengan ketentraman. Tangan keduanya saling bertaut dengan netra yang menjatuhkan fokus kepada satu sama lain. Bahkan ketika SeungCheol mendekatkan wajahnya, JeongHan tak melepaskan pandangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pamit
FanfictionMimpi dan cinta. Dua hal yang patut mendapat porsi yang sama untuk diperjuangkan. Karena tanpa keduanya, hidupmu tak akan berarti apa-apa. Namun, bagaimana bila kau justru dihadapkan pada suatu penentuan dengan mimpi dan cinta sebagai pilihannya? Da...