Tak pernah kau rasakan. Percayalah. Hidup sebagai anak laki laki sendiri di rumah itu tidah menyangkan. Yup. Ayahku sudah tiada. Karena ada masalah dengan ibuku. Dan ayahku lah yang selalu mengalah.
Dia sesosok teman, kakak, sekaligus ayah yang dapat menemaniku. Dulu.
Pagi yang tidak terlalu cerah. Aku bangun dari tempat tidurku. Dan mengingat masa laluku yang buruk. Pertengkaran ibu dengan ayahku tidak pernah bisa lepas dari kepalaku. Dan kusadar hari ini.
"Hari ini minggu. Ada acara kesukaan ku di TV sekarang"
Dengat cepat ku ganti baju dan menuruni tangga. Belum sampai di bawah.
"Ah sial"
Kakakku yang pertama. Lori. Umur dia 17 tahun. Ayolah pikir. Bagaimana aku bisa menyingkirkan dia agar aku bisa menonton acara kesukaan ku. Okeh aku dapat ide.
"Kak?"
"Hmm?"
"Filmnya kapan selesia?"
"Masih lama"
"Baiklah"
Ku naiki tangga ke kamarku untuk mengambil sejumlah uang. Membelikan dia hadiah. Sepertinya cukup. Ku ambil jaket kulitku dan pergi.
Sampai di rumah. Yang benar saja. Ku kira aku sudah cukup makan banyak waktu untuk membelikan dia boneka. Dan saat ku kembali. Dia masih duduk di sofa dan menonton acaranya.
"Kak?"
"Apa sih?!"
"Aku bawa boneka. Aku harap kakak suka"
"Lumayan. Bisa jadi tambahan koleksiku"
"Boneka itu dapat berbicara kak. Kau tekan perutnya dan boneka itu akan mulai berbicara"
"Oh gitu. Yaudah"
Akhirnya. Dia pergi. Pergi meninggalkan acaranya. Ku naiki tangga ke kamar ku meletakan jaket yang tadi kupakai untuk membelikan kakakku boneka. Aku ingin tahu apakah kakakku menyukai boneka yang kuberi. Ku pergi ke kamarnya untuk melihat.
"Sedang apa kau bergelantungan disana kak?"
~~~~~~~~~
Ku turuni tangga secepat yang aku bisa.
"Astaga"
Kakakku yang kedua. Leni. Umur dia 16 tahun. Saat aku sedang mengurus kakakku yang pertama, dia seenaknya menonton acarnya. Okeh aku dapat ide.
Ku perbaiki mesin pengering rambutnya. Ku harap masih dapat berfungsi. Saat ku lihat dia sedang menonton, rambutnya terlihat masih basah.
Prakk!!!
Tak kusadar aku telah menumpahkan air di dekatku. Tak apa lah.
"Kak?"
"Apa sih?!"
"Aku sudah memperbaiki mesin pengering rambut kakak. Dan kelihatannya rambut kakak masih basah. Bukankah itu terlihat 'jelek'? Kenapa tidak kau coba pengeringnya terlebih dahulu?"
"Ada benernya juga sih. Yaudah"
Akhrinya. Dia pergi. Pergi meninggalkan acaranya. Ku duduki sofa putihku yang lumayan empuk. Saat ingin kuganti channelnya. Mati lampu. Sebaiknya ku periksa kakakku.
Ku naiki tangga dan pergi ke kamar kakakku.
"Sedang apa kau tertidur dilantai dengan memegang pengering rambut itu kak? Rambut mu terlihat masih basah"
~~~~~~~~~
Jrengg!!!
Lampu kembali lagi menyala. Tak sabar untuk menonton acara kesukaanku. Dengan cepat kuturuni tangga. Sial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sofa
Short StorySofa. Tempat biasanya aku mengenang saudaraku. Ibuku. Dan menonton acara kesukaan ku.