Kriing....
Lonceng mulai berbunyi saat Alyssa menggerakkan pintu cafe agar terbuka, memberinya sedikit jalan untuk masuk.
Alunan lagu milik Yiruma terdengar mengalun lembut menyambut kedatangannya. Matanya menyapu seluruh pengunjung yang menduduki kursi yang sebagian besar berwarna pastel.
Ia tersenyum saat menemukan sebuah tempat duduk untuk dua orang yang menghadap jendela besar. Dimana jendela itu menampilkan lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang berjalan di trotoar.
Dengan langkah kecilnya ia menghampiri meja kosong itu. Meja nomor 16 adalah meja favorit dan meja terakhir dimana ia masih duduk bersama dia.
5 tahun lamanya dan Alyssa masih bertahan di perasaan yang sama. Menunggu janji yang sempat diucapkan dia sebelum mereka berpisah.
"Lo dateng lagi?"
Alyssa mendongak saat seorang cowok berkemeja hitam mengajukan pertanyaan untuknya.
Dia adalah Bagas, salah seorang laki-laki menjadi temannya setelah kepergian dia.
"Semoga bukan karena masalah lo ke sini." Ia tertawa. Memaksa Keita untuk menarik senyuman untuk sekedar menghiasi wajah.
Ucapan Bagas benar. Kalau cafe ini ibarat sahabat, mungkin ia dianggap sahabat tidak tahu diri karena datang di saat butuh saja.
Alyssa memang sering ke sini, tapi seperti yang dikatakan Bagas, hanya jika cewek itu terkena masalah, kakinya mau berpijak ke cafe ini.
Bahkan Bagas sudah hafal dengan pesanan Alyssa. Chocolate Lava Cake dan Hot Chocolate.
"Pesan seperti biasa ya."
"Nggak bosen? Tiap ke sini kayanya cuman itu yang lo pesan."
"Nggak bosen tiap hari datengin meja gue? Lo kan yang punya cafe ini, Gas. Harusnya lo itu tinggal duduk dan ngelihat kerjaan para pelayan lo," cetus Alyssa tak mau kalah.
Jari Bagas bergerak ke kanan dan kiri. "Pengecualian buat pengunjung yang satu ini. Jadi, pesan seperti biasa?"
Alyssa mengangguk. "Kan nggak tiap hari gue ke sini, Gas. Jadi nggak ada salahnya, kan?"
"Di sini banyak makanan yang nggak kalah enak sama dua pesanan itu," jelas Bagas, tapi tangannya tetap menggerakkan pensil di atas kertas, menuliskan pesanan Alyssa.
"Oh ya?" Alyssa penasaran.
"Kalau boleh gue saranin, coba menu terbaru kami. Ada Oreo Chocolate Shake sama Chocolate Balls," usul Bagas.
"Kayanya enak. Ya udah, untuk hari ini gue pesan itu."
"Karena lo udah berani pesan menu lain hari ini, jadi untuk dua menu ini kita anggap gratis."
"Eh jangan gitu," nampaknya Alyssa tidak setuju. "Ntar lo rugi lagi."
"Udah nggak papa, gimana lo mau, kan?"
Alyssa mengalah. "Ya udah kalau lo-nya memaksa."
"Oke, tunggu sebentar," Bagas mulai berbalik untuk menuju ke dapur. Tapi saat kakinya belum benar-benar melangkah ke sana, cowok itu kembali berbalik menghadap Alyssa.
"Apa?"
"Jangan terlalu berharap untuk saat ini, Sa."
"Gas gue nggak mau bahas ini." Ia mengalihkan pandangannya ke jendela besar. Bukan apa-apa, air matanya seakan ingin jatuh setial membicarakan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [ONESHOT]
Short StoryKini Alyssa menemukannya. Keberadaan Kalvi, dan alasan menghilangnya Kalvi dari kehidupannya. Hanya saja, bukan dalam artian yang sebenarnya. Takdir terlalu sering mempermainkannya. Amazing cover by atharbayuaji Event oneshot @kontradiksi copyright...