Breathtaking

22 2 1
                                    

Saat itu, aku merasa terengah-engah oleh mimpi yang selalu membayangi tidurku.. Kenapa?

"Taeyeon-a... Bisa kah kau kemari untukku?" Terdengar suara berat di ujung sana
"Hallo? Ini siapa? kenapa? Saya sedang sibuk. saat ini. Bisakah nanti anda telpon kembali?" Ucap perempuan itu sedari berkutat dengan komputer didepannya
"In Taeyeon. Tolong..." Katanya terbata
"Iya maaf? Anda siapa? Jika anda hanya iseng akan saya laporkan ke polisi!" Perempuan itu mulai gusar
"Aku--- "
semua itu terhenti dengan suara beep beep di handphone perempuan itu
Sejenak perempuan itu berhenti, apa yang terjadi?

Mimpi yang selalu hadir di dalam malamku, aku tak tahu apa yang terjadi? Mengapa aku selalu bermimpi seperti itu. Mengapa aku merasa hatiku sakit setelah terbangun?. Aku tak kenal suara berat di ujung telpon itu, tapi aku yakin ia memanggil namaku... Nama yang telah ada bersamaku selama 27 tahun ini. Aku sangat kenal suara berat di dalam mimpi itu. Siapa yang ada didalam mimpiku itu?.

- pagi hari -

"Noona-- bolehkah aku minta sesuatu?" Tanya adikku, In Jae Woo.
"Ya! Kau mau cari mati? Aku sedang kesusahan saat ini dan apa tadi kau bilang? Minta uang? Heol".
"Noonaa-- jebal " matanya di sipitkan meminta belas kasihan.
"Ash"
Ku berikan dia 200 won dan dia kegirangan minta ampun. Dasar adik gila sampai kapan ia bertingkah kekanak-kanakan seperti itu...

"Taeyeon-a, kemari ada yang eomma appa ingin bicarakan" teriak eomma dari ruang makan.
"Ne..".
"Ada apa? Hal buruk atau hal baik yang akan kalian bicarakan?" Tanyaku gusar.
"Kau.." Appa terlihat sudah emosi melihat tingkah anak perempuannya itu.
"Begini.. Eomma sadar kau sudah seharusnya menikah---".
"Jangan sebut perkataan itu lagi! Kalian tahu aku akan menikah saat aku ingin! Jangan memaksaku!" Kalapku.
"Kau tak bisa seperti ini, kau sudah 27 tahun.. Sebentar lagi kau kepala tiga, sadarlah Taeyeon-a" ucap eomma sabar.
"Molla! Aku pergi" teriakku dan terburu keluar dari apartemen kecil itu.

Kudengar dari luar apartemen, appa mengatakan sumpah serapah untukku. Haha apa peduliku? Aku masih ingin hidup bahagia tanpa adanya ikatan cinta atau apalah itu.

Sehari-hari aku hanyalah seorang guru melukis di sebuah sekolah dasar. Cukup membosankan tapi yah dari pada menganggur? Apalagi hidup di korea pada era ini tak ada istilah yang namanya gratis di dunia ini. Dan tunggu... Kenapa di ruang guru terlihat ramai oleh guru-guru disana?.

"Woa, Taeyeon-a Kemarilah ada sesuatu yang ingin kutunjukan padamu!" Bisik Goo Baek In histeris, dia merupakan guru sejarah sekaligus teman dekatku.
"Ada apa sih? Kok sampai seheboh itu?" Tanyaku aneh.
"Itu--ituuu kita kedatangan murid baru" bisik Baek In histeris.
"Ya-- kau mulai menyukai murid sd eoh? Gila" heranku.
"Anii, tapi ayahnya... Tampan sekali!" Bisik Baek In.
"Heol! Kau mulai suka mengambil suami orang? Sadarlah Goo Baek In" Ku toyor dahi lebarnya.
"Tidak dia itu---"

Belum sampai dia melanjutkan perkataannya, seorang lelaki berumur 30-an baru saja keluar dari ruang guru dan sekarang sedang berjalan ke arah kami.. DEG.. Aku terdiam kaku.
Lelaki itu berjalan dengan dinginnya melewati kami begitu saja, tatapannya membuatku takut.. Hatiku kalut.. Seakan tatapannya merendahkanku.. Kenapa?.

"Tuh kan tampan sekali! Ya Tuhan, bagaimana bisa ada lelaki setampan itu!" Baek In mulai mengoceh tanpa henti.

Ku tatap kembali punggung yang berjalan itu, kenapa dia menatapku seperti itu?

--------------------------------------------------------------

Semoga kalian suka :D lanjut tidak?

When You AppearedWhere stories live. Discover now