Chapter II

71 34 14
                                    


"Enak kan? Itu buatan my mommy," jelas Andra.

Andrea mengangguk. Ia setuju, macaronsnya benar-benar enak.

"Ibumu mana?" tanya Andrea basa basi.

"Lagi sarapan. Nah, itu mama!" seru Andra sambil menunjuk dua wanita paruh baya yang memasuki kamar.

"Kalian sudah akrab?"

Andra dan Andrea menatap satu sama lain.

"Be..."

"Sudah." Andra memotong jawaban Andrea dengan mantap. Dan sebelum Andrea menyangkalnya, Andra melanjutkan, "Tadi kami makan macarons bersama sambil mengobrol tentang betapa miripnya nama kami. Lalu mama dan tante masuk."

"Oh.., kalau begitu syukurlah. Andrea tidak kesepian lagi," komentar mama Andrea.

Andrea merengut kesal. Beberapa menit lalu ia baru kenal dengan Andra. Lalu Andra menawarinya macarons dan ia mengambil satu untuk menghormati. Andrea meresa hubungan mereka masih canggung belum akrab. Ia sendiri belum bisa menerima kehadiran Andra. Sifatnya lebih tepatnya.

"Mama Andrea, bisa kita melanjutkan obrolan yang sempat tertunda?" tanya mama Andra pelan berharap anak-anak mereka tidak mendengar.

"Ya. Tapi tidak di sini."

"Um... Anak-anak... mama-mama akan pulang sebentar untuk mengambil keperluan kalian dan memberaskan rumah. Kalian berdua jangan buat masalah ya, selama kami tingal."

Andrea tersenyum kecut. Ia tahu motifnya kenapa mama dan tante meninggalkan dirinya berdua bersama Andra. Supaya mereka (Andra-Andrea) lebih akrab. Supaya para mama bisa shopping atau jalan bareng. Bukannya ia gak mau akrab sama Andra. Ia gak benci dan gak kesal dengan Andra. Ia Cuma merasa canggung ditinggal berdua.

Sayangnya, Andrea salah. Ia gak tahu motif yang sebenarnya.

Andra melirik ke seberang dimana Andrea berada. Andrea sibuk membaca novel seolah-olah ribuan huruf itu lebih menarik untuk dilihat daripada wajah tampan Andra. Andra memutuskan untuk membuat rencana penghancur kecanggungan ini. Ia mengambil handphone di atas nakas. Detik selanjutnya ia sudah sibuk mengetik pesan.

Bang Nelson! Mama pesan pizza 2 satunya pizza double cheese satunya lagi pizza kesukaanku. Temanku mau datang hari ini.

Send.

2 menit kemudian. Pesan Andra mendapat balasan.

Diantar ke rumahmu, kan? Nanti abang suruh kang bejo buat nganter ya...

Andra mengetik balasannya dengan cepat.

Bang Nelson belum tahu ya, aku masuk rumah sakit? Kirim ke rumh sakit Keluarga Sehat ruang Dahlia no 209. Nanti bilang ke susternya ini pesanan Ibu Rina, oke?

Alih-alih mendapat balasan, Andra mendapat telephon dari bang Nelson.

"Kamu masuk rumah sakit lagi?"

"Iya bang, kan aku udah bilang."

"Nanti abang ngantar pizzanya sekalian jenguk kamu aja, deh."

"Jangan bang! Yang ngantar pizzanya kang bejo aja... kan, restoran abang lagi rame. Kalau abang pergi, siapa yang ngehandle? Mas okta? Mas Okta kan lagi pulang kampung demi ngelamar sang pujaan hati. Nanti kalau restorannya kacau balau gimana? Mereka semua kan butuh abang... Bang Nelson kesininya weekend aja. Jenguk aku sekalian ngedate sama kak Anna, oke? Oke? Oke?"

"Kamu cowok cerewet banget sih, Ndra..."

"hehe.. btw bang, pizzanya gratis kan? Nyenengin calon mertua gitu..."

"Iya deh..."

Sambungan terputus. Andrea menaruh hpnya di atas nakas ke posisi semula.

"Yes!" Andra memekik kegirangan. Rencananya berhasil. Mumpung mamanya lagi pergi sama mamanya Andrea, ia tidak akan mensia-siakan kesempatan ini. kesempatan untuk makan pizza sepuas-puasnya. Lagian ini masih jam 10 suster akan masuk ruangan saat jam makan siang. Jadi ia bisa makan pizza sepuas-puasnys tanpa ada yang memergoki ya kecuali Andrea.

Andrea menatap Andra heran. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh cowok itu. Ia tadi sibuk dengan handphonenya. Lalu bercakap-cakap dengan cerewetnya merasa ruangan ini ditempati sendiri. Dan terakhir, teriak kegirangan seperti anak kecil mendapatkan es krim dari ibunya.

Dua hari sebelumnya, ia menempati ruangan ini dengan suasana bosan dan sepi. Tapi sejak hari ini, ruangan ini serasa ditempati 5 orang lebih dengan kehadiran satu orang cowok.

Andra yang merasa dari tadi diperhatikan oleh Andrea, menoleh ke arah Andrea.

"Andrea natap saya dari tadi? Andrea mau ngomong sama saya, ya? Sorry tadi saya terlalu asyik."

"Gak. Aku cuman heran lihat sikap kamu."

"Oh..." Andra manggut-manggut.

"Andrea coba kamu hitung satu sampai tiga ratus dari sekarang. Nanti kamu akan tahu kenapa sikap saya seperti ini," lanjutnya.

Andrea bingung namun ia tak menanggapi. Ia melanjutkan membaca novelnya.

Dan benar saja 300 detik kemudian, kang Bejo datang membawa pesana Andra. Andra tersenyum gembira.

Andrea menghentikan bacaannya. Inikah yang dimaksud Andra, pizza?

"Makasih kang Bejo, tadi ditanya susternya?"

"Iya."

"Trus kang Bejo jawab apa?"

"Ini pesanan atas nama bu Rani. Teman-teman dari pasien no 209 akan datang."

"Good job!" Andra mengacungkan kedua jempolnya pada kang Bejo.

Setelah kang Bejo keluar, Andrea bertanya semua hal yang mengherankan baginya, "Andra yang pesan itu? Kok kamu bisa pesan delivery sih? Emang tadi ibumu menyuruhmu pesan itu?"

"Iya. Bisa dong. Enggak. Tapi Andrea, aku pesan ini emang buat temanku kok. Namaanya AN-DRE-A. mumpung cuman berdua, mari kita have fun dan menghabiskan dua pizza ini. masakan rumah sakit ini gak enak, kan? Ini makanan langka di rumah sakit ini, lho... menyesal kamu kalau nolak ini."

Andra turun dari kasurnya menuju kasur Andrea. Setelah ia duduk nyaman di hadapan Andrea, ia membuka kotak pizza. Dan tampaklah pizza yang menggiurkan dengan toping full cheese yang meleleh. Andrea menjilat bibirnya.

Kenapa Anndra tahu ini pizza kesukaanya? Batin Andrea.

"Silahkan nona ambil duluan."

Andrea mengambil satu. Ia lupa akan niat awalnya untuk menolak pizza pemberian Andra. Pizza kesukaannya, bagaimana ia bisa menolak jika diberi secara Cuma-Cuma?

"Yummy!" pekik Andrea.

Andra tersenyum. "Enak? Itu aku pesan di restoran calon Abang ipar aku, bang Nelson. Maka dari itu aku bisa pesan delivery gratis."

Andrea mengacungkan jempol. Andra pun ikut mengambil satu. Mereka makan bersama dan mengobrol tentang 'gampang sekali membohongi bang Nelson' hinga pizza pertama ludes.

Sungguh Andrea tidak menyangka cowok yang dikira menyebalkan dan lebay sebelumnya bisa menjadi cowo mengasyikan ini. baru kenal beberapa jam, ia sudah diberi macarons dan pizza, GRATIS! Dan betapa pintarnya Andra menyelundupkan makan-makanan ini ke ruangan 209.

Andra dan Andrea akan membuka kotak pizza yang kedua. Mereka tak sabar ingin mencicipi pizza kesukaan Andra. Namun tiba-tiba...

"ANDRA WILLIAM STONE!"

Baik Andra maupun Andrea sama-sama terkejut. Mereka langsung menoleh ke sumber suara. Dokter Anna, kakak Andra berkacak pinggang di dekat pintu.

ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang