17 mei 2016
Kekasih tersayang, suami ku tersayang, surat ini kutulis pada saat aku berumur 27 tahun, disaat satu tahun hubungan pertunangan kita dan enam tahun usia pacaran kita. Surat ini mungkin kamu baca setelah beberapa jam kita menikah dan mengikrarkan diri sebagai suami dan istri dimata negara dan agama.
Dear suami masa depanku, kau tahu hubungan yang kita jalani ini tidaklah mudah, banyak kenangan yang terukir sebelum kita menjalani ikatan sah yang bernama pernikahan. Mungkin butuh beberapa tahun bagi kita untuk mempersiapkan mental dan material untuk memulai sebuah pernikahan. Kau tahu mungkin dibutuhkan waktu hampir 10 tahun untuk kita saling mengenal dan mempersiapkan sebuah pernikahan sebagai akhir hubungan kita yang tak halal. Tapi pernikahan juga sebagai yang menjadi awal dari sebuah kepantasan diri dan komitmen kita mengenal seumur hidup hingga maut memisahkan kita.
Sayangku, ingatkah dulu saat kita berkenalan bahwa kita adalah orang asing yang sama-sama terluka dengan yang namanya cinta, dimana pada saat kita memulai hubungan bernama pacaran tidak ada pun tersirat dibenakku akan mencintaimu dan menerima pengabdian dan cinta yang sebegitu besar darimu. Kita memulainya hanya berdasar perasaan nyaman satu sama lain, kita memulai saat kita sebagai manusia yang belum mapan baik secara mental dan materiil. Dulu kau rela bekerja jauh dari ibukota dan kembali diakhir pekan hanya untuk bertemu dengan ku, kau rela meminjam kendaraan sepepumu hanya untuk jalan bersamaku, aku ingat dulu betapa menderitanya kita kencan dengan memakai angkutan umum saja, siapa sangka setelah kita menjalaninya dengan kesabaran akhirnya kita mapan dan menjalani hubungan ini layaknya orang normal lainnya.
Sayang, dalam surat ini, ku ucapkan terima kasih untuk dapat mernerimaku apa danya dan menikahi wanita paling egois macam aku, aku tahu abukanlah wanita lemah lembut dan pantas untuk dicintai. Aku yang suka bangun telat dan membiarkanmu menunggu lama untuk hanya untuk ber dandan. Aku yang selalu mempunyai tingkat emosional yang amat tinggi dan bisa menjadi bipolar yang berubah-berubah isi hati tak tentu arah, kau selama ini sabar menghadapiku sayang, kau selalu ada ditiap tangisanku yang menangisi cobaan yang diberikan Tuhan untukku, kau juga yang selalu menjadi anak tertua ibuku, sebagai pengganti laki-laki dalam keluargaku. Kau tahu bahwa keluarga bukanlah keluarga ideal dimana posisi seorang laki-laki yang hilang karena ayah yang tak pernah berlaku seperti ayah dan adikku yang penuh keegoisan masa mudanya. Dan kau adalah jawaban Tuhan untuk semua doaku tentang sang pemilik tulang rusuk ini. Terima kasih sayang telah memantaskan dirimu untukku, dan aku berjanji aku akan memantaskan diri sebagai istri yang terbaik dan ibu yang akan menjadi contoh bagi anak-anak kita.
Sayang kau tahu bukan, konsep pernikahan adalah sesuatu yang absurb bagiku karena pernikahan orang tuaku bukanlah pernikah ideal yang mau kucontoh . Dulu aku membayangkan dirimu sebagai laki-laki mapan, mempunya title bagus dan berasal dari kedua orang tua yang kaya tapi kau. Kau ya kau kau adalah kesalahan termanis yang aku syukuri . Kau dengan segala kekuranganmu membuat aku merasa bahagia, kau membuat aku merasa menjadi wanita paling diinginkan sepanjang eksistensi kehidupanku. Meski terkadang kau begitu cuek dan tidak mampu mengungkapkan ekspresimu, dan berkata manis padaku, tapi kau tidak pernah menganggap sepele semua yang aku ucapkan padamu, kau tidak pernah sekalipun menghina ku padahal aku dengan mulut kritis yang hina selalu sinis akan semua hal yang terjadi pada hidup kita, kau manis dengan tindakanmu sayang. Dan aku tahu, meski aku bukanlah wanita yang sempurna tapi kau yang melengkapiku saat ini.
Kau tahu sayang, aku selalu takut setiap kau berkata ingin menikahi dan aku selalu mempertanyakan cintamu sayang, apa yang membuat kau memlih wanita paling egois, tak tahu malu dan penuh dengan kesinisan dan kritik pedas ini? . Dan ketika kau melamarku aku merasa duniaku begitu sempurna, kau dengan jantannya ingin mengikatku sebagai istrimu, dan meskipun membutuh waktu 5 tahun bagi kita untuk memohon restu pada orang tuaku, aku merasa kau akhirnya berusaha sebagai laki-laki yang pantas untuk menjadi suamiku. Kau tahu dulu bahwa aku selalu menghina kepantasanmu sebagai laki-laki yang tak seimbang denganku tapi kau dengan penuh kesabaran berusaha mempertahanku dengan memegang tanganku dan tetap berada disampingku saat semua orang menjauh. Terima kasih sayang, dan sekarang saatnya aku memantaskan diriku untuk menjadi istrimu.
Dear my future husband, ingatlah kenangan yang kita bangun selama ini apabila disatu titik pernikahan kita nanti kita berdua bertengkar dan ingin mengakhirinya. Sayang ingatlah dititik disaat kita berdua keras kepala dan tidak mau mengalah, kenangan dan apa yang kita korbankan untuk pernikahan yang kita bangun. Percayalah sayanhg, apapu yang terjadi, komitmen kita akan pernikahan ini tidaklah boleh hancur oleh karena apapun juga. Ingatlah saat kita sakit bersama, berbagi sedih, airmata, keringat. Ingatlah saat kita berbagi makanan satu porsi bedua karena kita berdua tak mampu berkencan layakna orang normal lainnya, ingatlah sayang saat aku berjalan kaki dan kau bersepeda hanya karena kita ingin makan mie ayam didekat rumahku, dimana aku saat itu berbohong pada ibu, karena takut hubungan kita ketahuan, ingatlah kau apabila rindu menyapa kita akan bertemu dilobi rumah sakit dekat rumahku hanya buat mengobrol dan bertemu kau, suamiku. Ingatlah saat aku harus mencari data di kantor walikota, kau malah memancing ikan disiring seberang kantor walikota dan saat aku telah selesai mencari data, aku akan menemanimu memancing dari siang hari sampai matahari menjelang senja. Ingatlah waktu hubungan kita tak direstui sayang, dan begitu sabarnya ada disampirngku. Masa-masa itulah membuatku menerima kau sebagai suamiku saat ini.
Sayangku, Kekasihku, Suamiku.... aku mencintaimu sayang dan tolonglah bantu aku untuk pantas menjadi istri yang kau banggakan, bantu aku sebagai wanita yang teratur, bantu aku untuk menjadi wanita solehah dan pandai betutur kata.
Sayang.... saat kau membaca surat ini, ingat ya kau harus menciumku, aku tahu ini konyol dan aku tahu ini begitu cheesy bagimu. Aku tahu kau pasti tertawa saat membacanya, tapi percayalah sayang kalimat yang kutulis ini begitu tulus kuungkapkan padamu.
Sayang maafkan aku ya yang selama ini terlalu egois padamu... Maafkan aku yang begitu childish, maafkan kata-kata kasarku, maafkan semua hal yang hina dan menjijikan daari diriku ini sayang.
Dan akhirnya.... Sayang, suamiku, terima kasih mau menikahiku...
Tertanda, istrimu...
AR
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR FUTURE HUSBAND
RandomDear Future Husband Ditulis untuk ikut project #DearBelovedOnes. Memeriahkan hari buku sedunia tanggal 17 Mei 2016 kemarin. meskipun terlambat dua hari, tapi tak apalah.. hihihi