Matahari telah terbit. Pagi pun sudah menyongsong. Terdengar suara ketukan di pintuku.Tok....tok..tokk
Suara itu sangat keras dan Aku membuka mataku dan segera bangun dari tidurku. Dengan cepat,Aku membuka pintu. Kulihat ibuku yang terlihat marah padaku. Dan dengan segera saja ia menjambak rambutku. Akupun hanya menangis karena kesakitan.
"Kenapa kau lama sekali membuka pintunya,hah!kau sengaja membuatku marah,hah"bentak ibuku.
"Tidak,bu! Aku ketiduran bu. Tadi malam ibu terlalu banyak memberiku tugas,jadi aku tidur larut bu"ringisku.
"Jadi kau bilang ini salahku,hah! Dasar anak durhaka"bentak ibuku dengan keras.
Ibuku lalu menghempaskanku ke lantai dan akupun tersungkur. Ibu lalu berjongkok dan menjambak rambutku seperti tadi,tapi ini lebih keras
"Sekarang,kerjakan tugasmu sebelum Amanda bangun"ujar ibuku dengan nada mengancam.
Lalu ia sekali lagi menghempaskanku ke tembok.Alhasil,jidatku terasa sangat perih dan memerah.
"Iya bu"kataku memegang jidatku yang terasa perih.
Ibuku lalu pergi meninggalkanku yang meringis kesakitan. Aku lalu bangkit dan mencuci muka. Lalu Akupun segera mengerjakan tugas rumahku mulai dari menyapu lantai,mengepel,menyiram tanaman,menyiapkan sarapan,dan membersihkan kamar ibu dan Amanda. Setelah itu,aku lalu mandi untuk bersiap siap sekolah dan setelahnya Aku bergegas ke ruang makan.
Di ruang makan aku melihat kak Amanda yang tengah disuapi ibu.Aku yang melihatnya hanya iri.Ibu sangat menyayangi kak amanda.Sedangkan aku,aku sangat dibenci ibu,kata ibu aku tak pantas hidup.Karena aku ayah meninggal.Dan itulah kenapa ibu selalu menyiksaku,katanya itu tak sebanding dengan kepedihan yang ibu rasakan selama ini.Maka dari itu, aku menurut saja apa yang ibu bilang,walau itu mengharuskan aku mati setidaknya aku bisa melihatnya tersenyum padaku,itu sudah cukup.Namun,nyatanya ibu tak bisa tersenyum padaku.Ibu hanya bisa tersenyum jika bersama amanda.
Aku lalu duduk di kursi yang ada di meja makan. Melihat kedatanganku Ibu menatapku dengan pandangan sinisnya. Aku hanya tersenyum lalu mengambil roti tapi ibu menepis tanganku.
"Mau apa kau"kata ibuku marah.
"Sarapan bu"jawabku halus.
Ibu lalu memberikanku selembar roti. Aku menerima roti itu tanpa mengoleskan apa-apa pada roti itu. Aku hanya tersenyum. Hanya selembar roti,tak apa-apa yang penting cukup untuk mengganjal lapar. Aku lalu memakan roti itu dan pamit untuk kesekolah yang tidak dihiraukan oleh ibu. Aku tersenyum lagi. Aku ke sekolah dengan berjalan kaki. Sedangkan Amanda,ia diantar oleh ibu menggunakan mobil. Aku hanya pasrah. Toh,ibu tak memperdulikanku lagi. Baginya aku hanya benalu,benalu yang menghisap kebahagiannya.
Aku telah sampai di sekolah.Tampak seseorang menghampiriku. Dia adalah Adrian,sahabatku. Dia termasuk cowok terkenal disekolah. Banyak gadis yang mengejarnya untuk dijadikan kekasih mereka termasuk Amanda. Tapi dia tak menghiraukannya. Dia selalu saja menghampiriku. Aku saja bingung,kenapa dia selalu saja menghampiriku. Aku selalu menanyakannya kenapa dia mau dekat denganku.Tapi dia hanya menjawab.
"Aku suka berteman denganmu.kau orangnya pintar,kalem,dan tidak berisik"kata adrian saat itu.
"Kenapa jidatmu memerah"kata adrian cemas melihat jidatku yang berwarna merah.
Aku hanya menggeleng. Aku tak mau dia tahu perilaku ibuku padaku. Walaupun dia sangat kasar padaku. Aku tetap menyayanginya. Dia tetap ibuku,ibu yang mempertaruhkan nyawanya untukku saat melahirkanku dulu.