Sorry Mom

113 15 0
                                    


           29 hari kemudian

  Hari demi hari keadaanku semakin memburuk. Bahkan,tak jarang aku mimisan secara tiba-tiba dan pingsan baik disekolah maupun di rumah. Adrian selalu tentang keadaanku tapi aku tetap bungkam. Dan ibu,ibu hanya acuh tak acuh dengan keadaanku.  Bahkan,ia mengataiku "cari perhatian,dasar murahan". Dan banyak makian lainnya. Aku hanya bersabar,menghadapi wanita ini. Wanita suci yang telah melahirkanku,merawatku,membesarkanku. Walaupun dia kasar padaku. Aku akan tetap sabar menghadapinya. Mungkin suatu saat nanti dia akan kembali menyayangiku.

**************

    Hari ini Aku berada dikantin bersama Adrian.

"Oh ya,nanti ada pensi loh,kamu ikut 'kan"ajak Adrian.

"Hmmm,ikut untuk apa"kataku bingung.

"Kau menyanyi saja,suaramu 'kan bagus. Dan aku dengar orang tua murid juga diundang"jelas Adrian.

"Apakah Amanda juga ada?"tanyaku.

"Ya"jawab adrian.

  Aku menghela napas lega. Syukurlah!Amanda datang,jadi ibu bisa datang juga. Walaupun dia tak melihatku,setidaknya dia datang.

**************


   Akhirnya,Pensi pun tiba. Aku sudah siap dengan dress selutut berlengan dan sepatu warna krem seperti warna dressku. Rambutku tergerai dan kujepit dengan jepitan biru sebagai pelengkapnya. Sebenarnya kepalaku terasa sakit. Tapi Aku coba menahannya. Aku mencoba untuk menetralkan fikiranku berharap rasa sakit itu hilang.

"Mari kita sambut Winda Aqeyla"intrupsi sang pembawa acara. Saatnya giliranku untuk tampil diatas panggung.

  Aku lalu naik ke atas panggung. Dan semua orang bertepuk tangan kecuali ibuku. Ia hanya menatapku dengan sinis. Yang kubalas senyuman terbaik yang aku punya.

  Aku mulai bernyanyi.

Kubuka album biru
Penuh debu dan usang
Ku pandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda

Pikirku pun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku

Kata mereka diriku selalu dimanja
Kata mereka diriku selalu ditimang

Nada nada yang indah
Selalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku
Takkan jadi deritanya

Tangan halus dan suci
Tlah mengangkat diri ini
Jiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan

Kata mereka diriku selalu dimanja
Kata mereka diriku selalu ditimang

Oh bunda ada dan tiada dirimu
Kan selalu ada di dalam hatiku

Pikirku pun melayang
                 Dahulu penuh kasih


                      Tes!

Darah segar mengalir dari lubang hidungku dan mengenai tanganku yang memegang microphone. Aku mimisan lagi. Dan semua penonton terkejut begitu pula ibu. Ibu tampak khawatir. Barukali ini aku melihat ibu sekhawatir itu dan itu karena Aku. Hal itu membuatku terus semangat untuk melanjutkan bernyanyi.

IgnoredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang