Yang Tak Ingin Didengar

825 12 2
                                    

Seorang wanita cantik baru saja keluar dari pintu gerbang rumahnya, menghampiri seseorang di dalam mobil sedan hitam yang telah menunggunya.

"Sorry, nunggu lama ya?" Tanya Fira.

"Santai, aku tahu cewe kalau dandan itu ribet."

"cuman pake bedak sama lipstik aja, tapi..."

"Tapi milih bajunya ya yang lama?" sambung Rafa memotong kalimat Fira.

"ya udah, sih, lain kali engga akan buat kamu nunggu lama lagi." balasnya dengan muka memerah.

"Lain kali kalau keluar juga jangan pake rok di atas lutut kaya gitu." Sambil menyelimuti paha wanita itu dengan jaketnya.

"Aku ganti pake jeans aja gitu ya?"

"Udah engga usah, masa aku disuruh nunggu lagi, lain kali jangan ya."

Rafa, dia seorang mahasiswa perguruan swasta dengan jurusan arsitek yang diambilnya. Wajahnya yang tampan berhasil menarik perhatian mahasiswi yang sontak saja menjadi salah satu pria paling eksis yang selalu menjadi omongan para mahasiswi di masa awal perkenalan kampus.

Rafa dan Fira hendak pergi menuju salah satu tempat di daerah Lembang untuk memperingati hari jadi mereka yang ke 4. Mereka telah menjalin hubungan dari kelas X, Sekolah Menengah Atas.

***


"Eh Rafa kemana ya? Gue belum liat dia." Tanya Windy.

"Gue denger dari Edo, Rafa lagi jalan sama cewenya." Jawab Salma.

"Sama Fira?" Balas Windy.

"Ya, dia langsung pergi jemput Fira begitu kelas beres, ya emang sama siapa lagi Win? Rafa itu terlalu mustahil untuk mendua." Balas Salma.

"iya deh sal ,gue tau lo paham banget tentang Rafa, tapi Sal kenapa lo ga jadian aja sih sama Rafa? Lo kan udah temenan dari kecil."

"hah? Jadian? tipe cowo gue bukan kaya Rafa, buat gue, dia itu udah sempurna banget jadi seorang sahabat."

"Tipe cowo lo pasti kaya Edo ya?" Ujar windy sambil menggoda Salma.

"Ih, apaan sih Win, udah ke cafet aja yu, sebelum lo makin ngaco, kayanya butuh asupan makanan deh." Balas Salma.

Sesampainya di Cafet, Windy dan Salma bergabung dengan Edo, Aris dan Farel yang sedari tadi tengah asik menikmati beberapa batang rokok.

"Hey kalian, pada pingin cepet masuk UGD?" Tanya Windy.

"Ah lo ga asik Win, nih gue masih punya sebatang lagi, mau ga lo?"

"Eh." balas Windy sembari menginjak salah satu kaki Edo yang berada di sebelahnya.

"Kalian nih ya, ribut terus setiap ketemu ntar jodoh lo." Ujar Aris.

"Ris kalau ngomong di saring dulu ya." Balas Windy.

"Ya siapa tau jodoh, ya ga rel?" Balas Aris sembari menyenggol tangan Farel yang tengah asik memainkan HP-nya.

"Lagi sibuk tuh Farel jangan di ganggu, Win pesen Gado-Gado yu , kalian awas ya jangan sampai pada pergi, nitip tas gue" ujar Salma.

Windy dan Salma yang sedang menikmati makananya tanpa sadar diperhatikan Aris, Edo, dan Farel dengan tatapan memelas.

"Bagi dong Sal, Win ,belum makan nih dari pagi." ujar Edo

"Beli sendiri sana." balas Salma dengan ketus.

"Mintanya jangan gitu, kesannya kaya ga mampu beli gado-gado, beli rokok mampu beli gado-gado ga mampu." Ujar Aris dengan logat nada orang ambon, membuat yang lain tertawa.

"Uang gue habis dibeliin rokok" balas Edo membela diri sendiri.

"Nih pake uang gue aja, ntar gantiin ya bro, sekalian nanti gue minta" ujar Farel.

"Thank's bro" balas Edo sembari merangkul Farel dan beranjak pergi memesan makanan.

"Dasar, manfaatin Edo, males ya jalan mesen makanannya." Ujar Salma.

"Eh, Rafa nge wa gue, minta kita ke Rumah Sakit." teriak Aris mengagetkan semuanya.

"Hah! serius? Kenapa Rafa?" Balas Salma dengan nada kagetnya.

"Rumah sakit mana?" Tanya Windy.

"Udah cepet ke mobil gue aja, kita susul sekarang, Ris, lo wa balik Rafa tanyain dimana gitu." Ujar Farel.

"Eh, pada mau kemana? Gue lagi mesen nih, eh, kalian, gue laper nih jangan pada pergi dulu!" teriak Edo dari kejauhan, tapi tak satupun mendengarnya. "mba engga jadi deh gado-gadonya, maaf ya mba." Lanjut Edo yang langsung berlari mengejar teman-temannya.

***

Di depan ruang UGD, Rafa yang penuh dengan luka namun masih bertahan berdiri menunggu kabar sang kekasih.

"RAf! Buset lo kenapa? Liat muka itu darah masih keluar!" Ucap Edo kepada Rafa yang baru di temuinya.

"Raf, sini gue bantu hilangin dulu darahnya." Salma mengeluarkan sapu tangannya, lalu memegang halus wajah Rafa dan mulai membersihkan darahnya.

Namun bukan rasa sakit akan luka yang dirasakan Rafa, ia justru menahan sakit di hatinya.

"Raf, Fira mana?" Tanya Windy.
Rafa terdiam sembari menahan isak tangisnya.

Dengan reaksi Rafa, keadaan tergambar jelas, bahwa Fira dalam kondisi tidak baik.

Tidak menunggu lama, seorang Dokter keluar dari ruangan tersebut.

Dengan menghela nafas sembari menatap Rafa, dokter itu berkata. "Maaf."

Jawaban yang tak ingin di dengar siapapun saat seorang dokter selesai menangani seorang pasien.

Rafa terjatuh, terduduk lemas dengan sebuah HP yang digenggamnya erat.

"Maaf.. maaf..." ucap Rafa dengan tangisan yang semakin memuncak.

SHIT I LOVE YOU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang